42 Jenazah Dievakuasi lewat Darat
A
A
A
JAYAPURA - Upaya evakuasi 54 jenazah korban kecelakaan pesawat Trigana Air Service di Oksob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, melalui udara kemarin kembali gagal.
Tim sulit mengangkut jenazah ke helikopter dari lokasi karena dihadang cuaca buruk sejak pagi. Kabut tebal yang menutupi lokasi membuat jarak pandang hanya 50 meter. Untuk mengantisipasi jenazah agar tak semakin rusak karena sudah di lokasi kecelakaan selama tiga hari, Badan SAR Nasional (Basarnas) kemarin memutuskan evakuasi dilakukan melalui jalur darat atau berjalan kaki. Untuk mengangkut satu jenazah setidaknya dibutuhkan 10-15 penggotong.
Untuk sampai ke Oksibiil, tim harus melalui medan yang terjal serta liar. Hingga petang kemarin, sudah 42 jenazah tiba di Rumah Sakit Oksibil. Empat dari 42 jenazah itu juga sudah dibawa ke Bandara Sentani, Jayapura, untuk diidentifikasi. “Sebagian tim dalam perjalanan membawa jenazah lainnya ke pos terdekat,” ujar Deputi Bidang Operasi Basarnas Heronimus Guru di Jakarta kemarin. Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Yunus Wally mengatakan, evakuasi dengan jalur darat setidaknya membutuhkan waktu hingga lima jam.
Menurut dia, evakuasi terpaksa dilakukan lewat darat akibat cuaca yang sangat tidak mendukung, terutama di sekitar lokasi jatuhnya pesawat bernomor penerbangan IL- 257yang dipiloti Hasanudin tersebut. Isak tangis keluarga korban pun tak henti pecah di RS Oksibil kemarin. Ratusan warga juga tampak histeris menyambut kedatangan jenazah. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Teguh Pudji Raharjo di Jayapura, opsi jalan darat dipakai karena dua opsi lainnya tak memungkinkan.
“Opsi pertama adalah evakuasi melalui udara, jadi dari lokasi jatuhnya pesawat diangkat menggunakan helikopter ke Oksibil,” katanya. Opsi kedua, jalan darat, yaitu evakuasi akan menggunakan jalan darat dari lokasi kejadian, kemudian sampai di tempat yang memungkinkan baru diangkut helikopter ke Oksibil.
Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan, hari ini enam korban akan diberangkatkan dari Bandara Oksibil ke Jayapura dengan Trigana Air. Jenazah yang telah tiba di Jayapura dibawa ke Gedung Tongkonang untuk proses identifikasi. “Saya lihat dari tadi di RS Oksibil sebagian korban memang sudah terbakar, jadi agak sedikit menyulitkan,” katanya.
FDR Masih Dicari
Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Sulistyo mengatakan, tim gabungan di lapangan masih mencari flight data recorder (FDR) pesawat Trigana Air. Menurut dia, barang yang ditemukan salah satu tim gabungan di lapangan pada Selasa (18/8) siang itu adalah voice cokpit recorder (VCR). “Kotak hitam itu setelah saya sampai di sana, saya cek itu hanya satu bagian dari black box,” katanya di Base Ops Lanud Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, kemarin.
Secara umum kondisi black box rusak fisik sedikit. Saya sudah serahkan barang itu kepada ketua KNKT,” katanya. Mengenai uang milik PT Posindo yang di dalam pesawat Trigana Air nahas itu, Bambang mengatakan pihaknya sudah mengamankan sejumlah uang. Soal berapa banyak isi uang itu, Bambang mengaku tidak tahu. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta Trigana Air diperiksa sistem reservasi ticketing-nya terkait adanya beda nama dalam manifes pesawat nahas maskapai tersebut.
Sanksi yang bisa diberikan kepada Trigana, menurut Jonan, evaluasi terhadap sistem ticketing-nya dan jika dipandang perlu Trigana tidak diperbolehkan untuk menambah rute baru sampai sistem tersebut ditata ulang.
Ichsan amin/ant
Tim sulit mengangkut jenazah ke helikopter dari lokasi karena dihadang cuaca buruk sejak pagi. Kabut tebal yang menutupi lokasi membuat jarak pandang hanya 50 meter. Untuk mengantisipasi jenazah agar tak semakin rusak karena sudah di lokasi kecelakaan selama tiga hari, Badan SAR Nasional (Basarnas) kemarin memutuskan evakuasi dilakukan melalui jalur darat atau berjalan kaki. Untuk mengangkut satu jenazah setidaknya dibutuhkan 10-15 penggotong.
Untuk sampai ke Oksibiil, tim harus melalui medan yang terjal serta liar. Hingga petang kemarin, sudah 42 jenazah tiba di Rumah Sakit Oksibil. Empat dari 42 jenazah itu juga sudah dibawa ke Bandara Sentani, Jayapura, untuk diidentifikasi. “Sebagian tim dalam perjalanan membawa jenazah lainnya ke pos terdekat,” ujar Deputi Bidang Operasi Basarnas Heronimus Guru di Jakarta kemarin. Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Yunus Wally mengatakan, evakuasi dengan jalur darat setidaknya membutuhkan waktu hingga lima jam.
Menurut dia, evakuasi terpaksa dilakukan lewat darat akibat cuaca yang sangat tidak mendukung, terutama di sekitar lokasi jatuhnya pesawat bernomor penerbangan IL- 257yang dipiloti Hasanudin tersebut. Isak tangis keluarga korban pun tak henti pecah di RS Oksibil kemarin. Ratusan warga juga tampak histeris menyambut kedatangan jenazah. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Teguh Pudji Raharjo di Jayapura, opsi jalan darat dipakai karena dua opsi lainnya tak memungkinkan.
“Opsi pertama adalah evakuasi melalui udara, jadi dari lokasi jatuhnya pesawat diangkat menggunakan helikopter ke Oksibil,” katanya. Opsi kedua, jalan darat, yaitu evakuasi akan menggunakan jalan darat dari lokasi kejadian, kemudian sampai di tempat yang memungkinkan baru diangkut helikopter ke Oksibil.
Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan, hari ini enam korban akan diberangkatkan dari Bandara Oksibil ke Jayapura dengan Trigana Air. Jenazah yang telah tiba di Jayapura dibawa ke Gedung Tongkonang untuk proses identifikasi. “Saya lihat dari tadi di RS Oksibil sebagian korban memang sudah terbakar, jadi agak sedikit menyulitkan,” katanya.
FDR Masih Dicari
Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Sulistyo mengatakan, tim gabungan di lapangan masih mencari flight data recorder (FDR) pesawat Trigana Air. Menurut dia, barang yang ditemukan salah satu tim gabungan di lapangan pada Selasa (18/8) siang itu adalah voice cokpit recorder (VCR). “Kotak hitam itu setelah saya sampai di sana, saya cek itu hanya satu bagian dari black box,” katanya di Base Ops Lanud Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, kemarin.
Secara umum kondisi black box rusak fisik sedikit. Saya sudah serahkan barang itu kepada ketua KNKT,” katanya. Mengenai uang milik PT Posindo yang di dalam pesawat Trigana Air nahas itu, Bambang mengatakan pihaknya sudah mengamankan sejumlah uang. Soal berapa banyak isi uang itu, Bambang mengaku tidak tahu. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta Trigana Air diperiksa sistem reservasi ticketing-nya terkait adanya beda nama dalam manifes pesawat nahas maskapai tersebut.
Sanksi yang bisa diberikan kepada Trigana, menurut Jonan, evaluasi terhadap sistem ticketing-nya dan jika dipandang perlu Trigana tidak diperbolehkan untuk menambah rute baru sampai sistem tersebut ditata ulang.
Ichsan amin/ant
(ars)