Pakde Karwo: Gaya Kolonialisme Masa Kini Lebih Canggih
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Soekarwo mengungkapkan, kolonialisme di zaman modern bekerja dengan gaya dan cara yang modern pula.
Oleh karena itu kata dia, kolonialisme bisa berubah menjadi neo-kolonialisme, karena metode kerjanya berubah dan diperbaharui.
"Akan tetapi sekalipun cara dan metode kerja neo-kolonialisme itu berbeda dari kolonialisme tua," kata Soekarwo dalam pidatonya di acara Kongres III Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMNI) di Hall C-2, Ji-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat 7 Agustus 2015.
Akan tetapi lanjut dia, pola kerja antara neo-kolonialisme dengan kolonialisme tua tetap sama, yaitu dominasi politik, eksploitasi ekonomi dan penetrasi kebudayaan.
"Hanya saja dilakukan dengan cara-cara yang lebih canggih dengan menyusup ke sendi-sendi hukum baik lewat perda maupun peraturan perundangan," ungkap Gubernur Jawa Timur ini.
Dalam kesempatan itu, pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini menegaskan, bahwa Pancasila dan Trisakti masih dibutuhkan, dan harus menjadi visi untuk menjalani hidup berbangsa dan bernegara.
"Sebabnya adalah, globalisasi yang melanda dunia ini bukan sesuatu yang alamiah dan netral, tetapi globalisasi itu telah menjadi gelombang pasang di mana neo kolonialisme dan neo-imperialisme saling berselancar di atasnya," tutur politikus Partai Demokrat ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial budaya dan sistem hukum yang bergerak ke seluruh dunia, adalah sistem-sistem yang mengukuhkan dan melestarikan nilai-nilai pasar bebas.
Pilihan:
Presiden Jokowi Diminta Tak Buang Badan ke Rezim SBY
Kasus Suap Hakim, Akhirnya Kaligis Akui Kenal Gatot dan Evi
Oleh karena itu kata dia, kolonialisme bisa berubah menjadi neo-kolonialisme, karena metode kerjanya berubah dan diperbaharui.
"Akan tetapi sekalipun cara dan metode kerja neo-kolonialisme itu berbeda dari kolonialisme tua," kata Soekarwo dalam pidatonya di acara Kongres III Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMNI) di Hall C-2, Ji-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat 7 Agustus 2015.
Akan tetapi lanjut dia, pola kerja antara neo-kolonialisme dengan kolonialisme tua tetap sama, yaitu dominasi politik, eksploitasi ekonomi dan penetrasi kebudayaan.
"Hanya saja dilakukan dengan cara-cara yang lebih canggih dengan menyusup ke sendi-sendi hukum baik lewat perda maupun peraturan perundangan," ungkap Gubernur Jawa Timur ini.
Dalam kesempatan itu, pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini menegaskan, bahwa Pancasila dan Trisakti masih dibutuhkan, dan harus menjadi visi untuk menjalani hidup berbangsa dan bernegara.
"Sebabnya adalah, globalisasi yang melanda dunia ini bukan sesuatu yang alamiah dan netral, tetapi globalisasi itu telah menjadi gelombang pasang di mana neo kolonialisme dan neo-imperialisme saling berselancar di atasnya," tutur politikus Partai Demokrat ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial budaya dan sistem hukum yang bergerak ke seluruh dunia, adalah sistem-sistem yang mengukuhkan dan melestarikan nilai-nilai pasar bebas.
Pilihan:
Presiden Jokowi Diminta Tak Buang Badan ke Rezim SBY
Kasus Suap Hakim, Akhirnya Kaligis Akui Kenal Gatot dan Evi
(maf)