Tinggalkan Gadget Canggih, Beralih ke Kamera Analog

Sabtu, 08 Agustus 2015 - 10:24 WIB
Tinggalkan Gadget Canggih, Beralih ke Kamera Analog
Tinggalkan Gadget Canggih, Beralih ke Kamera Analog
A A A
Hong Kong dipenuhi dengan berbagai toko yang menjual berbagai peralatan berteknologi canggih, ponsel pintar hingga kamera supermahal.

Meski demikian, ternyata anak muda Hong Kong mencari pengalaman yang berbeda. Mereka justru kembali ke alat berteknologi analog yang sudah usang. Pengalaman berbeda itulah yang menjadikan mereka memiliki suatu hal yang berbeda. Generasi retro itu menjadi warna baru di tengah Hong Kong yang menjadi pasar utama teknologi baru.

Mereka berada di tengah pola konsumerisme yang menggila. Ketika ada produk ponsel pintar atau tablet yang baru dirilis, tetap saja antrean pembeli bisa mengular hingga beberapa blok. Namun, tren gadget retro tetap hidup di tengah modernitas yang sudah menggila. Mulai dari kamera analog hingga vinyl yang sudah menjadi barang langka.

Dikarenakan jarang ditemukan itulah, sebagian anak muda Hong Kong ingin menjadi pribadi yang berbeda. ”Kita terus diserang dengan iklan gadget dengan teknologi terbaru setiap hari,” kata Sonia Ho, 24, yang bekerja di firma desain arsitek. Dia mengungkapkan, fungsi radio, mesin ketik, hingga lampu sorot bisa diunduh dari ponsel pintar.

Bosan dengan teknologi tersebut, Ho memilih menggunakan kamera analog. Komunitas fotografer retro pun mulai berkembang dengan menggunakan kamera lawas. Mereka mengunggah hasil karyanya ke Instagram. Termasuk Ho yang berbagi foto di situs media sosial.

Ternyata, hasil karya kamera yang sudah ketinggalan zaman tersebut tidak kalah dengan ponsel yang memiliki fitur kamera beresolusi tinggi. Tinny Kwan, pemilik studio foto di kawasan penduduk Prince Edward, mengungkapkan bahwa teknologi digital tetap memiliki kekurangan, yakni perasaan keingintahuan. Berbeda dengan teknologi kuno yang cenderung memerlukan proses dan hasilnya tidak bisa ditebak. ”Ada perasaan untuk berjudi,” tuturnya kepada AFP .

Selain kamera konvensional, ada juga vinyl . Sebagian anak muda Hong Kong merasa bosan mendengarkan lagu dari CD dan fitur musik di ponsel mereka. Mereka ingin kembali ke zaman dahulu di mana mendengarkan musik adalah momen yang khusus.

”Nilai rekaman vinyl itu sesuatu yang subjektif. Memegang vynil di tangan sangat berbeda ketika melihat album digital di iTunes. Sungguh sangat berbeda,” tutur Zachary Chan, 21, pemilik toko rekaman di distrik Central, Hong Kong.

Koleksi yang dimiliki Chan mencapai ratusan vynil , mulai dari musik klasik hingga China. ”Jika kamu terbiasa mendengarkan musik digital, Anda mungkin tidak akan merasakan karakteristik vynil yang sangat berbeda,” tutur Chan. Dia mengungkapkan, suara vokal pada vynil lebih memiliki rasa rekaman dibandingkan digital.

Arvin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9826 seconds (0.1#10.140)