Menhan Optimistis Alutsista RI Nomor Tiga Dunia
A
A
A
MALANG - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu optimistis Indonesia masuk sebagai negara nomor tiga di dunia dalam alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Menurut dia, Survei Global Power Fire saat ini menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dunia dalam kemampuan alutsistanya. Sebelumnya Indonesia menduduki urutan ke-19 dunia. Data itu bisa dijadikan landasan bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mendorong dan memotivasi setidaknya dalam 10 tahun ke depan Indonesia bisa masuk 10 atau tiga besar dunia ”Kita bersyukur ada perubahan posisi Indonesia di dunia terkait kemampuan alutsista saat ini.
”Insya Allah (masuk tiga dunia). Kita memiliki semua bahan-bahannya. Tembaga menumpuk di Papua dan yang lain-lain ada, tinggal bagaimana ada campurannya. Kita perlu belajar untuk menggabungkan itu,” katanya saat menghadiri Seminar Nasional 25 Tahun SMA Taruna Nusantara, dan mengunjungi pabrik pembuatan amunisi milik PT Pindad, di Malang, Jawa Timur, Rabu (12/8).
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini mengakui kemampuan PT Pindad dalam memproduksi amunisi. Menurut dia, kualitas amunisi yang diproduksi Pindad sudah diakui karena memenuhi standar internasional.
Menurut dia, sekarang ini saja Pindad kewalahan melayani pesanan dari Arab Saudi 40 juta butir amunisi. Adapun produksi satu hari sudah mencapai 600.000 butir peluru. Dia mengapresiasi produk Pindad digunakan Arab Saudi. Sebagai negara kaya raya, Arab Saudi bisa membeli alutsista di mana-mana.
Direktur Produksi Hankam PT Pindad Tri Hardjono mengatakan, kemampuan Pindad dalam memproduksi amunisi cukup baik. Hanya, perlu beberapa hal untuk meningkatkan kemampuannya seperti lapangan tembak di atas 30 kilometer (km) karena lapangan yang ada hanya di 20 km, termasuk, senjata, dan investasi mesin crimping .
”Harapan kami bisa cepat terpenuhi. Sekarang Pindad sudah mampu memproduksi 600-650.000 butir amunisi. Selain Arab Saudi, Thailand dan Singapura juga merupakan negara pengguna amunisi produk Pindad,” pungkasnya.
Terpisah, anggota Komisi I DPR Meutya Hafidz berharap bukan hanya alutsista yang bagus, tapi juga kualitas tentaranya. Indonesia juga harus mampu memproduksi sendiri alutsista melalui transfer of technology (TOT).
Sucipto
Menurut dia, Survei Global Power Fire saat ini menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dunia dalam kemampuan alutsistanya. Sebelumnya Indonesia menduduki urutan ke-19 dunia. Data itu bisa dijadikan landasan bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mendorong dan memotivasi setidaknya dalam 10 tahun ke depan Indonesia bisa masuk 10 atau tiga besar dunia ”Kita bersyukur ada perubahan posisi Indonesia di dunia terkait kemampuan alutsista saat ini.
”Insya Allah (masuk tiga dunia). Kita memiliki semua bahan-bahannya. Tembaga menumpuk di Papua dan yang lain-lain ada, tinggal bagaimana ada campurannya. Kita perlu belajar untuk menggabungkan itu,” katanya saat menghadiri Seminar Nasional 25 Tahun SMA Taruna Nusantara, dan mengunjungi pabrik pembuatan amunisi milik PT Pindad, di Malang, Jawa Timur, Rabu (12/8).
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini mengakui kemampuan PT Pindad dalam memproduksi amunisi. Menurut dia, kualitas amunisi yang diproduksi Pindad sudah diakui karena memenuhi standar internasional.
Menurut dia, sekarang ini saja Pindad kewalahan melayani pesanan dari Arab Saudi 40 juta butir amunisi. Adapun produksi satu hari sudah mencapai 600.000 butir peluru. Dia mengapresiasi produk Pindad digunakan Arab Saudi. Sebagai negara kaya raya, Arab Saudi bisa membeli alutsista di mana-mana.
Direktur Produksi Hankam PT Pindad Tri Hardjono mengatakan, kemampuan Pindad dalam memproduksi amunisi cukup baik. Hanya, perlu beberapa hal untuk meningkatkan kemampuannya seperti lapangan tembak di atas 30 kilometer (km) karena lapangan yang ada hanya di 20 km, termasuk, senjata, dan investasi mesin crimping .
”Harapan kami bisa cepat terpenuhi. Sekarang Pindad sudah mampu memproduksi 600-650.000 butir amunisi. Selain Arab Saudi, Thailand dan Singapura juga merupakan negara pengguna amunisi produk Pindad,” pungkasnya.
Terpisah, anggota Komisi I DPR Meutya Hafidz berharap bukan hanya alutsista yang bagus, tapi juga kualitas tentaranya. Indonesia juga harus mampu memproduksi sendiri alutsista melalui transfer of technology (TOT).
Sucipto
(bbg)