Evakuasi 54 Jenazah Terkendala Cuaca
A
A
A
JAYAPURA - Memasuki hari ketiga pascakecelakaan pesawat Trigana Air Service kemarin, tim gabungan Badan SAR Nasional (Basarnas) berhasil menembus lokasi jatuhnya pesawat di perbukitan Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Di lokasi ini, tim menemukan 49 penumpang berikut 5 kru pesawat ATR 42 itu sudah dalam kondisi tak bernyawa. Namun evakuasi jenazah yang direncanakan kemarin siang gagal karena cuaca tak memungkinkan. Awan gelap disertai kabut tebal membuat jarak pandang hanya sekitar 2 meter. Ini menyulitkan sejumlah helikopter yang disiapkan dalam melakukan evakuasi.
”Rencananya besok akan dilakukan proses evakuasi jenazah,” kata Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo di Gedung Base Ops Lanud Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, kemarin. Bambang mengatakan, evakuasi 54 jenazah akan dilakukan dengan sistem jala (netting ) yang digabung dengan sistem hoist. Cara ini dinilai paling efektif mengingat beratnya medan kecelakaan.
”Tentunya dilakukan pada saat cuaca baik. Evakuasi dengan menggunakan helikopter tujuan Oksibil. Nah , nanti kalau sudah di Oksibil, 54 jenazah itu ada dua alternatif, apakah sebagian dibawa ke Jayapura dan sebagian tinggal atau semuanya ke Jayapura,” katanya didampingi Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw, dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G Siahaan.
Bambang berharap alternatif kedua yang dipakai dalam evakuasi nanti. Namun rencana itu tergantung dari negosiasi tim pencarian dengan keluarga agar hal itu jelas sehingga proses selanjutnya bisa lebih lancar. Dengan seluruh korban dibawa ke Jayapura, tim Disaster Victim Identification (DVI) bisa melakukan identifikasi dengan baik dan benar. ”Nanti setelah itu akan kita kirim kembali ke keluarga korban sampai ke ujung dunia pun akan kira berikan, antar sampai tiba,” tandasnya.
Dia mengungkapkan, pencarian korban oleh pasukan SAR gabungan kemarin dimulai pukul 05.30 WIT. Posisi tim SAR gabungan berjalan mulai di titik sekitar 4 km dari sasaran. Pasukan tersebut dipimpin langsung oleh Dan Yon 133 dan dikoordinasi Danrem 172/PWY. Pada pukul 09.40 WIT, unsur udara berhasil menurunkan dua personel menggunakan pesawat Air Fast.
”Tanpa diduga, dua orang Paskhas TNI AU menyusul lewat darat dan 10 menit kemudian 46 personel ikut bergabung, sehingga jumlah seluruhnya 58 personel,” katanya. Pada pukul 11.30 WIT, pihaknya mendapat laporan total jenazah ditemukan sudah mencapai 54 orang. Pada pukul 13.30 WIT, tim berhasil menemukan kotak hitam (black box ). Sejumlah helikopter milik TNI dan milik PT Freeport sudah menuju lokasi pada pukul 13.00 WIT.
Namun helikopter tak bisa menembus medan karena jarak pandang yang hanya 2 meter. ”Heli akhirnya balik lagi pada pukul 13.30, ” ujar Deputi Bidang Operasional Basarnas Mayjen TNI Heronimus Guru. Hingga sore hari, upaya evakuasi lewat udara tetap tak bisa dilakukan karena kendala cuaca. Upaya evakuasi dengan jalur darat juga lebih sulit. Kendati hanya berjarak sekitar 14 km dari Bandara Oksibil, perjalanan bisa membutuhkan waktu lebih dari 5 jam.
Bahkan di medan tertentu, butuh waktu hingga 1 jam untuk menempuh jarak 1 km. Tim banyak menemui kesulitan karena lokasi kecelakaan belum sekalipun pernah dijamah manusia. Medan terjal, hutan liar dengan pohonpohon yang tinggi dan gelap membuat tim harus ekstrakeras menembus lokasi. Ancaman lain yang juga membahayakan adalah serangan dari binatangbinatang buas di hutan ini.
Ketua Subkomite Udara KNKT Masruri yang dimintai konfirmasi belum bisa memastikan jenis black box yang ditemukan tim gabungan Basarnas. Namun berdasarkan informasi visual di sejumlah media, dia memperkirakan yang ditemukan tersebut merupakan cocpit voice recorder (CVR). Pihaknya telah mengirim kotak untuk membungkus black box dan siap dikirim ke Jakarta untuk diteliti lebih lanjut. Kotak hitam ditemukan oleh salah satu anggota TNI dari Yonif 133 Sertu Agus Harahap.
Danrem 172/PWY Kolonel Inf Sugiono menyatakan evakuasi hari ini akan dimulai pukul 05.00 WIT. Sebanyak 54 korban pesawat Trigana Air telah dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang diletakkan tak jauh dari helipad. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta manajemen Trigana Air Service memenuhi hak-hak korban beserta asuransinya.
Cemas di Bandara Sentani
Sejumlah keluarga korban kemarin menunggu informasi dengan penuh kecemasan di Crisis Center, Kompleks Bandara Sentani Jayapura. Namun harapan mereka agar korban selamat pupus setelah Basarnas mengumumkan seluruh penumpang maupun kru pesawat tewas. Sementara Rumah Sakit (RS) Bhayakara Jayapura membuka dua pos DVI untuk menerima pengaduan keluarga korban kecelakaan pesawat Trigana Air. Di Jalan Mintojiwo Dalam, RT 06 RW 4 Kelurahan Gisikdrono Semarang Barat, Jawa Tengah, suasana duka menyelimuti keluarga Esap Aruman, salah satu korban jatuhnya pesawat Trigana.
Esap adalah kepala Distrik Waimi Papua setingkat camat. Pada saat kecelakaan itu terjadi, Esap sebenarnya hendak mengikuti upacara peringatan HUT ke-70 RI di Oksibil. Namun nahas, sebelum sampai tujuan pesawat jenis ATR yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
”Saat mendapat kabar tersebut kita semua kaget. Bapak dan ibu langsung minta untuk diberangkatkan ke Jayapura,” ujar Ponirin, adik ipar Esap. Suasana duka juga menyelimuti kediaman keluarga Mangonto- Simanjuntak di Perum Griya Paniki Indah (GPI) Jalan Boulevard Nomor 26, Manado, Sulawesi Utara.
Sang kepala keluarga sekaligus anutan dalam keluarga ini, Oscar Mangonto, 50, tercatat masuk dalam daftar penumpang dari pesawat Trigana Air.
Ichsan amin/ andik sismanto/ donald karouw/ant
Di lokasi ini, tim menemukan 49 penumpang berikut 5 kru pesawat ATR 42 itu sudah dalam kondisi tak bernyawa. Namun evakuasi jenazah yang direncanakan kemarin siang gagal karena cuaca tak memungkinkan. Awan gelap disertai kabut tebal membuat jarak pandang hanya sekitar 2 meter. Ini menyulitkan sejumlah helikopter yang disiapkan dalam melakukan evakuasi.
”Rencananya besok akan dilakukan proses evakuasi jenazah,” kata Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo di Gedung Base Ops Lanud Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, kemarin. Bambang mengatakan, evakuasi 54 jenazah akan dilakukan dengan sistem jala (netting ) yang digabung dengan sistem hoist. Cara ini dinilai paling efektif mengingat beratnya medan kecelakaan.
”Tentunya dilakukan pada saat cuaca baik. Evakuasi dengan menggunakan helikopter tujuan Oksibil. Nah , nanti kalau sudah di Oksibil, 54 jenazah itu ada dua alternatif, apakah sebagian dibawa ke Jayapura dan sebagian tinggal atau semuanya ke Jayapura,” katanya didampingi Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw, dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G Siahaan.
Bambang berharap alternatif kedua yang dipakai dalam evakuasi nanti. Namun rencana itu tergantung dari negosiasi tim pencarian dengan keluarga agar hal itu jelas sehingga proses selanjutnya bisa lebih lancar. Dengan seluruh korban dibawa ke Jayapura, tim Disaster Victim Identification (DVI) bisa melakukan identifikasi dengan baik dan benar. ”Nanti setelah itu akan kita kirim kembali ke keluarga korban sampai ke ujung dunia pun akan kira berikan, antar sampai tiba,” tandasnya.
Dia mengungkapkan, pencarian korban oleh pasukan SAR gabungan kemarin dimulai pukul 05.30 WIT. Posisi tim SAR gabungan berjalan mulai di titik sekitar 4 km dari sasaran. Pasukan tersebut dipimpin langsung oleh Dan Yon 133 dan dikoordinasi Danrem 172/PWY. Pada pukul 09.40 WIT, unsur udara berhasil menurunkan dua personel menggunakan pesawat Air Fast.
”Tanpa diduga, dua orang Paskhas TNI AU menyusul lewat darat dan 10 menit kemudian 46 personel ikut bergabung, sehingga jumlah seluruhnya 58 personel,” katanya. Pada pukul 11.30 WIT, pihaknya mendapat laporan total jenazah ditemukan sudah mencapai 54 orang. Pada pukul 13.30 WIT, tim berhasil menemukan kotak hitam (black box ). Sejumlah helikopter milik TNI dan milik PT Freeport sudah menuju lokasi pada pukul 13.00 WIT.
Namun helikopter tak bisa menembus medan karena jarak pandang yang hanya 2 meter. ”Heli akhirnya balik lagi pada pukul 13.30, ” ujar Deputi Bidang Operasional Basarnas Mayjen TNI Heronimus Guru. Hingga sore hari, upaya evakuasi lewat udara tetap tak bisa dilakukan karena kendala cuaca. Upaya evakuasi dengan jalur darat juga lebih sulit. Kendati hanya berjarak sekitar 14 km dari Bandara Oksibil, perjalanan bisa membutuhkan waktu lebih dari 5 jam.
Bahkan di medan tertentu, butuh waktu hingga 1 jam untuk menempuh jarak 1 km. Tim banyak menemui kesulitan karena lokasi kecelakaan belum sekalipun pernah dijamah manusia. Medan terjal, hutan liar dengan pohonpohon yang tinggi dan gelap membuat tim harus ekstrakeras menembus lokasi. Ancaman lain yang juga membahayakan adalah serangan dari binatangbinatang buas di hutan ini.
Ketua Subkomite Udara KNKT Masruri yang dimintai konfirmasi belum bisa memastikan jenis black box yang ditemukan tim gabungan Basarnas. Namun berdasarkan informasi visual di sejumlah media, dia memperkirakan yang ditemukan tersebut merupakan cocpit voice recorder (CVR). Pihaknya telah mengirim kotak untuk membungkus black box dan siap dikirim ke Jakarta untuk diteliti lebih lanjut. Kotak hitam ditemukan oleh salah satu anggota TNI dari Yonif 133 Sertu Agus Harahap.
Danrem 172/PWY Kolonel Inf Sugiono menyatakan evakuasi hari ini akan dimulai pukul 05.00 WIT. Sebanyak 54 korban pesawat Trigana Air telah dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang diletakkan tak jauh dari helipad. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta manajemen Trigana Air Service memenuhi hak-hak korban beserta asuransinya.
Cemas di Bandara Sentani
Sejumlah keluarga korban kemarin menunggu informasi dengan penuh kecemasan di Crisis Center, Kompleks Bandara Sentani Jayapura. Namun harapan mereka agar korban selamat pupus setelah Basarnas mengumumkan seluruh penumpang maupun kru pesawat tewas. Sementara Rumah Sakit (RS) Bhayakara Jayapura membuka dua pos DVI untuk menerima pengaduan keluarga korban kecelakaan pesawat Trigana Air. Di Jalan Mintojiwo Dalam, RT 06 RW 4 Kelurahan Gisikdrono Semarang Barat, Jawa Tengah, suasana duka menyelimuti keluarga Esap Aruman, salah satu korban jatuhnya pesawat Trigana.
Esap adalah kepala Distrik Waimi Papua setingkat camat. Pada saat kecelakaan itu terjadi, Esap sebenarnya hendak mengikuti upacara peringatan HUT ke-70 RI di Oksibil. Namun nahas, sebelum sampai tujuan pesawat jenis ATR yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
”Saat mendapat kabar tersebut kita semua kaget. Bapak dan ibu langsung minta untuk diberangkatkan ke Jayapura,” ujar Ponirin, adik ipar Esap. Suasana duka juga menyelimuti kediaman keluarga Mangonto- Simanjuntak di Perum Griya Paniki Indah (GPI) Jalan Boulevard Nomor 26, Manado, Sulawesi Utara.
Sang kepala keluarga sekaligus anutan dalam keluarga ini, Oscar Mangonto, 50, tercatat masuk dalam daftar penumpang dari pesawat Trigana Air.
Ichsan amin/ andik sismanto/ donald karouw/ant
(ars)