E- reading, Budaya Baca dan Daya Saing

Minggu, 16 Agustus 2015 - 09:12 WIB
E- reading, Budaya Baca dan Daya Saing
E- reading, Budaya Baca dan Daya Saing
A A A
Tak pelak, E-reading menjadi keniscayaan. Hanya masalah waktu. Cepat atau lambat tren itu pasti akan terjadi.

Hadirnya teknologi, termasuk akses internet, memang akhirnya mengguncang total industri penerbitan konvensional. Pun juga mengubah kebiasaan dan budaya baca. Menurut Hendrik Lim, seorang penulis buku yang juga kon-sultan strategik manajemen, E-reading sangat berpengaruh terhadap budaya baca masyarakat.

Meski cukup berdampak terhadap industri penerbitan, E-reading memengaruhi kemajuan dan daya saing suatu bangsa.Berikut wawancara lebih lanjut dengannya.

Seberapa besar pengaruh teknologi, khususnya akses internet dan E-reading terhadap masyarakat?

Ada dua pengaruh utama akibat dari hal tersebut. Pertama, ia akan membawa keuntungan atau manfaat yang besar bagi kemajuan kolektif. Kedua, sebaliknya menjadikan kita hanya sebagaikorbandanpenontondari sebuahkemajuan teknologi.

Bisa diceritakan lebih lanjut tentang bagaimana hal itu bisa berpengaruh terhadap kemajuan bangsa?

Hadirnya teknologi internet dan E-reading kini memungkinkan siapa saja untuk memublikasikan pemikirannya. Tanpa harus disekati lagi atau dikontrol oleh sebuah struktur dunia penerbitan konvensional. Hal seperti ini membuat transaction costpenerbitan (digital) menjadi nyaris nihil. Akibatnya sebuah ide akan bisa saling diperkaya oleh siapa pun dan di mana pun. Akhirnya ide tersebut menjadi bernas dan tajam. Dari situ bisa muncul inovasi baru. Lalu, bisa masuk tahap komersialisasi, yang menjadi benih kemajuan.

Hubungannya dengan daya saing?

Dengan akses internet dan E-reading, kini kita bisa mengakses sebagian besar informasi yang ingin kita dapatkan. Informasi menjadi milik publik. Nah, kalau kita ingin mengejar ketinggalan, dan sasaransasaran telah ditetapkan dengan jelas, kita bisa belajar teknik dan strategi, serta pengalaman dari orang atau negara lain yang telah mempraktikkannya terlebih dahulu. Dengan demikian, kita tidak harus memulai semuanya dari nol atautidakharus mengulang kesalahan yang sama. Hal seperti itu akan memungkinkan kita untuk tancap gas atau alias melakukan akselerasi, mengejar ketinggalan.

Bagaimana E-reading dan teknologi digital mempengaruhi budaya baca?

Dengan teknologi dan Ereading, kegiatan baca maupun tulis menjadi amat mudah. Kini orang bisa membaca di mana saja dan kapan saja. Mereka bisa mengeluarkan gadget dan langsung terkoneksi dengan dunia tulis, baca dan segala kegiatan ”readingtaiment”. Kalau kebiasaan ini terbentuk, kita akan segera melihat peningkatanminat baca per kapita.

Kondisi seperti ini juga bisa melahirkan kebiasaan baru, yaitu pikiran tidak pernah fokus. Orang mudah sekali terdistraksi dari satu hal kehal lain. Lihatlah betapa susahnya kini kita mendapat full attention ketika berbicara dengan orang lain. Mereka akan sibuk dengan smart phonenya. Ketika orang tidak fokus, ia tidak akan menc a p a i excellent terhadap ihwal yang ia kerjakan. Salah satu side effectdaridunia bacaEreading, termasuk di dalamnya dunia browsing, adalah kebiasaan membaca cetek alias dangkal.

Orang hanya membaca di permukaan. Bergerak dari satu tema ke tema lainnya. Ia melompat dari satu subjek dengan cepat ke subjek lain tanpa tahu secara mendalam konten yang dibaca.

Terus apa akibatnya kalau begitu?

Pembaca akan merasa tahusegala hal.Ketika orang merasa tahu akan segala hal, ini akan berbahaya. Ia akan merasa dirinya paling tahu segala hal dan paling benar. Kondisi seperti ini tidakmemungkinkan proses learning. Ia bak sebuah botol tertutup yang tidak bisa diisi lagi. Kalau tidak ada kanal solusi, mereka menjadi kaum pengeluh dan oposan baik di dunia sosial maupun dunia kerja.

Donatus
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9440 seconds (0.1#10.140)