Obati Rindu, Santri Cium Tangan Mbah Hasyim
A
A
A
Seorang pria berkopiah mendekati sebuah lukisan yang terpajang di dinding. Sesaat mengamati sosok pada lukisan tersebut, dia lalu membungkukkan badan dan melakukan gerakan seolah mencium tangan sosok yang ada di lukisan berukuran 2x1 meter tersebut.
Hal ini juga dilakukan oleh beberapa pengunjung lainnya saat memasuki salah satu stan di alun-alun Kota Jombang, lokasi pelaksanaan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU), tempat lukisan tersebut dipajang.
Sosok pada lukisan tersebut adalah KH Hasyim Asyari, pendiri NU yang sangat dikagumi santri dan kalangan Nahdliyin. ”Lukisannya sangat bagus. Saya tertarik untuk bisa sungkem langsung karena seolaholah nyata, seperti Mbah Hasyim ada di hadapan kita,” ujar salah seorang pengunjung bernama Ahmad Syari Kurnianto.
Pria asal Lahat, Sumatera Selatan yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang ini mengaku sangat merindukan tokoh kharismatik tersebut. ”Dari dulu saya sangat mengaguminya, tapi tidak bisa bertemu karena beliau sudah wafat,” ucapnya.
Kontribusi dan perjuangan kakek dari Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam membidani lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga tidak diragukan. Resolusi Jihadnya mampu mengusir Belanda dan balatentara sekutu yang ingin menguasai kembali Jawa melalui agresi militer kedua lewat Surabaya.
Saat itu ribuan santri dari berbagai pelosok Tanah Air berduyun-duyun bertempur melawan Belanda yang dibonceng NICA. Besarnya jasa-jasa yang ditorehkan KH Hasyim Asyari bagi agama dan negara membuatnya dikenang oleh generasi penerus.
Tidak sedikit yang mengabadikannya dalam bentuk gambar dan lukisan seperti yang dilakukan Toto Muhammad Setiawan, pria asal Jember di arena muktamar Jombang ini. ”Proses melukisnya tiga bulan tapi nggak kontinu. Tapi alhamdulillah bisa diselesaikan, meski sebenarnya masih bisa dieksplor lagi,” katanya kemarin.
Meski tidak mengenal KH Hasyim Asyari secara langsung, Toto mengaku memperoleh masukan langsung dari keturunan KH Hasyim Asyari yang disampaikan melalui rekannya. Toto mengaku tidak mudah melukis tokoh sekelas KH Hasyim Asyari.
”Lukisanlukisan Mbah Hasyim sebelumnya pakai jubah. Ini kenapa nggak pakai jenggot karena berdasarkan masukanmasukan dari cucu atau cicit Mbah Hasyim diterangkan bahwa beliau bersih, nggak pakai jenggot, kumis dan sebagainya,” ucapnya. Lukisan Toto tersebut menggambarkan KH Hasyim Asyari sedang duduk merenung, sedangkan di sisinya tergambar suasana rapat saat perumusan Resolusi Jihad.
Untuk menghormatinya, Toto mengaku selalu membaca surat Al Fatihah sebelum melukis. ”Sebagai tanda penghormatan saya kepada beliau,” ucapnya.
Sucipto
JOMBANG
Hal ini juga dilakukan oleh beberapa pengunjung lainnya saat memasuki salah satu stan di alun-alun Kota Jombang, lokasi pelaksanaan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU), tempat lukisan tersebut dipajang.
Sosok pada lukisan tersebut adalah KH Hasyim Asyari, pendiri NU yang sangat dikagumi santri dan kalangan Nahdliyin. ”Lukisannya sangat bagus. Saya tertarik untuk bisa sungkem langsung karena seolaholah nyata, seperti Mbah Hasyim ada di hadapan kita,” ujar salah seorang pengunjung bernama Ahmad Syari Kurnianto.
Pria asal Lahat, Sumatera Selatan yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang ini mengaku sangat merindukan tokoh kharismatik tersebut. ”Dari dulu saya sangat mengaguminya, tapi tidak bisa bertemu karena beliau sudah wafat,” ucapnya.
Kontribusi dan perjuangan kakek dari Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam membidani lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga tidak diragukan. Resolusi Jihadnya mampu mengusir Belanda dan balatentara sekutu yang ingin menguasai kembali Jawa melalui agresi militer kedua lewat Surabaya.
Saat itu ribuan santri dari berbagai pelosok Tanah Air berduyun-duyun bertempur melawan Belanda yang dibonceng NICA. Besarnya jasa-jasa yang ditorehkan KH Hasyim Asyari bagi agama dan negara membuatnya dikenang oleh generasi penerus.
Tidak sedikit yang mengabadikannya dalam bentuk gambar dan lukisan seperti yang dilakukan Toto Muhammad Setiawan, pria asal Jember di arena muktamar Jombang ini. ”Proses melukisnya tiga bulan tapi nggak kontinu. Tapi alhamdulillah bisa diselesaikan, meski sebenarnya masih bisa dieksplor lagi,” katanya kemarin.
Meski tidak mengenal KH Hasyim Asyari secara langsung, Toto mengaku memperoleh masukan langsung dari keturunan KH Hasyim Asyari yang disampaikan melalui rekannya. Toto mengaku tidak mudah melukis tokoh sekelas KH Hasyim Asyari.
”Lukisanlukisan Mbah Hasyim sebelumnya pakai jubah. Ini kenapa nggak pakai jenggot karena berdasarkan masukanmasukan dari cucu atau cicit Mbah Hasyim diterangkan bahwa beliau bersih, nggak pakai jenggot, kumis dan sebagainya,” ucapnya. Lukisan Toto tersebut menggambarkan KH Hasyim Asyari sedang duduk merenung, sedangkan di sisinya tergambar suasana rapat saat perumusan Resolusi Jihad.
Untuk menghormatinya, Toto mengaku selalu membaca surat Al Fatihah sebelum melukis. ”Sebagai tanda penghormatan saya kepada beliau,” ucapnya.
Sucipto
JOMBANG
(bbg)