Manfaatkan Ponsel dan Internet untuk Dongkrak Produktivitas
A
A
A
Petani Kenya kini kian canggih. Mereka lebih melek teknologi. Mereka kini disebut ”petani telepon” karena mulai memanfaatkan teknologi telepon seluler (ponsel) dan kecanggihan teknologi di dalamnya untuk membantu mengefisiensi pengelolaan tanaman.
Perangkat ponsel yang mereka pakai memberikan banyak kelebihan untuk membantu melakukan pekerjaan kebun di desa maupun kota. Raksasa teknologi IBM EZ saat ini sedang melakukan uji coba proyek pertanian di Kenya. Mereka ingin menjajaki bagaimana analisis data yang canggih dapat membantu petani bisa mengetahui situasi sebenarnya yang terjadi di kebun mereka setiap saat hanya dengan melihat TV plasma.
Monitor ditempatkan di sekitar tangki air guna memantau level air yang mengairi lahan pertanian. Langkah ini juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelembaban dalam tanah serta kinerja peralatan irigasi. Ada juga kamera inframerah untuk melihat sejauh mana proses fotosintesis berlangsung. Alat tersebut dapat menunjukkan apakah pengairan tanaman terlalu banyak atau sedikit.
Semua data yang diperoleh dari kedua alat canggih itu disampaikan secara nirkabel ke IBM Cloud dan diakses petani melalui aplikasi smartphone . ”Para petani telepon ini hanya perlu mengunjungi peternakan mereka di akhir pekan,” ujar Ketua Peneliti Air dan Pertanian IBM Kala Fleming, dikutip BBC .
Dia menjelaskan bagaimana petani dengan cerdasnya mencari solusi untuk mengelola sumber daya air yang dibutuhkan guna mengairi dan menyuburkan tanaman mereka. ”Menciptakan jaringan digital untuk peternakan skala kecil dan para pengguna air juga memberikan kesempatan bagi organisasi lain yang ingin menggunakan layanan ini. Tentunya untuk menghasilkan pendapatan dan peningkatan produktivitas,” tambahnya.
Tidak terlalu banyak petani skala kecil akan mampu membeli peralatan canggih seperti itu. Namun, ada solusi yang lebih murah dan dapat memiliki efek yang sama yakni dengan memberdayakan petani yang kurang mendapat informasi dan sering menerima saran yang buruk. Harun Munuve, misalnya.
Petani yang menanam berbagai jenis tanaman di perkebunannya di Ruiru, beberapa kilometer sebelah utara Nairobi, mengatakan, ”Awalnya kami hanya mengandalkan informasi dari toko agrobisnis untuk mengetahui jenis bibit apa. Pada musim tanam terakhir, bibit yang ditanam di kebun lain ternyata tidak sesuai di daerah saya,” ceritanya.
Beruntung, Munuve termasuk generasi yang tidak gagap teknologi. Dia meminta bantuan aplikasi di situs MbeguChoice. Di ladangnya, Harun Munuve dapat mengonsultasikan data pertanian yang dia butuhkan melalui layar tabletnya. Aplikasi ini mengharuskan pengguna untuk menjawab beberapa pertanyaan sederhana tentang lokasi dan jenis tanaman yang diinginkan.
Termasuk, apa benih varietas yang tersedia dan bagaimana sifatnya. Seperti, periode pematangan dan tingkat kekeringan tanah yang dapat ditoleransi untuk menanam. Layanan lain yang dapat diterima seluruh petani ialah menggunakan pesan teks (SMS) untuk memberikan informasi. Sebab di kalangan petani di pedesaan, mereka masih menggunakan ponsel biasa.
Layanan SMS itu bernama WeFarm yang memungkinkan petani untuk bertanya tentang masalahmasalah khusus di ladang mereka, dan menerima jawaban dari para ahli. Lebih dari 4.500 petani mendaftar sejak diluncurkan pada Februari lalu.
Ananda Nararya
Perangkat ponsel yang mereka pakai memberikan banyak kelebihan untuk membantu melakukan pekerjaan kebun di desa maupun kota. Raksasa teknologi IBM EZ saat ini sedang melakukan uji coba proyek pertanian di Kenya. Mereka ingin menjajaki bagaimana analisis data yang canggih dapat membantu petani bisa mengetahui situasi sebenarnya yang terjadi di kebun mereka setiap saat hanya dengan melihat TV plasma.
Monitor ditempatkan di sekitar tangki air guna memantau level air yang mengairi lahan pertanian. Langkah ini juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelembaban dalam tanah serta kinerja peralatan irigasi. Ada juga kamera inframerah untuk melihat sejauh mana proses fotosintesis berlangsung. Alat tersebut dapat menunjukkan apakah pengairan tanaman terlalu banyak atau sedikit.
Semua data yang diperoleh dari kedua alat canggih itu disampaikan secara nirkabel ke IBM Cloud dan diakses petani melalui aplikasi smartphone . ”Para petani telepon ini hanya perlu mengunjungi peternakan mereka di akhir pekan,” ujar Ketua Peneliti Air dan Pertanian IBM Kala Fleming, dikutip BBC .
Dia menjelaskan bagaimana petani dengan cerdasnya mencari solusi untuk mengelola sumber daya air yang dibutuhkan guna mengairi dan menyuburkan tanaman mereka. ”Menciptakan jaringan digital untuk peternakan skala kecil dan para pengguna air juga memberikan kesempatan bagi organisasi lain yang ingin menggunakan layanan ini. Tentunya untuk menghasilkan pendapatan dan peningkatan produktivitas,” tambahnya.
Tidak terlalu banyak petani skala kecil akan mampu membeli peralatan canggih seperti itu. Namun, ada solusi yang lebih murah dan dapat memiliki efek yang sama yakni dengan memberdayakan petani yang kurang mendapat informasi dan sering menerima saran yang buruk. Harun Munuve, misalnya.
Petani yang menanam berbagai jenis tanaman di perkebunannya di Ruiru, beberapa kilometer sebelah utara Nairobi, mengatakan, ”Awalnya kami hanya mengandalkan informasi dari toko agrobisnis untuk mengetahui jenis bibit apa. Pada musim tanam terakhir, bibit yang ditanam di kebun lain ternyata tidak sesuai di daerah saya,” ceritanya.
Beruntung, Munuve termasuk generasi yang tidak gagap teknologi. Dia meminta bantuan aplikasi di situs MbeguChoice. Di ladangnya, Harun Munuve dapat mengonsultasikan data pertanian yang dia butuhkan melalui layar tabletnya. Aplikasi ini mengharuskan pengguna untuk menjawab beberapa pertanyaan sederhana tentang lokasi dan jenis tanaman yang diinginkan.
Termasuk, apa benih varietas yang tersedia dan bagaimana sifatnya. Seperti, periode pematangan dan tingkat kekeringan tanah yang dapat ditoleransi untuk menanam. Layanan lain yang dapat diterima seluruh petani ialah menggunakan pesan teks (SMS) untuk memberikan informasi. Sebab di kalangan petani di pedesaan, mereka masih menggunakan ponsel biasa.
Layanan SMS itu bernama WeFarm yang memungkinkan petani untuk bertanya tentang masalahmasalah khusus di ladang mereka, dan menerima jawaban dari para ahli. Lebih dari 4.500 petani mendaftar sejak diluncurkan pada Februari lalu.
Ananda Nararya
(ftr)