Penanak Nasi dan Wajan pun Harus Didesain Khusus
A
A
A
MADINAH - Gedung di Jalan Jamiat, tepatnya di belakang Supermarket Addar, Madinah, yang berbentuk kotak itu tak sedikit pun mencerminkan sebagai perusahaan katering.
Yang tampak justru seperti gedung perkantoran biasa yang banyak bertebaran di Kota Nabi itu. Namun, begitu masuk ke dalam gedung, akan terlihat beberapa ruang pendingin yang dipakai untuk menyimpan logistik seperti beras, daging ayam dan sapi, minyak, sayuran serta aneka bumbu masakan.
Selain itu, ada 20 unit tungku kompor gas. Yang menarik, alat untuk memasaknya berupa wajan ukuran superbesar. Begitu pula penanak nasi serta panci berukuran raksasa diletakkan berderet di atas tungku. Gedung itu merupakan dapur dari katering Al Bayan Silver yang melayani makan jamaah haji selama tinggal di Madinah.
Saat ditemui rombongan wartawan asal Indonesia, Herman, 45, selaku pemilik Al Bayan Silver, mengatakan untuk sekali masak, satu penanak nasi bisa memasak 160 kg beras yang akan dibagikan kepada sekitar 2.000 jamaah haji. Penanak nasi jumbo itu sengaja didesain khusus, yakni memiliki pipa untuk membuang air.
Tujuannya untuk memudahkan pengaturan air saat memasak nasi. ”Peralatan masak ini memang sengaja dirancang khusus. Jika ada yang berminat beli pun harus pesan sebelumnya. Kalau di pasaran alat seperti ini tidak akan ditemukan,” imbuh Andri, koki Al Bayan Silver.
Musim haji ini merupakan kali kedua bagi Al Bayan menandatangani kontrak dengan Pemerintah Indonesia untuk menyediakan 15.500 kotak makan untuk makan siang dan makan malam bagi jamaah haji Tanah Air. Herman merupakan warga Indonesia yang menetap di Arab Saudi.
Dia berasal dari Bangka Belitung. Pria berperawakan kurus itu sengaja memberi nama Al Bayan yang merupakan nama pesantren di Jawa Timur, tempatnya mengenyam pendidikan dulu. Al Bayan memiliki pekerja sebanyak 40 orang yang sebagian di antaranya merupakan kerabat Herman.
Perusahaan yang didirikan pada 2014 ini ternyata pernah melayani katering jamaah umrah serta jamaah haji negara lain seperti China dan Brunai Darussalam. ”Sebelumnya kami mendapat peringkat ketiga dalam hal layanan katering dari Kementerian Agama,” paparnya.
Al Bayan berusaha menyediakan menu yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. Adapun menu yang disajikan adalah semur kentang dan capcay dengan bahan brokoli dan paprika. Adapun sayuran buncis yang biasa menjadi andalan menu jamaah dikurangi dan diganti dengan jagung atau sayuran lain.
SUNU HASTORO F
Yang tampak justru seperti gedung perkantoran biasa yang banyak bertebaran di Kota Nabi itu. Namun, begitu masuk ke dalam gedung, akan terlihat beberapa ruang pendingin yang dipakai untuk menyimpan logistik seperti beras, daging ayam dan sapi, minyak, sayuran serta aneka bumbu masakan.
Selain itu, ada 20 unit tungku kompor gas. Yang menarik, alat untuk memasaknya berupa wajan ukuran superbesar. Begitu pula penanak nasi serta panci berukuran raksasa diletakkan berderet di atas tungku. Gedung itu merupakan dapur dari katering Al Bayan Silver yang melayani makan jamaah haji selama tinggal di Madinah.
Saat ditemui rombongan wartawan asal Indonesia, Herman, 45, selaku pemilik Al Bayan Silver, mengatakan untuk sekali masak, satu penanak nasi bisa memasak 160 kg beras yang akan dibagikan kepada sekitar 2.000 jamaah haji. Penanak nasi jumbo itu sengaja didesain khusus, yakni memiliki pipa untuk membuang air.
Tujuannya untuk memudahkan pengaturan air saat memasak nasi. ”Peralatan masak ini memang sengaja dirancang khusus. Jika ada yang berminat beli pun harus pesan sebelumnya. Kalau di pasaran alat seperti ini tidak akan ditemukan,” imbuh Andri, koki Al Bayan Silver.
Musim haji ini merupakan kali kedua bagi Al Bayan menandatangani kontrak dengan Pemerintah Indonesia untuk menyediakan 15.500 kotak makan untuk makan siang dan makan malam bagi jamaah haji Tanah Air. Herman merupakan warga Indonesia yang menetap di Arab Saudi.
Dia berasal dari Bangka Belitung. Pria berperawakan kurus itu sengaja memberi nama Al Bayan yang merupakan nama pesantren di Jawa Timur, tempatnya mengenyam pendidikan dulu. Al Bayan memiliki pekerja sebanyak 40 orang yang sebagian di antaranya merupakan kerabat Herman.
Perusahaan yang didirikan pada 2014 ini ternyata pernah melayani katering jamaah umrah serta jamaah haji negara lain seperti China dan Brunai Darussalam. ”Sebelumnya kami mendapat peringkat ketiga dalam hal layanan katering dari Kementerian Agama,” paparnya.
Al Bayan berusaha menyediakan menu yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. Adapun menu yang disajikan adalah semur kentang dan capcay dengan bahan brokoli dan paprika. Adapun sayuran buncis yang biasa menjadi andalan menu jamaah dikurangi dan diganti dengan jagung atau sayuran lain.
SUNU HASTORO F
(ftr)