Di Depan Ibu, Pelaku Mengaku Bunuh Rian
A
A
A
JAKARTA - Pelaku pembunuhan terhadap Hayriantira (Rian), 37, sekretaris presiden direktur PT XL Axiata, awalnya tidak mengakui telah membunuh. Meski demikian, polisi sudah menahan Andi Wahyudi, 38, sejak 9 Juli lalu karena dugaan pemalsuan dokumen.
Polisi pun tak kehabisan akal. Kemudian pada 5 Agustus penyidik mempertemukan Andi dengan ibu kandungnya dengan maksud sang ibu menanyakan langsung kepada Andi mengenai kematian Rian. Andi dan Rian sudah menjalin hubungan selama 2,5 tahun.
Saat dipertemukan itulah, pelaku langsung menangis dan memeluk ibunya, dan mengakui telah membunuh Rian di Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat, 30 Oktober 2014. ”Kami sudah lakukan berbagai cara untuk mendapat pengakuannya, tapi dia tetap tidak mengakui hingga kami menempuh pendekatan melalui keluarganya,” ucap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti kemarin.
Untuk memperdalam kasus pembunuhan ini, Unit I Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya bakal membongkar kuburan Rian di Garut. Jenazah akan dites DNA guna memastikan bahwa itu Rian. ”Meski sudah ada pengakuan dan kecocokan antara keterangan tersangka dan temuan di tempat kejadian perkara (TKP), kami harus meyakinkannya lagi secara ilmiah,” kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan.
Polisi juga akan mengambil sampel pembanding DNA dari ibu korban. Rian hilang sejak November 2014. Keluarga akhirnya melaporkan ini ke Polda Metro Jaya pada April 2015. Polisi kemudian melakukan penyelidikan dan mengetahui mobil milik korban ternyata sudah berada di tangan Andi. Tapi, pelaku saat itu tak mengakui telah membunuh Rian.
Di kantor polisi, Andi mengatakan, dirinya mengajak korban ke Garut untuk membeli jaket di kawasan Sukaregang. Sebelum ke Garut, dia menghadiahi korban dengan membuatkan pelat nomor mobil palsu. ”Mobil itu memang belum ada STNK-nya. Kami pergi ke Garut memang tanpa STNK,” ucapnya.
Sesampainya di Garut, pelaku malah membawa Rian masuk ke hotel. Di sana pelaku mengajak korban berhubungan badan, namun berakhir pembunuhan karena korban mengejek pelaku. ”Saya hanya dua jam berada di kamar hotel,” ucapnya. Satu jam pertama terjadi pembunuhan. Kemudian satu jam lagi waktu di mana Andi berpikir harus diapakan jasad korban.
Sementara itu, rumah mantan mertua Rian di Kompleks Hankam, Jalan Kucica F4 RT004/005, Palsigunung, Cimanggis, Depok, kemarin, terlihat sepi. Dari dalam rumah berpagar besi warna hitam itu hanya terdengar suara anak kecil. Tak lama keluar seorang pria berkacamata yang merupakan mantan suami Rian, bernama Dian Wijayana, 37.
Dengan suara pelan dia meminta izin masuk kembali ke rumah karena anaknya menghampiri. ”Jangan sekarang ya ada anak-anak,” kata Dian. Di mata keluarga, Rian merupakan sosok pekerja keras. Korban sering pulang malam sehingga tidak banyak waktu mengurus dua anaknya.
Rian dan Dian sudah bercerai sejak September 2014. Setelah bercerai, Rian pindah dari Kompleks Hankam dan mengontrak di Griya Tugu Asri (GTA). “Ngontrak sama dua anaknya di GTA, tapi cuma tiga bulan,” ujar Indah, mantan ibu mertua Rian
Helmi syarif/ R ratna purnama
Polisi pun tak kehabisan akal. Kemudian pada 5 Agustus penyidik mempertemukan Andi dengan ibu kandungnya dengan maksud sang ibu menanyakan langsung kepada Andi mengenai kematian Rian. Andi dan Rian sudah menjalin hubungan selama 2,5 tahun.
Saat dipertemukan itulah, pelaku langsung menangis dan memeluk ibunya, dan mengakui telah membunuh Rian di Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat, 30 Oktober 2014. ”Kami sudah lakukan berbagai cara untuk mendapat pengakuannya, tapi dia tetap tidak mengakui hingga kami menempuh pendekatan melalui keluarganya,” ucap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti kemarin.
Untuk memperdalam kasus pembunuhan ini, Unit I Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya bakal membongkar kuburan Rian di Garut. Jenazah akan dites DNA guna memastikan bahwa itu Rian. ”Meski sudah ada pengakuan dan kecocokan antara keterangan tersangka dan temuan di tempat kejadian perkara (TKP), kami harus meyakinkannya lagi secara ilmiah,” kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan.
Polisi juga akan mengambil sampel pembanding DNA dari ibu korban. Rian hilang sejak November 2014. Keluarga akhirnya melaporkan ini ke Polda Metro Jaya pada April 2015. Polisi kemudian melakukan penyelidikan dan mengetahui mobil milik korban ternyata sudah berada di tangan Andi. Tapi, pelaku saat itu tak mengakui telah membunuh Rian.
Di kantor polisi, Andi mengatakan, dirinya mengajak korban ke Garut untuk membeli jaket di kawasan Sukaregang. Sebelum ke Garut, dia menghadiahi korban dengan membuatkan pelat nomor mobil palsu. ”Mobil itu memang belum ada STNK-nya. Kami pergi ke Garut memang tanpa STNK,” ucapnya.
Sesampainya di Garut, pelaku malah membawa Rian masuk ke hotel. Di sana pelaku mengajak korban berhubungan badan, namun berakhir pembunuhan karena korban mengejek pelaku. ”Saya hanya dua jam berada di kamar hotel,” ucapnya. Satu jam pertama terjadi pembunuhan. Kemudian satu jam lagi waktu di mana Andi berpikir harus diapakan jasad korban.
Sementara itu, rumah mantan mertua Rian di Kompleks Hankam, Jalan Kucica F4 RT004/005, Palsigunung, Cimanggis, Depok, kemarin, terlihat sepi. Dari dalam rumah berpagar besi warna hitam itu hanya terdengar suara anak kecil. Tak lama keluar seorang pria berkacamata yang merupakan mantan suami Rian, bernama Dian Wijayana, 37.
Dengan suara pelan dia meminta izin masuk kembali ke rumah karena anaknya menghampiri. ”Jangan sekarang ya ada anak-anak,” kata Dian. Di mata keluarga, Rian merupakan sosok pekerja keras. Korban sering pulang malam sehingga tidak banyak waktu mengurus dua anaknya.
Rian dan Dian sudah bercerai sejak September 2014. Setelah bercerai, Rian pindah dari Kompleks Hankam dan mengontrak di Griya Tugu Asri (GTA). “Ngontrak sama dua anaknya di GTA, tapi cuma tiga bulan,” ujar Indah, mantan ibu mertua Rian
Helmi syarif/ R ratna purnama
(ftr)