FDR Pesawat Trigana Air Sudah Ditemukan

Jum'at, 21 Agustus 2015 - 07:41 WIB
FDR Pesawat Trigana...
FDR Pesawat Trigana Air Sudah Ditemukan
A A A
JAYAPURA - Kepala Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo kemarin menutup operasi evakuasi pesawat Trigana Air yang jatuh di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Minggu (16/ 8).

Penghentian operasi seiring berhasilnya evakuasi seluruh jenazah korban dan ditemukannya flight data recorder (FDR). Bambang mengapresiasi tim yang berasal dari TNI, Polri, jajaran Polda Papua, Basarnas, Jakarta, Basarnas Papua, unsur pemda, pemprov, dan Pemkab Pegunungan Bintang. ”Dalam operasi ini kita harus berhadapan dengan medan dan cuaca yang ekstrem sehingga kami mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang tinggi,” ujarnya.

Dia menuturkan semua tim bekerja bersama dalam sebuah sistem, sehingga menjadi lebih efektif dan profesional. ”Model kerja sama tim SAR gabungan ini akan menjadi model untuk ke depannya lebih baik lagi dan menjadi contoh bagi kerja-kerja tim selanjutnya,” katanya. Pada penutupan operasi, Basarnas akan memberikan penghargaan khusus terhadap semua pihak yang terlibat dan bekerja begitu hebat melalui perjuangan dan pengorbanan.

Sementara, kotak hitam (FDR) milik pesawat Trigana yang jatuh di Kampung Atenok, Distrik Oskob, Kabupaten Pegunungan Bintang itu ditemukan pada pukul 12.58 WIT kemarin oleh Pratu Yandi dari Yonif 133/YS anggota tim SAR gabungan.

Diserahkan Keluarga

Seluruh korban pesawat Trigana Air Service kemarin telah berhasil dievakuasi dan dibawa ke Jayapura. Setelah diidentifikasi, sebagian jenazah langsung diserahkan ke keluarga yang berhari-hari menanti di Gedung Serbaguna Tongkonan Kotaraja, Jayapura. Di hari keempat pascakecelakaan kemarin, tim Disaster Victim Identification (DVI) berhasil mengidentifikasi empat jenazah di RS Bhayangkara Jayapura.

Mereka adalah Terianus Salawa (sekretaris Bappeda Kabupaten Pegunungan Bintang), Matius Nikolas Aragai (pegawai Kantor Pos Jayapura), Labodi alias Boni Woriori (mahasiswa asal Serui), dan Wemdepen Bamulki (guru di Kampung Aldom, Kabupaten Pegunungan Bintang). Seusai diidentifikasi, empat jenazah itu langsung diserahkan ke keluarga.

Setelah prosesi penyerahan, jenazah diantar ke rumah duka dengan menggunakan mobil yang disediakan Polda Papua, lengkap dengan pengawalan kepolisian. Prosesi penyerahan diawali dari kepolisian yang diwakili oleh Wakapolda Papua Brigjen Pol Adolf Rudolf Roja kepada manajemen Trigana yang diwakili Direktur Operasional Trigana Air Service Beni Sumaryanto, untuk kemudian diserahkan kepada masingmasing pihak keluarga. Adolf Rudolf meminta kepada seluruh keluarga dan kerabat korban agar bisa menerima kejadian ini dengan lapang dada.

Sementara Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw meminta keluarga korban membantu identifikasi terhadap korban. ”Tolong bantu kami dalam mempercepat identifikasi dengan memberikan informasi yang dibutuhkan,” kata Kapolda Papua di depan keluarga korban di Gedung Serbaguna Tongkonan. Paulus mengatakan, tim DVI bertekad agar identifikasi terhadap korban bisa selesai secepat mungkin. ”Setiap hari DVI berupaya mengidentifikasi 10 jenazah,” kata Kapolda.

Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri Brigjen Arthur Tampi mengungkapkan, jumlah tim dokter yang melakukan identifikasi terhadap korban Trigana sudah sesuai dengan kebutuhan. Tim terdiri dokter forensik lima orang, ahli DNA dua orang, dan dokter gigi forensik dua orang. Namun menurut Arthur, sarana autopsi ada yang kurang memadai sehingga sedikit menghambat proses identifikasi.

”Yang jadi kendala kita adalah meja autopsinya. Itu kan tidak memungkinkan untuk kita gelar meja autopsi tidak pada tempatnya,” katanya. Pengiriman 50 jenazah dari Bandara Oksibil Pegunungan Bintang ke Bandara Sentani Jayapura kemarin dilaksanakan dalam dua gelombang. Masing-masing penerbangan mengangkut 25 jenazah. Penerbangan pertama tiba di Bandara Sentani sekitar pukul 09.45 WIT, dan penerbangan kedua sekitar pukul 10.54 WIT.

Sementara empat jenazah sebelumnya telah dibawa ke Sentani pada Rabu (19/8). Merespons kasus kecelakaan ini, Ketua Komisi V DPR Fary Djemi Francis meminta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) segera menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat Trigana Air. ”Sehingga semuapihakterkaitdenganpenerbangan dapat memperbaikinya,” kata Fary di Gedung MPR/ DPR/DPD, Jakarta, kemarin.

Pihaknya memberi apresiasi atas kinerja tim gabungan Basarnas yang telah berhasil menemukan bangkai dan mengevakuasi seluruh penumpang pesawat hanya dalam waktu sekitar 48 jam. Di sisi lain, Fary juga mendesak Kementerian Perhubungan untuk memperbaiki aturan penerbangan, agar pengelola penerbangan benarbenar disiplin menegakkan aturan.

”Saya mendapat informasi ada sembilan nama yang berbeda dalam manifes. Ini harus diperbaiki,” katanya. Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia Suharto Abdul Majid berharap pengungkapan penyebab kecelakaan bisa lebih cepat karena KNKT sudah memiliki teknologi untuk membaca black box. Menurutnya, pemerintah masih abai dengan standar aspek keselamatan penerbangan.

”Yang terjadi sekarang kan ketimpangan. Penerbangan internal wilayah Papua relatif sulit. Kalau pakai moda lain, akan sangat lama. Tetapi bukan berarti kita menafikan sektor lain,” ungkapnya.

Mula akmal/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1264 seconds (0.1#10.140)