Tempe Diusulkan sebagai Penganan Warisan Budaya Dunia
A
A
A
BOGOR - Sulit rasanya memisahkan tempe dari makanan sehari-hari orang Indonesia. Penganan yang merupakan fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhizopus oligorus itu selalu ditemui dalam menu sehari-hari. Itulah yang mendasari usulan Institut Pertanian Bogor (IPB) agar United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengakui tempe sebagai makanan asli Indonesia.
Upaya menjadikan tempe diakui salah satu badan PBB tersebut digagas sejumlah ahli gizi dan peneliti IPB yang tergabung dalam Pergizi Pangan Indonesia dan Forum Tempe Indonesia. Adapun yang mendasari usulan ini adalah saat ini sudah ada 20 negara yang melakukan penelitian dan membuat produk tempe.
”Sebelum diklaim oleh negara lain, kita harus mendaftarkan tempe menjadi makanan asli Indonesia, agar diakui dunia,” kata Sekretaris Jenderal Pergizi Pangan Made Astrawan di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Dia mengatakan, sejumlah negara di dunia di antaranya Jepang, Jerman, dan Malaysia bahkan telah mengembangkan tempe sebagai makanan berprotein tinggi yang bukan didapat dari hewan, ”Tempe merupakan salah satu pangan bergizi dan bagian dari diet sehat, karena proteinnya sama banyak dan tinggi seperti protein hewan,” imbuhnya.
Made menambahkan, proses pembuatan tempe yang unik sudah dilakukan nenek moyang kita. ”Ini merupakan bukti sejarah, menggunakan bahan dasar kedelai yang difermentasi yang pertama kali dibuat oleh masyarakat Klaten, Jawa Tengah sejak tahun 1700 lalu,” jelasnya.
Ketua Umum Pergizian Panganan Indonesia Herdiyansyah mengatakan, bagi masyarakat Indonesia tempe bukan hanya makanan, namun memiliki nilai budaya, sejarah, dan ekonomi bangsa. ”Terinspirasi dari pengakuan UNESCO yang sudah mengakui Kimchi dari Korea dan Batik dari Indonesia sebagai ‘Intangible Cultural Heritage of Humanity (ICHH) maka kami pun akan mendaftarkan tempe agar mendapat pengajuan juga,” jelasnya.
Akan tetapi, ungkap dia, pendaftaran agar tempe mendapat pengakuan dari dunia internasional, harus dilakukan langsung oleh pemerintah ke UNESCO. ”Pemerintah yang harus langsung mendaftarkannya, sehingga kami di sini akan terus berusaha mengumpulkan semua data terkait tempe agar bisa diajukan,” imbuhnya.
Data-data yang dikumpulkan tersebut mulai dari sejarah tempe, jenisnya, perusahaan, kandungan gizi, keunikan, dan sebagainya. ”Mudah-mudahan pemerintah tahun 2016 bisa langsung mendaftarkan tempe ke UNESCO menggunakan data- data yang kami kumpulkan, sehingga pada 2018 mendatang UNESCO sudah menetapkan tempe sebagai warisan dan budaya dunia,” paparnya.
Haryudi
Upaya menjadikan tempe diakui salah satu badan PBB tersebut digagas sejumlah ahli gizi dan peneliti IPB yang tergabung dalam Pergizi Pangan Indonesia dan Forum Tempe Indonesia. Adapun yang mendasari usulan ini adalah saat ini sudah ada 20 negara yang melakukan penelitian dan membuat produk tempe.
”Sebelum diklaim oleh negara lain, kita harus mendaftarkan tempe menjadi makanan asli Indonesia, agar diakui dunia,” kata Sekretaris Jenderal Pergizi Pangan Made Astrawan di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Dia mengatakan, sejumlah negara di dunia di antaranya Jepang, Jerman, dan Malaysia bahkan telah mengembangkan tempe sebagai makanan berprotein tinggi yang bukan didapat dari hewan, ”Tempe merupakan salah satu pangan bergizi dan bagian dari diet sehat, karena proteinnya sama banyak dan tinggi seperti protein hewan,” imbuhnya.
Made menambahkan, proses pembuatan tempe yang unik sudah dilakukan nenek moyang kita. ”Ini merupakan bukti sejarah, menggunakan bahan dasar kedelai yang difermentasi yang pertama kali dibuat oleh masyarakat Klaten, Jawa Tengah sejak tahun 1700 lalu,” jelasnya.
Ketua Umum Pergizian Panganan Indonesia Herdiyansyah mengatakan, bagi masyarakat Indonesia tempe bukan hanya makanan, namun memiliki nilai budaya, sejarah, dan ekonomi bangsa. ”Terinspirasi dari pengakuan UNESCO yang sudah mengakui Kimchi dari Korea dan Batik dari Indonesia sebagai ‘Intangible Cultural Heritage of Humanity (ICHH) maka kami pun akan mendaftarkan tempe agar mendapat pengajuan juga,” jelasnya.
Akan tetapi, ungkap dia, pendaftaran agar tempe mendapat pengakuan dari dunia internasional, harus dilakukan langsung oleh pemerintah ke UNESCO. ”Pemerintah yang harus langsung mendaftarkannya, sehingga kami di sini akan terus berusaha mengumpulkan semua data terkait tempe agar bisa diajukan,” imbuhnya.
Data-data yang dikumpulkan tersebut mulai dari sejarah tempe, jenisnya, perusahaan, kandungan gizi, keunikan, dan sebagainya. ”Mudah-mudahan pemerintah tahun 2016 bisa langsung mendaftarkan tempe ke UNESCO menggunakan data- data yang kami kumpulkan, sehingga pada 2018 mendatang UNESCO sudah menetapkan tempe sebagai warisan dan budaya dunia,” paparnya.
Haryudi
(bbg)