Presiden Jokowi Apresiasi Pengawalan Trisakti
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyadari pentingnya ideologi sebagai pegangan pemerintahan dan pijakan dalam setiap kebijakan yang diambil olehnya sebagai pemimpin.
Untuk itu, dia menyambut baik komitmen Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) untuk mengawal jalannya Trisakti menuju tatanan masyarakat yang Pancasilais sebagaimana tema yang diambil dalam Kongres III PA GMNI.
”Saya bangga bisa hadir di sini, dan memasuki ruangan ini. Saya seperti hadir di rumah sendiri, rumah kaum marhaenis, rumah kaum pemikir pejuang, dan saya menyambut baik tema yang dipilih, yaitu ‘Jalan Trisakti Menuju Tatanan Masyarakat Pancasila, ” kata Presiden Jokowi dalam sambutan pembukaan Kongres III PA GMNI di Kemayoran, Jakarta, kemarin.
Jokowi hadir di acara tersebut bersama dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani.
Sebelum menyampaikan pembukaan, Presiden Jokowi terlebih dahulu menerima buku Bung Karno berjudul Di Bawah Bendera Revolusi dari Megawati di atas panggung acara. Setelah Megawati menyerahkan buku kepada Jokowi, Sekjen PA GMNI Ahmad Basarah juga menyerahkan sebuah plakat GMNI.
Selanjutnya Jokowi secara simbolis membuka acara kongres dengan menabuh gong. Menurut Jokowi, jalan yang harus ditempuh bangsa ini adalah jalan perubahan menuju masyarakat Pancasila, yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.
Jadi, mutlak bahwa dalam bernegara dan memimpin bangsa ini haruslah dengan jalan ideologis yang bersumber pada Pancasila dan Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. ”Saya yakin bangsa ini tahan gelombang sejarah kalau kuat dengan ideologi, dan memimpin juga perlu ideologi. Tanpa itu, jangan harap sebuah bangsa bisa jadi bangsa besar, ” ungkap Jokowi.
Bagi Jokowi, ideologi adalah panduan dan bintang pengarah. Karena itu, dalam forum tersebut Jokowi mengajak untuk kembali mengingat dan mencermati Pidato Bung Karno ketika membuka konferensi besar pada 17 Februari 1959 di Kaliurang. ”Yang disampaikan Bung Karno adalah agar tidak melupakan rakyat, kaum marhaen, rakyat melarat atau yang dimelaratkan, ” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PA GMNI Soeakrwo dalam sambutannya mengajak semua pihak untuk mengonkretkan wacana tentang Trisakti ke dalam politik hukum. Hal itu memungkinkan lahirnya undangundang yang dapat menjamin terwujudnya kedaulatan politik, terwujudnya praktik ber-dikari di bidang ekonomi, terwujudnya praktik berkepribadian di bidang kebudayaan.
Kongres III GMNI, menurut dia, akan merumuskan strategi perjuangan kaum Soekarnois agar dapat merevitalisasi dan membumikan ajaran-ajaran Bung Karno dan api perjuangannya dalam praksis kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
”Semoga buah pikir kaum intelektual Soekarnois melalui kongres kali ini akan memberikan sumbangsih berharga bagi bangsa Indonesia untuk kembali menemukan jati dirinya di tengah arus deras gempuran ideologi neoliberalisme dan radikalisme, ” sebutnya.
Rahmat sahid
Untuk itu, dia menyambut baik komitmen Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) untuk mengawal jalannya Trisakti menuju tatanan masyarakat yang Pancasilais sebagaimana tema yang diambil dalam Kongres III PA GMNI.
”Saya bangga bisa hadir di sini, dan memasuki ruangan ini. Saya seperti hadir di rumah sendiri, rumah kaum marhaenis, rumah kaum pemikir pejuang, dan saya menyambut baik tema yang dipilih, yaitu ‘Jalan Trisakti Menuju Tatanan Masyarakat Pancasila, ” kata Presiden Jokowi dalam sambutan pembukaan Kongres III PA GMNI di Kemayoran, Jakarta, kemarin.
Jokowi hadir di acara tersebut bersama dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani.
Sebelum menyampaikan pembukaan, Presiden Jokowi terlebih dahulu menerima buku Bung Karno berjudul Di Bawah Bendera Revolusi dari Megawati di atas panggung acara. Setelah Megawati menyerahkan buku kepada Jokowi, Sekjen PA GMNI Ahmad Basarah juga menyerahkan sebuah plakat GMNI.
Selanjutnya Jokowi secara simbolis membuka acara kongres dengan menabuh gong. Menurut Jokowi, jalan yang harus ditempuh bangsa ini adalah jalan perubahan menuju masyarakat Pancasila, yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.
Jadi, mutlak bahwa dalam bernegara dan memimpin bangsa ini haruslah dengan jalan ideologis yang bersumber pada Pancasila dan Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. ”Saya yakin bangsa ini tahan gelombang sejarah kalau kuat dengan ideologi, dan memimpin juga perlu ideologi. Tanpa itu, jangan harap sebuah bangsa bisa jadi bangsa besar, ” ungkap Jokowi.
Bagi Jokowi, ideologi adalah panduan dan bintang pengarah. Karena itu, dalam forum tersebut Jokowi mengajak untuk kembali mengingat dan mencermati Pidato Bung Karno ketika membuka konferensi besar pada 17 Februari 1959 di Kaliurang. ”Yang disampaikan Bung Karno adalah agar tidak melupakan rakyat, kaum marhaen, rakyat melarat atau yang dimelaratkan, ” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PA GMNI Soeakrwo dalam sambutannya mengajak semua pihak untuk mengonkretkan wacana tentang Trisakti ke dalam politik hukum. Hal itu memungkinkan lahirnya undangundang yang dapat menjamin terwujudnya kedaulatan politik, terwujudnya praktik ber-dikari di bidang ekonomi, terwujudnya praktik berkepribadian di bidang kebudayaan.
Kongres III GMNI, menurut dia, akan merumuskan strategi perjuangan kaum Soekarnois agar dapat merevitalisasi dan membumikan ajaran-ajaran Bung Karno dan api perjuangannya dalam praksis kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
”Semoga buah pikir kaum intelektual Soekarnois melalui kongres kali ini akan memberikan sumbangsih berharga bagi bangsa Indonesia untuk kembali menemukan jati dirinya di tengah arus deras gempuran ideologi neoliberalisme dan radikalisme, ” sebutnya.
Rahmat sahid
(ftr)