Revolusi Mental
A
A
A
M FIKRI ALY
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam sejarah Indonesia, Agustus memiliki cerita dan kenangan yang begitu kuat melekat dalam ingatan masyarakat.
Bagaimana tidak, Agustus adalah bulan kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia, Agustus adalah saat memuncaknya semangat perjuangan, Agustus adalah saat para pemuda memaksa agar kemerdekaan segera diproklamasikan, Agustus adalah saat semangat, mental, keberanian, pengorbanan dan harapan bangsa Indonesia pada performa terbaiknya.
Tapi setelah hampir 70 tahun berlalu, masihkah Agustus menjadi bulan yang memiliki makna dan dimaknai oleh masyarakat Indonesia sebagaimana yang terjadi dahulu pada masa-masa awal kemerdekaan? Tentu perubahan telah terjadi di sana-sini, termasuk perubahan mental bangsa yang cenderung memburuk saat ini.
Mungkin sudah jarang sekarang kita temukan semangat bela negara layaknya para pejuang kemerdekaan, akan jarang juga kita temukan orang yang tulus mengabdi pada negeri. Tidak sulit membuktikan hal tersebut, dengan mengamati prilaku di sekitar kita maka akan dihasilkan kesimpulan yang senada.
Pembangunan yang efektif dan efisien juga tidak mungkin dicapai jika mental masyarakat umumnya dan para pemimpin khususnya masih mementingkan diri sendiri dan pragmatisme menjadi petunjuk tata prilaku masyarakat.
Pembangunan fisik tidak mungkin terjadi tanpa didahului oleh pembangunan mental, semakin kuat dan baik mental suatu bangsa maka semakin nyata hasilnya bagi pembangunan. tapi jika kepentingan pribadi yang diutamakan maka ide-ide positif akan terbelenggu, kritik yang membangun akan tertolak, kebijakan hanya menguntungkan sebagian masyarakat dan efektivitas pembangunan akan terganggu, pembangunan mental mutlak diperlukan bagi keberhasilan pembangunan yang lain.
Tanggal 17 Agustus sebagai momentum memperingati kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus menjadi sebuah stimulus untuk perubahan mental bangsa yang lebih baik. Sudah cukup nafsu pribadi dan kepentingan-kepentingan golongan menjadi benalu penghambat pembangunan, sudah cukup rakyat dibodohi dan menjadi korban para penguasa.
Harus kita sadari bahwa pembangunan dan kemajuan bangsa ini tidak cukup hanya dengan kekayaan alam, masyarakat yang pintar dan berpendidikan tinggi tapi pembangunan dan kemajuan utamanya ada dalam niat-niat baik kita, dalam tekad kita dan mental kita.
Sungguh, saat ini perjuangan dalam konteks bernegara tidak harus kita berkorban nyawa atau harta, yang lebih penting kini adalah kejujuran, komitmen dan mental yang tangguh untuk mengelola sumber-sumber daya yang tersedia di alam Indonesia yang sangat kaya.
Semoga Agustus ini menjadi bulan perubahan mental bangsa yang mengawali perubahan seluruh aspek pembangunan Indonesia ke arah yang lebih baik dan menjadikan Indonesia negara yang bermartabat, kuat, berdaulat, adil makmur dan sejahtera.
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam sejarah Indonesia, Agustus memiliki cerita dan kenangan yang begitu kuat melekat dalam ingatan masyarakat.
Bagaimana tidak, Agustus adalah bulan kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia, Agustus adalah saat memuncaknya semangat perjuangan, Agustus adalah saat para pemuda memaksa agar kemerdekaan segera diproklamasikan, Agustus adalah saat semangat, mental, keberanian, pengorbanan dan harapan bangsa Indonesia pada performa terbaiknya.
Tapi setelah hampir 70 tahun berlalu, masihkah Agustus menjadi bulan yang memiliki makna dan dimaknai oleh masyarakat Indonesia sebagaimana yang terjadi dahulu pada masa-masa awal kemerdekaan? Tentu perubahan telah terjadi di sana-sini, termasuk perubahan mental bangsa yang cenderung memburuk saat ini.
Mungkin sudah jarang sekarang kita temukan semangat bela negara layaknya para pejuang kemerdekaan, akan jarang juga kita temukan orang yang tulus mengabdi pada negeri. Tidak sulit membuktikan hal tersebut, dengan mengamati prilaku di sekitar kita maka akan dihasilkan kesimpulan yang senada.
Pembangunan yang efektif dan efisien juga tidak mungkin dicapai jika mental masyarakat umumnya dan para pemimpin khususnya masih mementingkan diri sendiri dan pragmatisme menjadi petunjuk tata prilaku masyarakat.
Pembangunan fisik tidak mungkin terjadi tanpa didahului oleh pembangunan mental, semakin kuat dan baik mental suatu bangsa maka semakin nyata hasilnya bagi pembangunan. tapi jika kepentingan pribadi yang diutamakan maka ide-ide positif akan terbelenggu, kritik yang membangun akan tertolak, kebijakan hanya menguntungkan sebagian masyarakat dan efektivitas pembangunan akan terganggu, pembangunan mental mutlak diperlukan bagi keberhasilan pembangunan yang lain.
Tanggal 17 Agustus sebagai momentum memperingati kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus menjadi sebuah stimulus untuk perubahan mental bangsa yang lebih baik. Sudah cukup nafsu pribadi dan kepentingan-kepentingan golongan menjadi benalu penghambat pembangunan, sudah cukup rakyat dibodohi dan menjadi korban para penguasa.
Harus kita sadari bahwa pembangunan dan kemajuan bangsa ini tidak cukup hanya dengan kekayaan alam, masyarakat yang pintar dan berpendidikan tinggi tapi pembangunan dan kemajuan utamanya ada dalam niat-niat baik kita, dalam tekad kita dan mental kita.
Sungguh, saat ini perjuangan dalam konteks bernegara tidak harus kita berkorban nyawa atau harta, yang lebih penting kini adalah kejujuran, komitmen dan mental yang tangguh untuk mengelola sumber-sumber daya yang tersedia di alam Indonesia yang sangat kaya.
Semoga Agustus ini menjadi bulan perubahan mental bangsa yang mengawali perubahan seluruh aspek pembangunan Indonesia ke arah yang lebih baik dan menjadikan Indonesia negara yang bermartabat, kuat, berdaulat, adil makmur dan sejahtera.
(bbg)