Mekkah Mulai Dipadati Jamaah
A
A
A
MEKKAH - Puncak ibadah haji 22 September masih cukup lama, tetapi berbagai sudut Kota Mekkah, Arab Saudi, kemarin mulai dipadati jamaah haji dari berbagai negara.
Mereka di antaranya berasal dari Pakistan, Bangladesh, India, China, Mesir, dan negara lain di Timur Tengah. Rombongan jamaah itu menyebar di berbagai titik di Masjidilharam untuk melaksanakan rangkaian umrah, yakni tawaf, sai, dan tahalul. Mereka memiliki tanda khusus yang melekat di tubuh.
Atribut yang dikenakan jamaah ini bermacam-macam, mulai kain berwarna tertentu yang diikat di leher hingga pakaian khas negara masing-masing. Jamaah haji perempuan asal China misalnya memakai topi melingkar dipadu dengan tas yang dipakai di punggung. Adapun jamaah asal Bangladesh dan Pakistan mengenakan kerudung sari yang menyerupai motif batik dengan warna-warna yang cerah. Seusai umrah, sebagian dari mereka duduk membaca Alquran dan berdoa di dalam masjid sambil menunggu salat wajib berjamaah.
Di dalam masjid dan di dekat Kakbah yang kondisi udaranya sejuk para jamaah terlihat khusyuk berdoa. Sementara itu, suhu di luar Masjidilharam kemarin mencapai 45 derajat Celsius. Sinar matahari terasa cukup menyengat di kulit. Namun jamaah tak perlu khawatir akan kehausan karena di dalam masjid galon tempat air zamzam telah disiapkan di berbagai sudut. Petugas juga sudah menyiapkan gelas plastik sekali pakai.
Mengantisipasi kedatangan jamaah di tengah kondisi cuaca yang panas, layanan kesehatan sudah disiapkan. Itu antara lain terlihat di Sektor 4 Daerah Kerja (Daker) Mekkah kemarin. Salah seorang paramedis Sektor 4 DakerMekkahKristiantiSetyaningsih mengaku sudah mengambil obat dan alat kesehatan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mekkah. Fasilitaslayanan medis ini dipusatkan di Hotel Tawarat al-Masyair Shesha. Petugas juga telah menyiapkan unit gawat darurat (UGD).
“Satu ruangan lain untuk klinik maktab yang dikelola tim kesehatan kloter atau TKHI. Biasanya TKHI terdiri atas dua dokter dan satu perawat,” katanya. Tim Medis Sektor 4 terdiri atas tiga dokter, yakni dokter umum, penyakit dalam, dan spesialis paru-paru yang dibantu tiga perawat, satu apoteker, dan seorang sanitasi surveillance .
Saat puncak haji, Sektor 4 bakal kedatangan 18.038 jamaah yang terbagi dalam 44 kloter dari 9 embarkasi. Mereka ditempatkan di 15 hotel, salah satunya adalah Hotel Tawarat dengan kapasitas 5.399 jamaah. Wakil Kepala Sektor 4 Daker Mekkah Shafwan Ali menjelaskan bahwa jamaah haji diinapkan di hotel sekelas hotel bintang tiga dan empat.
Dia berharap fasilitas modern yang ada di kamar hotel tidak menyulitkan jamaah. Di Mekkah colokan listriknya berbeda dengan di Indonesia. Untuk itu petugas diminta memantau jamaah agar tidak keliru memakai peralatan listrik.
Terkendala Visa
Sementara itu, sebanyak 193 visa jamaah haji asal Provinsi Riau hingga kemarin belum rampung. Visa tersebut masih dalam proses di Kerajaan Arab Saudi sehingga ratusan jamaah terancam tertunda keberangkatannya pada Selasa (25/8). Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau Tarmizi Tohor mengatakan keterlambatan tersebut karena Arab Saudi menerapkan sistem baru yang menyulitkan jamaah haji asal Indonesia.
“Keterlambatan ini tidak saja terjadi di Riau. Ini terjadi di semua daerah di Indonesia,” katanya di Pekanbaru kemarin. Tarmizi mengatakan pihaknya akan melakukan penggabungan antarkloter. Jamaah haji yang gagal berangkat sesuai kloter nantinya akan diikutkan ke kloter berikutnya. Sebelumnya, masalah visa yang berujung jamaah batal berangkat ini juga dialami tujuh jamaah kloter pertama Embarkasi Medan, 31 jamaah kloter pertama Embarkasi Surabaya, dan 68 jamaah kloter 1, 2, dan 3 Embarkasi Solo.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan masalah penyelesaian visa merupakan kewenangan Pemerintah Arab Saudi. Seluruh jamaah yang tertunda keberangkatannya akan digabungkan dengan kloter berikutnya.
“Sebelumnya kami minta maaf, kami merasa berempati dengan jamaah yang tertunda karena belum mendapat visa,” kataMenag, Jumat(21/8) seperti dikutip laman kemenag.go.id . Menag menyatakan, masalah visa ini muncul karena ada perubahan penerapan sistem ehajj yang diberlakukan untuk semua negara. Perubahan ini mengakibatkan pengurusan visa lebih lama daripada tahun lalu. ?mch/ant
Laporan Wartawan Koran Sindo
Sunu Hastoro F
Mekkah
Mereka di antaranya berasal dari Pakistan, Bangladesh, India, China, Mesir, dan negara lain di Timur Tengah. Rombongan jamaah itu menyebar di berbagai titik di Masjidilharam untuk melaksanakan rangkaian umrah, yakni tawaf, sai, dan tahalul. Mereka memiliki tanda khusus yang melekat di tubuh.
Atribut yang dikenakan jamaah ini bermacam-macam, mulai kain berwarna tertentu yang diikat di leher hingga pakaian khas negara masing-masing. Jamaah haji perempuan asal China misalnya memakai topi melingkar dipadu dengan tas yang dipakai di punggung. Adapun jamaah asal Bangladesh dan Pakistan mengenakan kerudung sari yang menyerupai motif batik dengan warna-warna yang cerah. Seusai umrah, sebagian dari mereka duduk membaca Alquran dan berdoa di dalam masjid sambil menunggu salat wajib berjamaah.
Di dalam masjid dan di dekat Kakbah yang kondisi udaranya sejuk para jamaah terlihat khusyuk berdoa. Sementara itu, suhu di luar Masjidilharam kemarin mencapai 45 derajat Celsius. Sinar matahari terasa cukup menyengat di kulit. Namun jamaah tak perlu khawatir akan kehausan karena di dalam masjid galon tempat air zamzam telah disiapkan di berbagai sudut. Petugas juga sudah menyiapkan gelas plastik sekali pakai.
Mengantisipasi kedatangan jamaah di tengah kondisi cuaca yang panas, layanan kesehatan sudah disiapkan. Itu antara lain terlihat di Sektor 4 Daerah Kerja (Daker) Mekkah kemarin. Salah seorang paramedis Sektor 4 DakerMekkahKristiantiSetyaningsih mengaku sudah mengambil obat dan alat kesehatan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mekkah. Fasilitaslayanan medis ini dipusatkan di Hotel Tawarat al-Masyair Shesha. Petugas juga telah menyiapkan unit gawat darurat (UGD).
“Satu ruangan lain untuk klinik maktab yang dikelola tim kesehatan kloter atau TKHI. Biasanya TKHI terdiri atas dua dokter dan satu perawat,” katanya. Tim Medis Sektor 4 terdiri atas tiga dokter, yakni dokter umum, penyakit dalam, dan spesialis paru-paru yang dibantu tiga perawat, satu apoteker, dan seorang sanitasi surveillance .
Saat puncak haji, Sektor 4 bakal kedatangan 18.038 jamaah yang terbagi dalam 44 kloter dari 9 embarkasi. Mereka ditempatkan di 15 hotel, salah satunya adalah Hotel Tawarat dengan kapasitas 5.399 jamaah. Wakil Kepala Sektor 4 Daker Mekkah Shafwan Ali menjelaskan bahwa jamaah haji diinapkan di hotel sekelas hotel bintang tiga dan empat.
Dia berharap fasilitas modern yang ada di kamar hotel tidak menyulitkan jamaah. Di Mekkah colokan listriknya berbeda dengan di Indonesia. Untuk itu petugas diminta memantau jamaah agar tidak keliru memakai peralatan listrik.
Terkendala Visa
Sementara itu, sebanyak 193 visa jamaah haji asal Provinsi Riau hingga kemarin belum rampung. Visa tersebut masih dalam proses di Kerajaan Arab Saudi sehingga ratusan jamaah terancam tertunda keberangkatannya pada Selasa (25/8). Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau Tarmizi Tohor mengatakan keterlambatan tersebut karena Arab Saudi menerapkan sistem baru yang menyulitkan jamaah haji asal Indonesia.
“Keterlambatan ini tidak saja terjadi di Riau. Ini terjadi di semua daerah di Indonesia,” katanya di Pekanbaru kemarin. Tarmizi mengatakan pihaknya akan melakukan penggabungan antarkloter. Jamaah haji yang gagal berangkat sesuai kloter nantinya akan diikutkan ke kloter berikutnya. Sebelumnya, masalah visa yang berujung jamaah batal berangkat ini juga dialami tujuh jamaah kloter pertama Embarkasi Medan, 31 jamaah kloter pertama Embarkasi Surabaya, dan 68 jamaah kloter 1, 2, dan 3 Embarkasi Solo.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan masalah penyelesaian visa merupakan kewenangan Pemerintah Arab Saudi. Seluruh jamaah yang tertunda keberangkatannya akan digabungkan dengan kloter berikutnya.
“Sebelumnya kami minta maaf, kami merasa berempati dengan jamaah yang tertunda karena belum mendapat visa,” kataMenag, Jumat(21/8) seperti dikutip laman kemenag.go.id . Menag menyatakan, masalah visa ini muncul karena ada perubahan penerapan sistem ehajj yang diberlakukan untuk semua negara. Perubahan ini mengakibatkan pengurusan visa lebih lama daripada tahun lalu. ?mch/ant
Laporan Wartawan Koran Sindo
Sunu Hastoro F
Mekkah
(ars)