Pemerataan Kota Besar
A
A
A
Semakin maju sebuah negara ditandai dengan semakin besar proporsi penduduk yang tinggal di kawasan urban/perkotaan. Fenomena ini disebabkan oleh urbanisasi yang selalu terjadi apabila perekonomian kian tumbuh.
Meskipun kini penduduk Indonesia lebih dari 50% tinggal di perkotaan, distribusi kawasan urbannya masih dibilang timpang. Wilayah urban masih terpusat di Pulau Jawa dan bahkan masih terkonsentrasi di Jakarta dan sekitarnya.
Wilayah urbannya pun umumnya masih terfragmentasi dan kurang terintegrasi dengan inti kota. Dalam empat dekade terakhir, Jakarta menempati urutan pertama pada laju urbanisasi terbesar.
Hal ini membuat Jakarta menjadi satu-satunya kota megapolitan yang berada di Indonesia. Surabaya yang menjadi kota besar kedua di Indonesia pun memiliki selisih penduduk yang sangat besar bila dibandingkan dengan Jakarta.
Dalam konteks kota besar, Jakarta masih terlalu dominan bila dibandingkan kota lainnya. Terlalu pentingnya sebuah kota sebagai mesin ekonomi nasional cenderung menimbulkan “urban bias” di mana kebijakan pemerintah terlalu menitikberatkan terhadap prioritas di perkotaan daripada di pedesaan.
Akhirnya, kesenjangan kesejahteraan masyarakat antara desa kota akan semakin lebar. Di samping itu, terlalu besarnya Jakarta relatif dibandingkan dengan kota besar berikutnya menyebabkan “first-city bias“ yakni kota terbesar di sebuah negara yang menerima investasi publik maupun swasta yang terlampau besar bila dibandingkan kota lainnya. Permasalahan “first-city bias“ juga tidak bisa dilepaskan dari pola “hub and spoke system “ yang masih berjalan di Indonesia.
Artinya, Jakartadianggapsebagaikotayangdidahulukan sebelum kota lainnya. Pola ini berdampak pada implementasi sistem desentralisasi yang kurang optimal. Terpusatnya perdagangan dan industri pada kota besar seperti Jakarta dan Surabaya ternyata juga menghambat pada perbaikan indeks daya saing nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dapat terwujud bila didukung oleh banyak kota besar dan tersebar di seluruh kawasan. Oleh karena itu, urbanisasi perlu dipetakan dengan tidak terpusat pada satu atau dua kota saja.
Dengan banyaknya kota besar diharapkan ekonomi di daerah sekitarnya juga ikut tumbuh.
Ahmanda Muhammad T
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi, Kepala Departemen Kajian dan Penelitian HIMIESPA
Meskipun kini penduduk Indonesia lebih dari 50% tinggal di perkotaan, distribusi kawasan urbannya masih dibilang timpang. Wilayah urban masih terpusat di Pulau Jawa dan bahkan masih terkonsentrasi di Jakarta dan sekitarnya.
Wilayah urbannya pun umumnya masih terfragmentasi dan kurang terintegrasi dengan inti kota. Dalam empat dekade terakhir, Jakarta menempati urutan pertama pada laju urbanisasi terbesar.
Hal ini membuat Jakarta menjadi satu-satunya kota megapolitan yang berada di Indonesia. Surabaya yang menjadi kota besar kedua di Indonesia pun memiliki selisih penduduk yang sangat besar bila dibandingkan dengan Jakarta.
Dalam konteks kota besar, Jakarta masih terlalu dominan bila dibandingkan kota lainnya. Terlalu pentingnya sebuah kota sebagai mesin ekonomi nasional cenderung menimbulkan “urban bias” di mana kebijakan pemerintah terlalu menitikberatkan terhadap prioritas di perkotaan daripada di pedesaan.
Akhirnya, kesenjangan kesejahteraan masyarakat antara desa kota akan semakin lebar. Di samping itu, terlalu besarnya Jakarta relatif dibandingkan dengan kota besar berikutnya menyebabkan “first-city bias“ yakni kota terbesar di sebuah negara yang menerima investasi publik maupun swasta yang terlampau besar bila dibandingkan kota lainnya. Permasalahan “first-city bias“ juga tidak bisa dilepaskan dari pola “hub and spoke system “ yang masih berjalan di Indonesia.
Artinya, Jakartadianggapsebagaikotayangdidahulukan sebelum kota lainnya. Pola ini berdampak pada implementasi sistem desentralisasi yang kurang optimal. Terpusatnya perdagangan dan industri pada kota besar seperti Jakarta dan Surabaya ternyata juga menghambat pada perbaikan indeks daya saing nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dapat terwujud bila didukung oleh banyak kota besar dan tersebar di seluruh kawasan. Oleh karena itu, urbanisasi perlu dipetakan dengan tidak terpusat pada satu atau dua kota saja.
Dengan banyaknya kota besar diharapkan ekonomi di daerah sekitarnya juga ikut tumbuh.
Ahmanda Muhammad T
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi, Kepala Departemen Kajian dan Penelitian HIMIESPA
(ftr)