Eksotisme dan Kekayaan Kuliner Asia Tenggara
A
A
A
Denting peralatan makan dan guncangan kereta menemani suasana sajian makan malam KORAN SINDO. Atmosfer yang tak setiap hari KORAN SINDO temukan. Berada di sebuah gerbong kereta mewah dengan interior klasik sambil menikmati menu fine dinning dari chef andalan, pemandangan di luar kereta berupa kebun kelapa sawit dan panorama lain yang tak kalah bagus ikut membuat takjub.
CATATAN PERJALANAN TRIP GOURMET WITH JONATHAN PHANG DENGAN KERETA MEWAH SINGAPURA – BANGKOK
Hari ke 1. Senin, 20 Juli 2015
Perjalanan dimulai dari Singapura. Setelah berkumpul di Changi Airport, dengan bus besar peserta trip Gourmet With Jonathan Phang diarahkan untuk check in dan melengkapi dokumen di The Raffles Hotel. Bagasi kami dibawa dan tiap penumpang didaftarkan untuk kemudian mendapatkan nomor ruang kompartemen, dimana ini akan menjadi kamar tidur, tempat menikmati pemandangan luar biasa dari jendela kereta dan juga mandi dengan shower layaknya seperti sedang berada di hotel.
Saat-saat menunggu kami dihabiskan dengan coffee break dan tea time, saling berkenalan dengan rombongan peserta trip termasuk dengan kru E&O Express dan AFC. Hingga menjelang keberangkatan, kami kembali menuju bus yang akan mengantar ke Woodland Station, tempat kami boarding pukul 13.50 waktu Singapura.
Disini ada pengecekan dokumen seperti passport dan tiket di imigrasi. Sekitar pukul 15.00 kereta pun mulai berangkat, melewati wilayah Keluang Malaysia dan sekian stasiun. Tak berapa lama, setelah menemukan kompartemen masing-masing,seorang pelayan bernama Eakachai yang berkewarganegaraan Thailand masuk dan menawarkan sesi tea time di kompartemen saya.
Siang itu adalah waktu beristirahat bagi kami semua peserta dari 4 negara, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Philipina setelah melewati perjalanan cukup panjang. Menikmati pemandangan sepanjang perjalanan dari dalam jendela kompartemen sambil menikmati teh dan berbagai jenis roti serta chesee cake seperti sebuah hadiah. Sekali waktu masinis memberikan pengumuman lewat pengeras suara. Dan sore itu diberitahukan bahwa waktu makan malam kami akan mulai sekitar pukul 6 sore.
Bukan makan malam biasa, di kereta mewah ini baik pria dan wanita memakai pakaian terbaiknya. Pria, termasuk kameramen yang merekam selama syuting untuk program Tv pun ikut mengenakan jas dan dasi, sementara wanitanya memakai gaun dan menata rambutnya lebih apik, tak ada yang memakai jins ataupun sepatu keds disini, tak terkecuali saya. Atmosfer makan malam di sebuah kereta mewah sungguh amat berbeda.
Goncangan kereta, denting suara gelas dan lampu chalender serta temaran lampu yang terkesan romantis malam itu menambah suasana elegan interior dalam kereta. Menu makan malam kami saat itu Amuse Bouche yang merupakan sejenis cream soup, dengan menu utama yang KORAN SINDO pilih Medalion Beef dengan sayuran bersama saus Vindaloo dan Mustard.
Hari ke 2. Selasa, 21 Juli 2015
Penumpang kereta Eastern & Oriental Express memang sengaja tidak disediakan fasilitas wifi. Karena perjalanan dengan kereta mewah ini dirancang untuk betul-betul menikmati suasana kereta saat melewati berbagai pemandangan eksotik khas Asia Tenggara tanpa diganggu urusan lain.
Hari kedua perjalanan bersama Jonathan Phang Dimulai dengan aktivitas sarapan di dalam kompartemen tepat pukul 07.00 waktu Malaysia. Kedatangan kami di Stasiun Kuala Kangsar, sebagai tempat kami singgah pada malam sebelumnya telah diberitahukan lewat pengeras suara di kereta pukul 08.00. Dua buah bus besar menanti di parkiran stasiun, membawa rombongan ke Pasar Kuala Kangsar dimana Jonathan Phang akan melakukan kunjungan dan mencoba kuliner setempat.
Pasar Kuala Kangsar seperti halnya pasar di Indonesia, tak jauh berbeda. Phang pun sempat mencoba Teh Tarik dan Nasi Lemak yang merupakan makanan khas Negeri Jiran. Phang yang bermukim di Inggris ini juga menghampiri pedagang Duren untuk membeli dan menikmati kelezatanya. Tak lupa Jonatahn juga meminta peserta trip ikut mencobanya.
“Saya selalu suka pasar dan pasar adalah tempat yang menarik meski karena sebelumnya sempat kesini, jadi saya tidak terlalu terkejut,” ungkap Phang. Selepas dari kunjungan di Pasar Kuala Kangsar, bus membawa kami ke salah satu masjid termegah di distrik Perak, salah satu wilayah Malaysia.
Peserta rombongan tak sembarangan untuk masuk ke masjid ini karena wanita harus berpakaian sopan dan memakai jilbab. Tapi pihak masjid pun menyediakan sejenis pakaian penutup dan scarf untuk pengunjung. Masjid Ubudiah yang telah selesai di bangun pada 1917 silam didesain dan dibangun oleh Arthur Hubback seorang arsitek Inggris.
Di dekat masjid juga ditemukan Bamboo Palace, bangunan yang dibuat pada 1926 yang merupakan istana sementara. Tur dilanjutkan dengan mengunjungi Galeri Sultan Azlan Shah, Sultan ke-24 Malaysia yang telah direstorasi dimana sebelumnya merupakan Istana Ulu atau Istana Kota bekas bangunan istana.
Di dalam galeri terdapat foto keluarga, tropi, dokumen dan berbagai penghargaan dari negara sahabat termasuk hadiah yang dipersembahkan untuk Sultan. Memasuki jam makan siang, pukul 10.15 kami diarahkan kembali ke bus yang kemudian membawa rombongan ke Stasiun Padang Rengas, tempat kereta kami menunggu.
Kembali ke kompartemen, ini adalah acara bebas sebelum menunggu sajian makan siang. Tapi tentu tak berlaku untuk saya yang sebelum makan siang punya jadwal wawancara sekitar 25 menit dengan Jonathan Phang. Sesi wawancara one by one ini berlangsung di ruang baca secara bergantian. Bila pada hari sebelumnya pemandangan di luar jendela berupa pohon kelapa sawit, di hari kedua ini suguhan lebih indah yang saya temukan berupa bukitbukit.
Suasana yang berbeda ini menjadi atmosfer selama makan siang. Tepat pukul 15.00 kami tiba di Stasiun Padang Besar, kereta berhenti cukup lama karena disini ada pengecekan dokumen keimigrasian sebagai formalitas. Waktu lokal pun sudah berubah menjadi zona waktu Thailand yang tak berbeda dengan waktu lokal di Indonesia. Usai makan siang menjadi waktu yang panjang untuk beristirahat atau memilih menikmati hiburan yang dijadwalkan sore hingga malam hari itu, termasuk tea time sebelum makan malam pukul 21.00.
Ada hiburan di piano bar dimana Jonathan ikut serta. Persembahan tari tradisional juga ikut mengisi waktu kami sebelum menikmati makan malam yang pada hari itu dibuatkan khusus dari resep Jonathan. Sajian pembuka makan malam kami adalah Salt Fish Cakes dengan Manggo Salsa dan Red Pepper Mayonnaise.
Kemudian ada soup, Spiced Pumpkin dan Seafood Soup dengan menu utama Jerk Chicken dilengkapi Nasi Biryani. Sebagai hidangan penutup Coconut Pineapple Crumble Cake dan Vanilla Ice Cream yang manis menjadi penawar rasa pedas makanan pembuka dan utama kami, cita rasa kaya rempah dan bumbu dari Jonathan.
Hari ke 3. Rabu, 22 Juli 2015
Guncangan kereta tak hanya menemani saya saat menikmati sajian makan di gerbong Malaya kereta mewah Eastern & Oriental Express, tapi juga harus saya rasakan ketika tidur. Beberapa teman bercerita sedikit terganggu dengan kondisi ini, namun karena lelah beraktivitas seharian mengikuti agenda trip mulai malam kemarin semuanya telah terbiasa dan bisa tidur nyenyak.
Pukul 05.30 kami sudah tiba di Hua Hin dan jadwal sarapan kembali sesuai permintaan saya agar diantar pukul 07.00 di dalam kompartemen. Sekitar pukul 09.00 pagi kereta kembali berhenti di Stasiun Ban Pong, disinilah kami memulai perjalanan kembali dengan bus tempat wisata Thailand, River Kwai bride.
Singkat cerita, perjalanan dengan bus tingkat dari Stasiun Ban Pong menuju lokasi River Kwai Bridge yang ditempuh sekitar 40 menit itu berakhir dengan penjelasan panjang dari guide yang memaparkan sejarah River Kwai bridge. Setelah mencapai daratan di seberang sungai, kami kemudian dibawa menuju Thailand-Burma Railway Centre.
Sebuah museum yang memaparkan sejarah pembangunan jalan kereta di masa Perang Dunia II tahun 1942 – 1945 yang memakan sekian banyak korban. Kunjungan ke makam korban pembangunan Thailand – Burma Railway selanjutnya menjadi akhir dari kunjungan hari itu di Kanchanaburi, Thailand.
Bus pun kembali membawa rombongan ke Stasiun Ban Pong, bersiap makan siang dan mengepak barangbarang ke koper karena di pukul 16.45 waktu Thailand kami sudah dijadwalkan sampai di Bangkok.
dyah ayu pamela
KRONOLOGI PERJALANAN
Hari ke 1 Singapura Menuju Malaysia
Cek in di Woodland Station. Dinner di Gerbong Malaya, itu adalah pengalaman pertama kami makan malam di atas gerbong kereta E & O Express yang mewah. Chef Jonathan Phang dan tim Asian Food Chanel (AFC) ikut dalam suasana makan malam yang glamor tersebut
Hari ke 2 Singgah di Kuala Kangsar, Malaysia dan melintasi perbatasan Malaysia - Thailand
Semua rombongan sarapan di kompartemen masing-masing. Kedatangan di Kuala Kangsar merupakan rangkaian pertama trip kami dengan Jonathan Phang. Disini kami mengunjungi pasar tradisional dan melihat lebih dekat kehidupan lokal masyarakat setempat melalui aktivitas di pasar. Kami juga mengunjungi Masjid Ubudiah yang merupakan salah satu mesjid megah di Malaysia.
Selain itu juga menyambangi Galeri Sultan dimana disini ada berbagai benda-benda milik Sultan dan benda bersejarah pemberian dari negara sahabat. Sebuah museum yang indah dan tertata apik, menarik untuk mengenal keluarga kesultanan Malaysia yang berkuasa saat ini. Makan malam di E&O Express, kali ini menu yang disajikan adalah Salt Fish Cakes dengan Manggo Salsa dan Red Pepper Mayonnaise.
Kemudian ada soup, Spiced Pumpkin dan Seafood Soup dengan menu utama Jerk Chicken dilengkapi Nasi Biryani. Sebagai hidangan penutup Coconut Pineapple Crumble Cake dan Vanilla Ice Cream yang manis menjadi penawar rasa pedas, cita rasa kaya rempah dan bumbu dari Jonathan.
Hari ke 3 menuju Thailand
Tiba di Stasiun Bon Pong Thailand, rombongan trip menuju Kanchanaburi lokasi dimana River Kwai Bridge berada. Kami juga berkunjung ke Thailand-Burma Railway Centre dan menyambangi makam korban pembangunan rel kereta sepanjang 415 Km tersebut. Setelah makan siang terakhir, kami kembali ke kereta sebelum sampai di Bangkok pada pukul 16.45.
Kekayaan Wisata selama perjalanan dengan kereta mewah Eastern & Oriental Express
Pasar Kuala Kangsar
Ini merupakan salah satu pasar tradisional di Malaysia tepatnya berada di daerah Kuala Kangsar, Perak. Tempat ini menjadi menarik untuk dikunjungi karena didalamnya menjadi tempat yang tepat untuk mengenal kekayaan kuliner warga setempat.Di Kuala Kangsar kami menemukan makanan khas Malaysia seperti Teh Tarik dan Nasi Lemak. Berikut buah-buahan khas Asia seperti durian dan rambutan.
Masjid Ubudiah
Merupakan masjid yang didesain oleh seorang arsitek asal Inggris bernama Arthur Hubback di daerah Perak. Masjid ini selesai dibangun pada 1917 dan selanjutnya sang arsitek juga mengaplikasikan hal yang sama pada masjid ini berupa elemen desain dari Indian Mughal.
River Kwai Bridge
Merupakan sungai yang melintas di atas rel kereta yang menghubungkan sepanjang wilayah Thailand - Burma. Pembangunan rel kereta sepanjang 415 kilometer selama masa Perang Dunia ke-II ini melewati gunung dan hutan yang konstruksinya memang dibuat sangat luar biasa hingga kabarnya memakan banyak korban.
Death Railway Museum
Merupakan museum tempat bersejarah yang memuat perjalanan pembangunan rel kereta Thailand - Burma selama masa Perang Dunia ke-2. Di dalamnya pengunjung bisa memutar film tentang sejarah kelam masa lalu dan bagaimana kondisi korban akibat pembangunan rel kereta ini. Museum yang lengkap untuk belajar sejarah.
Wawancara Jonathan Phang, Pembawa Acara Gourmet With Jonathan Phang - Saya Suka Memasak, Suka Makan dan Jalan-Jalan
Selama mengikuti Jonathan Phang berpergian dengan kereta kelas atas Eastern & Oriental Express Train dari Singapura menuju Kuala Kangsar Malaysia dan Bangkok Thailand, KORAN SINDO berkesempatan berbincangbincang seputar latar belakang dirinya, kecintaan pada makanan dan bagaimana Jonathan sebagai pembawa acara di TV. Berikut petikannya wawancaranya
Apa yang menarik dari kunjungan ke pasar di Kuala Kangsar, Malaysia di hari pertama melintasi Asia Tenggara dengan Easter & Oriental Express tadi?
Aku selalu suka pasar, pasar begitu menarik seperti halnya pusat kota tapi karena pernah ke Malaysia sebelumnya jadi tidak terkejut dengan suasananya tadi. Sebenarnya tadi ingin makan roti canai tapi roti canainya habis. Hanya sempat mencoba Teh Tarik dan membeli Nasi Lemak. Kalau bisa ada kesempatan lebih dekat ke kota yang besar, tentu itu akan menarik untuk tinggal lebih lama di kota itu. Ini sebuah pengalaman sangat menyenangkan dan karena disini ada banyak ada staf yang pernah saya kenal karena syuting sebelumnya.
Apa yang pertama kali dipikirkan ketika terlibat dalam sebuah reality tv sebagai chef dan tampil di depan banyak orang ?
Hal yang pertama menarik adalah jalan-jalan serta mencoba makanan dan ini seperti pekerjaan impian bagi saya, traveling makan dan makan, dan di Asian Food Chanel (AFC) saya suka dengan pengalaman membawa acara untuk mereka yang suka traveling dan mencoba makanan. Saya bersyukur punya kesempatan bersama AFC untuk membawakan acara ini dan tidak terpikir untuk bisa naik kereta kelas atas karena sebelumnya tak pernah memilih kereta jenis ini untuk berpergian.
Tapi sebenarnya apa cita-cita Anda waktu kecil?
Tidak pernah terpikirkan untuk jadi chef tapi karena ada kesempatan saya melakukannya. Saya juga tidak ada training untuk memasak, karena memasak itu lebih untuk berbagi kepada teman-teman. Generasi yang sekarang bagi saya lebih menghargai makanan dengan memasak hingga saya tertarik untuk jadi chef dan berharap tetap ada kesempatan di masa depan untuk melakukan itu. Hidup tidak tahu tak dapat ditebak jalannya dan saya berharap tetap ada kesempatan untuk itu.
Jadi lebih menyenangkan mana menjadi agen fotografi atau chef?
Sekarang saya betul-betul merasa 100% menyukai apa yang saya lakukan. Sebagai pembawa acara merasa senang tak harus masak setiap hari tapi juga ada jalan-jalan, mencoba makanan baru, dan memasak. Saya suka memasak, suka makan, dan jalan-jalan.
Pesan apa yang ingin disampaikan dalam acara Gourmet with Jonathan Phang ini?
Saya berharap melalui acara ini (Gourmet with Jonathan Phang) orang bisa menonton mengikuti perjalanan saya, karena perjalanan ini tidak murah dan tidak semua orang bisa mengalaminya. Di sini saya bisa berbagi pengalaman, selain itu sebagai guide yang memperlihatkan berbagai destinasi memberikan rekomendasi makanan terbaik, termurah, baik itu makanan pinggir jalan ataupun restoran.
CATATAN PERJALANAN TRIP GOURMET WITH JONATHAN PHANG DENGAN KERETA MEWAH SINGAPURA – BANGKOK
Hari ke 1. Senin, 20 Juli 2015
Perjalanan dimulai dari Singapura. Setelah berkumpul di Changi Airport, dengan bus besar peserta trip Gourmet With Jonathan Phang diarahkan untuk check in dan melengkapi dokumen di The Raffles Hotel. Bagasi kami dibawa dan tiap penumpang didaftarkan untuk kemudian mendapatkan nomor ruang kompartemen, dimana ini akan menjadi kamar tidur, tempat menikmati pemandangan luar biasa dari jendela kereta dan juga mandi dengan shower layaknya seperti sedang berada di hotel.
Saat-saat menunggu kami dihabiskan dengan coffee break dan tea time, saling berkenalan dengan rombongan peserta trip termasuk dengan kru E&O Express dan AFC. Hingga menjelang keberangkatan, kami kembali menuju bus yang akan mengantar ke Woodland Station, tempat kami boarding pukul 13.50 waktu Singapura.
Disini ada pengecekan dokumen seperti passport dan tiket di imigrasi. Sekitar pukul 15.00 kereta pun mulai berangkat, melewati wilayah Keluang Malaysia dan sekian stasiun. Tak berapa lama, setelah menemukan kompartemen masing-masing,seorang pelayan bernama Eakachai yang berkewarganegaraan Thailand masuk dan menawarkan sesi tea time di kompartemen saya.
Siang itu adalah waktu beristirahat bagi kami semua peserta dari 4 negara, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Philipina setelah melewati perjalanan cukup panjang. Menikmati pemandangan sepanjang perjalanan dari dalam jendela kompartemen sambil menikmati teh dan berbagai jenis roti serta chesee cake seperti sebuah hadiah. Sekali waktu masinis memberikan pengumuman lewat pengeras suara. Dan sore itu diberitahukan bahwa waktu makan malam kami akan mulai sekitar pukul 6 sore.
Bukan makan malam biasa, di kereta mewah ini baik pria dan wanita memakai pakaian terbaiknya. Pria, termasuk kameramen yang merekam selama syuting untuk program Tv pun ikut mengenakan jas dan dasi, sementara wanitanya memakai gaun dan menata rambutnya lebih apik, tak ada yang memakai jins ataupun sepatu keds disini, tak terkecuali saya. Atmosfer makan malam di sebuah kereta mewah sungguh amat berbeda.
Goncangan kereta, denting suara gelas dan lampu chalender serta temaran lampu yang terkesan romantis malam itu menambah suasana elegan interior dalam kereta. Menu makan malam kami saat itu Amuse Bouche yang merupakan sejenis cream soup, dengan menu utama yang KORAN SINDO pilih Medalion Beef dengan sayuran bersama saus Vindaloo dan Mustard.
Hari ke 2. Selasa, 21 Juli 2015
Penumpang kereta Eastern & Oriental Express memang sengaja tidak disediakan fasilitas wifi. Karena perjalanan dengan kereta mewah ini dirancang untuk betul-betul menikmati suasana kereta saat melewati berbagai pemandangan eksotik khas Asia Tenggara tanpa diganggu urusan lain.
Hari kedua perjalanan bersama Jonathan Phang Dimulai dengan aktivitas sarapan di dalam kompartemen tepat pukul 07.00 waktu Malaysia. Kedatangan kami di Stasiun Kuala Kangsar, sebagai tempat kami singgah pada malam sebelumnya telah diberitahukan lewat pengeras suara di kereta pukul 08.00. Dua buah bus besar menanti di parkiran stasiun, membawa rombongan ke Pasar Kuala Kangsar dimana Jonathan Phang akan melakukan kunjungan dan mencoba kuliner setempat.
Pasar Kuala Kangsar seperti halnya pasar di Indonesia, tak jauh berbeda. Phang pun sempat mencoba Teh Tarik dan Nasi Lemak yang merupakan makanan khas Negeri Jiran. Phang yang bermukim di Inggris ini juga menghampiri pedagang Duren untuk membeli dan menikmati kelezatanya. Tak lupa Jonatahn juga meminta peserta trip ikut mencobanya.
“Saya selalu suka pasar dan pasar adalah tempat yang menarik meski karena sebelumnya sempat kesini, jadi saya tidak terlalu terkejut,” ungkap Phang. Selepas dari kunjungan di Pasar Kuala Kangsar, bus membawa kami ke salah satu masjid termegah di distrik Perak, salah satu wilayah Malaysia.
Peserta rombongan tak sembarangan untuk masuk ke masjid ini karena wanita harus berpakaian sopan dan memakai jilbab. Tapi pihak masjid pun menyediakan sejenis pakaian penutup dan scarf untuk pengunjung. Masjid Ubudiah yang telah selesai di bangun pada 1917 silam didesain dan dibangun oleh Arthur Hubback seorang arsitek Inggris.
Di dekat masjid juga ditemukan Bamboo Palace, bangunan yang dibuat pada 1926 yang merupakan istana sementara. Tur dilanjutkan dengan mengunjungi Galeri Sultan Azlan Shah, Sultan ke-24 Malaysia yang telah direstorasi dimana sebelumnya merupakan Istana Ulu atau Istana Kota bekas bangunan istana.
Di dalam galeri terdapat foto keluarga, tropi, dokumen dan berbagai penghargaan dari negara sahabat termasuk hadiah yang dipersembahkan untuk Sultan. Memasuki jam makan siang, pukul 10.15 kami diarahkan kembali ke bus yang kemudian membawa rombongan ke Stasiun Padang Rengas, tempat kereta kami menunggu.
Kembali ke kompartemen, ini adalah acara bebas sebelum menunggu sajian makan siang. Tapi tentu tak berlaku untuk saya yang sebelum makan siang punya jadwal wawancara sekitar 25 menit dengan Jonathan Phang. Sesi wawancara one by one ini berlangsung di ruang baca secara bergantian. Bila pada hari sebelumnya pemandangan di luar jendela berupa pohon kelapa sawit, di hari kedua ini suguhan lebih indah yang saya temukan berupa bukitbukit.
Suasana yang berbeda ini menjadi atmosfer selama makan siang. Tepat pukul 15.00 kami tiba di Stasiun Padang Besar, kereta berhenti cukup lama karena disini ada pengecekan dokumen keimigrasian sebagai formalitas. Waktu lokal pun sudah berubah menjadi zona waktu Thailand yang tak berbeda dengan waktu lokal di Indonesia. Usai makan siang menjadi waktu yang panjang untuk beristirahat atau memilih menikmati hiburan yang dijadwalkan sore hingga malam hari itu, termasuk tea time sebelum makan malam pukul 21.00.
Ada hiburan di piano bar dimana Jonathan ikut serta. Persembahan tari tradisional juga ikut mengisi waktu kami sebelum menikmati makan malam yang pada hari itu dibuatkan khusus dari resep Jonathan. Sajian pembuka makan malam kami adalah Salt Fish Cakes dengan Manggo Salsa dan Red Pepper Mayonnaise.
Kemudian ada soup, Spiced Pumpkin dan Seafood Soup dengan menu utama Jerk Chicken dilengkapi Nasi Biryani. Sebagai hidangan penutup Coconut Pineapple Crumble Cake dan Vanilla Ice Cream yang manis menjadi penawar rasa pedas makanan pembuka dan utama kami, cita rasa kaya rempah dan bumbu dari Jonathan.
Hari ke 3. Rabu, 22 Juli 2015
Guncangan kereta tak hanya menemani saya saat menikmati sajian makan di gerbong Malaya kereta mewah Eastern & Oriental Express, tapi juga harus saya rasakan ketika tidur. Beberapa teman bercerita sedikit terganggu dengan kondisi ini, namun karena lelah beraktivitas seharian mengikuti agenda trip mulai malam kemarin semuanya telah terbiasa dan bisa tidur nyenyak.
Pukul 05.30 kami sudah tiba di Hua Hin dan jadwal sarapan kembali sesuai permintaan saya agar diantar pukul 07.00 di dalam kompartemen. Sekitar pukul 09.00 pagi kereta kembali berhenti di Stasiun Ban Pong, disinilah kami memulai perjalanan kembali dengan bus tempat wisata Thailand, River Kwai bride.
Singkat cerita, perjalanan dengan bus tingkat dari Stasiun Ban Pong menuju lokasi River Kwai Bridge yang ditempuh sekitar 40 menit itu berakhir dengan penjelasan panjang dari guide yang memaparkan sejarah River Kwai bridge. Setelah mencapai daratan di seberang sungai, kami kemudian dibawa menuju Thailand-Burma Railway Centre.
Sebuah museum yang memaparkan sejarah pembangunan jalan kereta di masa Perang Dunia II tahun 1942 – 1945 yang memakan sekian banyak korban. Kunjungan ke makam korban pembangunan Thailand – Burma Railway selanjutnya menjadi akhir dari kunjungan hari itu di Kanchanaburi, Thailand.
Bus pun kembali membawa rombongan ke Stasiun Ban Pong, bersiap makan siang dan mengepak barangbarang ke koper karena di pukul 16.45 waktu Thailand kami sudah dijadwalkan sampai di Bangkok.
dyah ayu pamela
KRONOLOGI PERJALANAN
Hari ke 1 Singapura Menuju Malaysia
Cek in di Woodland Station. Dinner di Gerbong Malaya, itu adalah pengalaman pertama kami makan malam di atas gerbong kereta E & O Express yang mewah. Chef Jonathan Phang dan tim Asian Food Chanel (AFC) ikut dalam suasana makan malam yang glamor tersebut
Hari ke 2 Singgah di Kuala Kangsar, Malaysia dan melintasi perbatasan Malaysia - Thailand
Semua rombongan sarapan di kompartemen masing-masing. Kedatangan di Kuala Kangsar merupakan rangkaian pertama trip kami dengan Jonathan Phang. Disini kami mengunjungi pasar tradisional dan melihat lebih dekat kehidupan lokal masyarakat setempat melalui aktivitas di pasar. Kami juga mengunjungi Masjid Ubudiah yang merupakan salah satu mesjid megah di Malaysia.
Selain itu juga menyambangi Galeri Sultan dimana disini ada berbagai benda-benda milik Sultan dan benda bersejarah pemberian dari negara sahabat. Sebuah museum yang indah dan tertata apik, menarik untuk mengenal keluarga kesultanan Malaysia yang berkuasa saat ini. Makan malam di E&O Express, kali ini menu yang disajikan adalah Salt Fish Cakes dengan Manggo Salsa dan Red Pepper Mayonnaise.
Kemudian ada soup, Spiced Pumpkin dan Seafood Soup dengan menu utama Jerk Chicken dilengkapi Nasi Biryani. Sebagai hidangan penutup Coconut Pineapple Crumble Cake dan Vanilla Ice Cream yang manis menjadi penawar rasa pedas, cita rasa kaya rempah dan bumbu dari Jonathan.
Hari ke 3 menuju Thailand
Tiba di Stasiun Bon Pong Thailand, rombongan trip menuju Kanchanaburi lokasi dimana River Kwai Bridge berada. Kami juga berkunjung ke Thailand-Burma Railway Centre dan menyambangi makam korban pembangunan rel kereta sepanjang 415 Km tersebut. Setelah makan siang terakhir, kami kembali ke kereta sebelum sampai di Bangkok pada pukul 16.45.
Kekayaan Wisata selama perjalanan dengan kereta mewah Eastern & Oriental Express
Pasar Kuala Kangsar
Ini merupakan salah satu pasar tradisional di Malaysia tepatnya berada di daerah Kuala Kangsar, Perak. Tempat ini menjadi menarik untuk dikunjungi karena didalamnya menjadi tempat yang tepat untuk mengenal kekayaan kuliner warga setempat.Di Kuala Kangsar kami menemukan makanan khas Malaysia seperti Teh Tarik dan Nasi Lemak. Berikut buah-buahan khas Asia seperti durian dan rambutan.
Masjid Ubudiah
Merupakan masjid yang didesain oleh seorang arsitek asal Inggris bernama Arthur Hubback di daerah Perak. Masjid ini selesai dibangun pada 1917 dan selanjutnya sang arsitek juga mengaplikasikan hal yang sama pada masjid ini berupa elemen desain dari Indian Mughal.
River Kwai Bridge
Merupakan sungai yang melintas di atas rel kereta yang menghubungkan sepanjang wilayah Thailand - Burma. Pembangunan rel kereta sepanjang 415 kilometer selama masa Perang Dunia ke-II ini melewati gunung dan hutan yang konstruksinya memang dibuat sangat luar biasa hingga kabarnya memakan banyak korban.
Death Railway Museum
Merupakan museum tempat bersejarah yang memuat perjalanan pembangunan rel kereta Thailand - Burma selama masa Perang Dunia ke-2. Di dalamnya pengunjung bisa memutar film tentang sejarah kelam masa lalu dan bagaimana kondisi korban akibat pembangunan rel kereta ini. Museum yang lengkap untuk belajar sejarah.
Wawancara Jonathan Phang, Pembawa Acara Gourmet With Jonathan Phang - Saya Suka Memasak, Suka Makan dan Jalan-Jalan
Selama mengikuti Jonathan Phang berpergian dengan kereta kelas atas Eastern & Oriental Express Train dari Singapura menuju Kuala Kangsar Malaysia dan Bangkok Thailand, KORAN SINDO berkesempatan berbincangbincang seputar latar belakang dirinya, kecintaan pada makanan dan bagaimana Jonathan sebagai pembawa acara di TV. Berikut petikannya wawancaranya
Apa yang menarik dari kunjungan ke pasar di Kuala Kangsar, Malaysia di hari pertama melintasi Asia Tenggara dengan Easter & Oriental Express tadi?
Aku selalu suka pasar, pasar begitu menarik seperti halnya pusat kota tapi karena pernah ke Malaysia sebelumnya jadi tidak terkejut dengan suasananya tadi. Sebenarnya tadi ingin makan roti canai tapi roti canainya habis. Hanya sempat mencoba Teh Tarik dan membeli Nasi Lemak. Kalau bisa ada kesempatan lebih dekat ke kota yang besar, tentu itu akan menarik untuk tinggal lebih lama di kota itu. Ini sebuah pengalaman sangat menyenangkan dan karena disini ada banyak ada staf yang pernah saya kenal karena syuting sebelumnya.
Apa yang pertama kali dipikirkan ketika terlibat dalam sebuah reality tv sebagai chef dan tampil di depan banyak orang ?
Hal yang pertama menarik adalah jalan-jalan serta mencoba makanan dan ini seperti pekerjaan impian bagi saya, traveling makan dan makan, dan di Asian Food Chanel (AFC) saya suka dengan pengalaman membawa acara untuk mereka yang suka traveling dan mencoba makanan. Saya bersyukur punya kesempatan bersama AFC untuk membawakan acara ini dan tidak terpikir untuk bisa naik kereta kelas atas karena sebelumnya tak pernah memilih kereta jenis ini untuk berpergian.
Tapi sebenarnya apa cita-cita Anda waktu kecil?
Tidak pernah terpikirkan untuk jadi chef tapi karena ada kesempatan saya melakukannya. Saya juga tidak ada training untuk memasak, karena memasak itu lebih untuk berbagi kepada teman-teman. Generasi yang sekarang bagi saya lebih menghargai makanan dengan memasak hingga saya tertarik untuk jadi chef dan berharap tetap ada kesempatan di masa depan untuk melakukan itu. Hidup tidak tahu tak dapat ditebak jalannya dan saya berharap tetap ada kesempatan untuk itu.
Jadi lebih menyenangkan mana menjadi agen fotografi atau chef?
Sekarang saya betul-betul merasa 100% menyukai apa yang saya lakukan. Sebagai pembawa acara merasa senang tak harus masak setiap hari tapi juga ada jalan-jalan, mencoba makanan baru, dan memasak. Saya suka memasak, suka makan, dan jalan-jalan.
Pesan apa yang ingin disampaikan dalam acara Gourmet with Jonathan Phang ini?
Saya berharap melalui acara ini (Gourmet with Jonathan Phang) orang bisa menonton mengikuti perjalanan saya, karena perjalanan ini tidak murah dan tidak semua orang bisa mengalaminya. Di sini saya bisa berbagi pengalaman, selain itu sebagai guide yang memperlihatkan berbagai destinasi memberikan rekomendasi makanan terbaik, termurah, baik itu makanan pinggir jalan ataupun restoran.
(ftr)