Mengenang Sang Legenda Kopassus

Minggu, 09 Agustus 2015 - 09:50 WIB
Mengenang Sang Legenda...
Mengenang Sang Legenda Kopassus
A A A
Siapa yang tak kenal Komando Pasukan Khusus (Kopassus)? Pasukan elite ini merupakan bagian dari Komando Utama (Kotama) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat.

Pasukan ini dikenal memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan antiteror.

Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugastugas yang berat.

Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus di antaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, dan Pepera di Irian Barat (sekarang Papua). Selain itu, pasukan baret merah ini juga berhasil melakukan Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya.

Di balik kisah kehebatan Kopassus, ada satu nama prajurit yang loyalitas dan semangat tempurnya banyak dikenang jenderaljenderal Kopassus. Dia adalah Agus Hernoto, prajurit yang harus kehilangan kedua kakinya di medan tempur. Buku-buku biografi jenderaljenderal Kopassus sering menyebut kehebatan Agus Hernoto. Dua di antaranya yang mengakui Agus Hernoto adalah Letjen (purn) Sintong Panjaitan dan Letjen (purn) Kiki Syahnakri.

”Timbul kekaguman pada jiwa heroik dan karakter keprajuritannya yang patut diteladani para prajurit muda TNI,” demikian ungkap Letjen (purn) Kiki Syahnakri yang kenal baik dengan Agus saat operasi di Timor Timur. Kiki menyatakan, para perwira Kopassus hendaknya membaca buku ini karena banyak yang bisa diteladani dari seorang Agus Hernoto.

”Para perwira Kopassus hendaknya membaca buku ini, karena keteladanan dari Pak Agus sungguh luar biasa,” ujar Kiki dalam acara peluncuran buku ini di Jakarta, Sabtu (1/8) lalu. Agus Hernoto adalah seorang veteran Operasi Trikora yang sarat pengalaman tempur. Dia mengalami cacat seumur hidup setelah kakinya diamputasi karena tertembak dalam kontak senjata dengan Belanda di Merauke, Irian Barat. Kariernya dimulai sebagai prajurit Kopassus (saat itu RPKAD) berpangkat bintara.

Dia mengajukan diri ketika Benny Moerdani bertanya siapa yang siap ikut dalam pembebasan Irian Barat. Pada Operasi Benteng Ketaton di Irian, dropping pasukan terjun payung dilaksanakan dengan sasaran sebelah utara kota Fak- Fak. Para penerjun mendarat tersebar. Beberapa tersangkut di pepohonan, beberapa mendarat di tanah. Mereka yang berhasil mendarat terlibat kontak senjata dengan pasukan Belanda. Karena kekuatan tidak seimbang, maka pasukan menyusup ke hutan.

Pergerakan pasukan dilakukan dengan kondisi yang semakin lemah karena kehabisan bahan makanan. Terjadi kontak dengan pasukan Belanda yang menyebabkan tiga orang gugur yaitu Atjim Sunahyu, Suwito, Lestari, dan dua orang dari RPKAD. Adapun, Agus Hernoto dan beberapa anggota tertembak. Agus Hernoto ditinggalkan teman-temannya dengan harapan dirawat tentara Belanda yang memiliki satuan medis lebih lengkap. Selang beberapa hari setelah tertembak, Agus Hernoto ditemukan oleh pasukan Marinir Belanda yang melakukan pembersihan daerah pertempuran.

Diketahui bahwa luka-luka Agus sudah membusuk, bahkan sudah muncul belatung. Oleh pasukan Belanda, Agus dirawat hingga kedua kakinya diamputasi. Agus dikenal sangat dekat dengan Benny Moerdani. Meski dua kakinya menggunakan kaki palsu, dia tetap dipercaya Benny Moerdani dalam Operasi Seroja, operasi masuknya TNI ke Timor- Timur. Bahkan, Agus Hernoto pun dipercaya untuk menjabat sebagai ketua tim Intelstrat. Pada perjuangan integrasi Timor-Timur 1975, Agus Hernoto sering mengemudikan Jeep Willis terbuka seorang diri di Atambua.

Dia sempat menjenguk korban pertempuran di rumah sakit di pinggir kota Atambua. Salah satunya adalah prajurit yang juga diamputasi kakinya. Agus Hernoto pun membesarkan hati sang prajurit yang merasa sedih itu dengan mengatakan bahwa dia bukan satu-satunya prajurit yang diamputasi kakinya. Agus Hernoto pun menggulung celana panjang, melepas kedua kaki palsunya, kemudian menunjukkan kedua kakinya yang sudah diamputasi. Kaki kiri Agus diamputasi di bawah lutut, adapun yang sebelah kanan di atas lutut.

”Demikian besar pengorbanan Agus Hernoto, seorang prajurit para komando Korps Baret Merah dalam perjuangan bagi bangsa dan negara,” tulis Sintong Panjaitan dalam buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando . Atas sumbangsihnya bagi negara, Agus mendapat anugerah kehormatan Bintang Sakti pada 1987, saat berpangkat Kolonel dengan jabatan Pamen BAIS ABRI.

Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno mengatakan, buku ini dapat melengkapi sejarah perkembangan militer di Tanah Air. ”Buku ini harus melengkapi sejarah TNI, supaya jati diri TNI tidak boleh berubah,” ujar Try Sutrisno pada acara peluncuran buku yang ditulis oleh Bob Heryanto Hernoto MBA, di Jakarta, Sabtu (1/8).

Buku ini ditulis oleh Bob Heryanto Hernoto, putra kedua Agus Hernoto yang saat ini menjabat Direktur Holding PT Gobel International- perusahaan yang bermitra dengan Matsushita (Panasonic) Jepang.

Sudarsono
Wartawan KORAN SINDO
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0969 seconds (0.1#10.140)