Tol Laut Kurangi DIsparitas Harga

Senin, 17 Agustus 2015 - 09:40 WIB
Tol Laut Kurangi DIsparitas Harga
Tol Laut Kurangi DIsparitas Harga
A A A
Konsep tol laut atau jaringan angkutan laut dilaksanakan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa, terutama Indonesia bagian timur, khususnya Maluku, Maluku Utara, NTT, dan Papua.

Selisih harga barang-barang yang terlalu jauh antara Jawa dan luar Jawa, terutama Indonesia bagian timur, telah menyebabkan masyarakat di Indonesia bagian timur tidak bisa menikmati hasil-hasil pembangunan secara nyaman.

Sebagai contoh, selisih harga semen antara Jawa dan Papua bisa mencapai sepuluh kali lipat. Tentu ini kurang baik dilihat dari aspek keadilan sosial. Manager Komunikasi dan Hubungan KelembagaanPTPelniAkhmadSujadimengatakan, PTPelni siap mendukung kebijakan pemerintah, khususnya tol laut. Alasannya, program tersebut dapat mengurangi disparitas harga yang selama ini terjadi.

”Makanya tol laut harus diwujudkan,” katanya. Akhmad menerangkan, pelaksanaan tol laut untuk kapal penumpang sudah berjalan. Namun, PT Pelni masih menunggu proses pengadaan enam kapal barang. Rencananya akan dibeli dari pemilik sebelumnya dengan usia kurang dari 10 tahun. Adapun ongkosnya berasal dari dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp500 miliar. Pelni telah siap mengimplementasikan konsep tol laut dengan menggunakan kapal 3 in 1 (kapal penumpang, barang, dan kendaraan) seperti kapal motor (KM) Dobonsolo dan KM Ciremai.

KM Dobonsolo mampu mengangkut 300 mobil, 80 kontainer, dan 1.500 penumpang. KM Ciremai dapat mengangkut 39 mobil, 322 motor, 67 unit kontainer, 12 truk, 8 unit alat berat, dan 880 penumpang. Selain itu, Pelni akan fokus melayari rute tol laut di daerah timur, khususnya rute-rute nonkomersial. Ada enam rute nonkomersial yang dilayari Pelni. Salah satunya Tanjung Priok-Serui- Nabire-Wasior-Manokwari-Biak-Tanjung Priok.

Rute ini dilayari dengan kapal berukuran 700 teus dengan jadwal pelayaran sebulan sekali. Pada saat ini, Pelni melayani 1.200 rute ke 96 pelabuhan. Dari segi bisnis, memang ada beberapa rute yang tidak menguntungkan. Disebabkan belum pesatnya pertumbuhan industri di daerah sekitar rute tol laut yang disinggahi, ada kemungkinan kapal barang Pelni akan pulang dalam keadaan kosong.

Kendati begitu, Akhmad menegaskan, Pelni tetap akan melayarinya karena prinsip tol laut adalah pelayaran berjadwal. Pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Darmaningtyas juga menyebut konsep tol laut mudah dipahami. Bukan suatu bangunan jalan di atas laut yang terbentang dari Merauke sampai Sabang. ”Tetapi, suatu alur pelayaran yang langsung dari pelabuhan di Belawan (Medan) sampai Sorong (Papua), bahkan sampai Merauke,” paparnya.

Darmaningtyas menjelaskan, lantaran wilayah Indonesia begitu luas, maka pilihan alurnya tentu tidak bisa satu, tapi minimum dua. Jalur pertama bisa dari Belawan - Batam - Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Tanjung Perak) - Makassar - NTT (Flores) - Sorong. Itu bisa disebut alur 1. Kedua, juga dapat disebut alur 2: dari Belawan - Batam - Jawa - Banjarmasin - Balikpapan - Makassar - Maluku - Maluku Utara - Sorong. Perlu ada dua alur atau koridor, mengingat lintas bawah (NTT) juga perlu dilayani secara khusus.

Kalau hanya ada satu koridor harus melayani atas (Maluku dan Maluku Utara) dan bawah (NTT), maka pelayarannya terlalu lama sehingga tidak bisa menjadi tol (jalan cepat) lagi. Karena itu, dua koridor tersebut perlu diwujudkan bersama-sama. Darmaningtyas menyebutkan, konsep tol laut akan berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila didukung pembangunan kawasan ekonomi di daerah, sehingga kapal yang hilir-mudik dari Belawan sampai Sorong dapat terisi barang.

Tidak hanya saat ke timur, tapi ke barat pun penuh muatan. Bila kapal penuh muatan saat berlayar ke timur dan ke barat, dari segi operasional lebih efisien dan menguntungkan. Di daerah-daerah pun akan ada kegiatan ekonomi yang tumbuh.

Hermansah
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4585 seconds (0.1#10.140)