Energi Pasang Surut Jadi Alternatif
A
A
A
Pasang surut air laut selama ini hanya dibiarkan saja. Kekuatan pasang surut mengakibatkan arus laut memiliki energi yang luar biasa dan bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.
Sejauh ini kendala utama pemanfaatan energi pasang surut adalah biaya pembangunan dam dan dinding pembatas. Tapi, tantangan tersebut sudah ditangani para peneliti dari Inggris.
Mereka menciptakan turbin yang dapat digunakan pada kedalaman 30 meter di laut. Turbin tersebut memiliki bentuk horizontal dan biayanya cukup ekonomis sehingga disebut dengan Transverse Horizontal Axis Water Turbine (THAWT). Ada sejumlah perbedaan antara turbin konvensional dengan turbin model baru. Model turbin THWAT dapat digunakan di perairan yang dangkal, berkecepatan rendah, dan perairan pasang surut.
Turbin itu dikembangkan peneliti dari Universitas Oxford dan Kepler Energy. Mereka fokus pengembangan pada konfigurasi turbin yang terbuat dari hydrofoil karbon. Itu membuat air yang menggerakkan turbin lebih efisien. Fenomena itu disebut dengan blockage turbin dan mendapatkan proporsi energi yang lebih besar. ”Desain baru itu mampu meningkatkan kinerja turbin angin Darrieus yang vertikal,” kata Guy Houlsby, profesor teknik sipil dari Universitas Oxford, dikutip Reuters.
Umumnya turbin Darrieus berbentuk paralel dalam perputarannya. ”Dengan desain ulang yang kita lakukan, turbin memiliki bentuk yang kuat,” imbuhnya. Peter Dixon, Kepala Kepler Energy, menyatakan bahwa turbin THAWT yang sudah dipatenkan itu merupakan produk yang paling efisien. Turbin tersebut mampu menghasilkan energi lebih besar dibandingkan produk lainnya. ”Turbin itu mampu menghasilkan listrik dengan biaya yang lebih ekonomis,” paparnya.
Turbin berukuran satu kilometer dapat menghasilkan 30 megawatt dalam puncak performanya. Itu sudah dipasang di Bristol Channel, Inggris. Proyek itu memakan biaya sekitar USD224 juta dan dapat dioperasikan pada 2021. Beberapa pakar memandang turbin tersebut dapat memasok 5% kebutuhan listrik di Inggris. Ke depannya, turbin THAWT juga dapat digunakan di perairan Indonesia.
Selain Inggris, Kanada juga menjadi negara yang terus mengembangkan potensi energi pasang surut itu. Fundy Ocean Research Centre for Energy (FORCE) merupakan pemain utama dalam pemanfaatan energi pasang surut di Kanada. Mereka telah mengembangkan uji coba di Bay of Fundy, Kanada. ”Untuk mengukur kekuatan energi di Bay of Fundy, kita membangun instrumen di bawah laut untuk mengetahui seperti apa yang terjadi di bawah perairan,” kata Tony Wright, manajer FORCE, dikutip Hydroworld .
Adapun, instrumen yang dipasang adalah TiME (Turbulence in Marine Environments ). Alat itu bertujuan untuk mengidentifikasi karakter air laut untuk apakah menghasilkan energi pasang surut atau tidak. Pemasangan TiMe itu seperti survei seperti yang dilakukan di Soundof Islay dan the Inner Sound, di Pentland Firth, Skotlandia, Inggris.
Laporan Transparency Market Research menunjukkan, pasar energi arus laut mencapai USD25 juta pada 2013. Itu diperkirakan akan meningkat 64,1% dari 2014 hingga 2020 mencapai USD10,1 miliar. ”Generasi baru energi dari laut akan menjadi potensi terbesar bagi pengembangan energi ramah lingkungan dan berkelanjutan,” demikian keterangan Transparency Market Research.
Energi laut yang paling potensial adalah pasang surut dan arus laut. Keduanya akan menghasilkan 3.712 megawatt pada 2020. Pasar terbesar energi laut adalah Eropa. Ke depannya, Korea Selatan (Korsel) juga menjadi pasar utama. Selama ini Korsel menjadi pasar yang bergerak paling cepat dalam energi arus laut dan pasang surut tersebut. Selain itu, Australia akan menjadi pemimpin dalam pasar energi dengan menciptakan 25 megawatt sebelum 2020.
”Komersialisasi energi tersebut akan mendorong penciptaan infrastruktur dan penelitian,” demikian keterangan Transparency Market Research. Seperti apa sebenarnya energi pasang surut? Penyebab utama terjadinya arus laut bisa karena adanya pasang surut yang diakibatkan oleh interaksi bumi, bulan, dan matahari. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh arus geostropik karena gaya coriolis akibat rotasi bumi serta perbedaan sanilitas, suhu, dan kepadatan. Bagaimana dengan di Indonesia?
Umumnya arus laut disebabkan pasang surut yang menyimpan energi besar. Energi pasang surut merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang relatif lebih mudah diprediksi jumlahnya dibandingkan energi angin dan energi surya. Air laut merupakan fluida dengan massa jenis yang lebih tinggi, hingga 800 kali udara. Selain itu, sifat fenomena pasang surut yang dapat diprediksi berdasarkan wilayah diikuti dengan pemantauan yang kontinu mampu menjaga pasokan energi listrik dari pembangkit listrik jenis ini.
Pemanfaatan energi pasang surut dulu dikembangkan di Eropa dan pantai timur Amerika Utara dalam bentuk turbin. Energi yang dihasilkan untuk menggiling gandum. Pada abad ke 19, energi pasang surut digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga pasang surut skala besar pertama di dunia adalah Rance Tidal Power Station yang dibangun di Prancis dan mulai beroperasi sejak tahun 1966.
Andika hendra m
Sejauh ini kendala utama pemanfaatan energi pasang surut adalah biaya pembangunan dam dan dinding pembatas. Tapi, tantangan tersebut sudah ditangani para peneliti dari Inggris.
Mereka menciptakan turbin yang dapat digunakan pada kedalaman 30 meter di laut. Turbin tersebut memiliki bentuk horizontal dan biayanya cukup ekonomis sehingga disebut dengan Transverse Horizontal Axis Water Turbine (THAWT). Ada sejumlah perbedaan antara turbin konvensional dengan turbin model baru. Model turbin THWAT dapat digunakan di perairan yang dangkal, berkecepatan rendah, dan perairan pasang surut.
Turbin itu dikembangkan peneliti dari Universitas Oxford dan Kepler Energy. Mereka fokus pengembangan pada konfigurasi turbin yang terbuat dari hydrofoil karbon. Itu membuat air yang menggerakkan turbin lebih efisien. Fenomena itu disebut dengan blockage turbin dan mendapatkan proporsi energi yang lebih besar. ”Desain baru itu mampu meningkatkan kinerja turbin angin Darrieus yang vertikal,” kata Guy Houlsby, profesor teknik sipil dari Universitas Oxford, dikutip Reuters.
Umumnya turbin Darrieus berbentuk paralel dalam perputarannya. ”Dengan desain ulang yang kita lakukan, turbin memiliki bentuk yang kuat,” imbuhnya. Peter Dixon, Kepala Kepler Energy, menyatakan bahwa turbin THAWT yang sudah dipatenkan itu merupakan produk yang paling efisien. Turbin tersebut mampu menghasilkan energi lebih besar dibandingkan produk lainnya. ”Turbin itu mampu menghasilkan listrik dengan biaya yang lebih ekonomis,” paparnya.
Turbin berukuran satu kilometer dapat menghasilkan 30 megawatt dalam puncak performanya. Itu sudah dipasang di Bristol Channel, Inggris. Proyek itu memakan biaya sekitar USD224 juta dan dapat dioperasikan pada 2021. Beberapa pakar memandang turbin tersebut dapat memasok 5% kebutuhan listrik di Inggris. Ke depannya, turbin THAWT juga dapat digunakan di perairan Indonesia.
Selain Inggris, Kanada juga menjadi negara yang terus mengembangkan potensi energi pasang surut itu. Fundy Ocean Research Centre for Energy (FORCE) merupakan pemain utama dalam pemanfaatan energi pasang surut di Kanada. Mereka telah mengembangkan uji coba di Bay of Fundy, Kanada. ”Untuk mengukur kekuatan energi di Bay of Fundy, kita membangun instrumen di bawah laut untuk mengetahui seperti apa yang terjadi di bawah perairan,” kata Tony Wright, manajer FORCE, dikutip Hydroworld .
Adapun, instrumen yang dipasang adalah TiME (Turbulence in Marine Environments ). Alat itu bertujuan untuk mengidentifikasi karakter air laut untuk apakah menghasilkan energi pasang surut atau tidak. Pemasangan TiMe itu seperti survei seperti yang dilakukan di Soundof Islay dan the Inner Sound, di Pentland Firth, Skotlandia, Inggris.
Laporan Transparency Market Research menunjukkan, pasar energi arus laut mencapai USD25 juta pada 2013. Itu diperkirakan akan meningkat 64,1% dari 2014 hingga 2020 mencapai USD10,1 miliar. ”Generasi baru energi dari laut akan menjadi potensi terbesar bagi pengembangan energi ramah lingkungan dan berkelanjutan,” demikian keterangan Transparency Market Research.
Energi laut yang paling potensial adalah pasang surut dan arus laut. Keduanya akan menghasilkan 3.712 megawatt pada 2020. Pasar terbesar energi laut adalah Eropa. Ke depannya, Korea Selatan (Korsel) juga menjadi pasar utama. Selama ini Korsel menjadi pasar yang bergerak paling cepat dalam energi arus laut dan pasang surut tersebut. Selain itu, Australia akan menjadi pemimpin dalam pasar energi dengan menciptakan 25 megawatt sebelum 2020.
”Komersialisasi energi tersebut akan mendorong penciptaan infrastruktur dan penelitian,” demikian keterangan Transparency Market Research. Seperti apa sebenarnya energi pasang surut? Penyebab utama terjadinya arus laut bisa karena adanya pasang surut yang diakibatkan oleh interaksi bumi, bulan, dan matahari. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh arus geostropik karena gaya coriolis akibat rotasi bumi serta perbedaan sanilitas, suhu, dan kepadatan. Bagaimana dengan di Indonesia?
Umumnya arus laut disebabkan pasang surut yang menyimpan energi besar. Energi pasang surut merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang relatif lebih mudah diprediksi jumlahnya dibandingkan energi angin dan energi surya. Air laut merupakan fluida dengan massa jenis yang lebih tinggi, hingga 800 kali udara. Selain itu, sifat fenomena pasang surut yang dapat diprediksi berdasarkan wilayah diikuti dengan pemantauan yang kontinu mampu menjaga pasokan energi listrik dari pembangkit listrik jenis ini.
Pemanfaatan energi pasang surut dulu dikembangkan di Eropa dan pantai timur Amerika Utara dalam bentuk turbin. Energi yang dihasilkan untuk menggiling gandum. Pada abad ke 19, energi pasang surut digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga pasang surut skala besar pertama di dunia adalah Rance Tidal Power Station yang dibangun di Prancis dan mulai beroperasi sejak tahun 1966.
Andika hendra m
(ars)