Banjir di Asia Semakin Parah
A
A
A
YANGON - Banjir dan longsor yang menerjang sejumlah negara di wilayah Asia dalam beberapa hari terakhir kian parah. Hingga kemarin ratusan orang meninggal, jutaan orang terdampar, dan ribuan rumah rusak di sejumlah kawasan.
Di antara negara yang dilanda banjir yakni India, Myanmar, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, dan Nepal. Tim evakuasi masing-masing negara berusaha memberikan pertolongan dan bantuan kepada seluruh penduduk yang dilanda banjir atau longsor. Mereka mendapatkan tantangan yang tidak mudah. Pasalnya, sebagian wilayah terdampak berada di daerah pedalaman dengan akses yang terbatas.
India merupakan salah satu negara yang cukup parah dilanda banjir. Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah India, saat ini lebih dari 120 orang meninggal. Sementara itu, jutaan penduduk di Teluk Bengal harus mengungsi. Pasalnya, wilayah mereka tidak hanya dilanda hujan lebat, tapi juga angin siklon yang berbahaya dan mematikan.
Sebuah bukit di timur laut Manipur juga mengalami longsor setelah diguyur hujan selama beberapa jam. Tim evakuasi sempat menghentikan pencarian. Kemarin mereka kembali menggali tanah ambruk itu untuk mencari korban. Menurut tim evakuasi, empat jenazah berhasil ditarik dari tumpukan tanah tersebut.
Bagi pemerintah dan masyarakat India, kejadian seperti ini sudah menjadi langganan setahun sekali. Maklum, Juni-September, curah hujan tahunan India sangat tinggi, yakni mencapai 80%. Musibah banjir dan longsor sulit diantisipasi. Tahun ini 48 orang juga meninggal di Bengal Barat.
”Lebih dari 1,8 juta orang di 5.600 desa kena dampaknya serta hampir 1,1 juta orang harus mengungsi ke perkemahan,” ujar Menteri Manajemen Negara Javed Ahmad Khan, dikutip AFP . ”Jika hujan tidak turun dalam beberapa hari ke depan, tingkat air banjir akan surut,” tambahnya.
Penderitaan yang sama juga dipikul Pakistan. Dalam musibah banjir mematikan terkini, 116 orang meninggal. Hampir setiap tahun sejak 2010 silam, Pakistan selalu terkena banjir. ”Tahun ini lebih dari 850.000 orang terdampar akibat banjir,” kata juru bicara (jubir) Dewan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) Ahmed Kamal.
Di negara tetangga Myanmar, deretan hujan lebat yang diperkuat dengan Siklon Komen sejauh ini telah menewaskan 46 orang. Lebih dari 200.000 orang juga terdampar. Sebagian dari mereka terperangkap di tengah banjir tanpa bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Mereka bertahan hidup, terlepas siang atau malam, dia atas genteng.
Pemerintah Myanmar fokus pada misi bantuan dan penyelamatan. Mereka melakukannya di empat wilayah terdampak yang berada di pusat atau barat Myanmar. Beberapa dari mereka ada yang nekat menggunakan perahu kecil kano dan rakit buatan untuk menyelamatkan diri dari air banjir yang terus meninggi.
”Kami telah kehilangan semua yang kami miliki. Rumah kami sampai saat ini (kemarin) masih terendam air banjir,” kata pengungsi Htay Shein, 62, yang bermukim di tenda sementara di Kalay. ”Kami memang sudah biasa melihat banjir. Tapi, kali ini berbeda dan mungkin yang paling buruk. Kami belum pernah melihat banjir sebesar ini,” sambungnya.
Shein merupakan satu dari ribuan warga Myanmar yang mengungsi di tenda pengungsian. Pantauan AFP menyebutkan, beberapa orang membuat rakit dari ban bekas, botol plastik besar, dan kayu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengimbau pemerintah Myanmar untuk mengantisipasi air sungai yang akan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan. ”Logistik sangatlah sulit. Tim kami kesulitan mencapai area terdampak,” kata Pierre Peron, jubir Kantor PBB untuk Urusan Koordinasi Kemanusiaan Myanmar. Sama seperti India, di Myanmar juga terjadi longsor.
Di Hakha, 700 rumah hancur. Presiden Thein Sein berjanji akan membantu korban secepat dan sebaik mungkin. Musim penghujan merupakan momen yang sering ditunggu para petani di seluruh wilayah Myanmar. Namun, kali ini angin siklon ikut mendampingi dan berakibat pada gagalnya panen di beberapa titik.
Selain itu, banjir dan angin siklon sering menyebabkan aliran listrik dan komunikasi putus. Akses jalan juga lumpuh total. Musibah serupa juga menimpa Vietnam dan Nepal yang kehilangan puluhan orang.
Di Vietnam lebih berbahaya karena longsor itu mengandung racun yang berasal dari pertambangan batu bara di Provinsi Quang Ninh, tempat situs turis Teluk Halong. Longsor itu menimpa dua keluarga dan membuat batu bara muntah ke pusat kota.
Muh shamil
Di antara negara yang dilanda banjir yakni India, Myanmar, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, dan Nepal. Tim evakuasi masing-masing negara berusaha memberikan pertolongan dan bantuan kepada seluruh penduduk yang dilanda banjir atau longsor. Mereka mendapatkan tantangan yang tidak mudah. Pasalnya, sebagian wilayah terdampak berada di daerah pedalaman dengan akses yang terbatas.
India merupakan salah satu negara yang cukup parah dilanda banjir. Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah India, saat ini lebih dari 120 orang meninggal. Sementara itu, jutaan penduduk di Teluk Bengal harus mengungsi. Pasalnya, wilayah mereka tidak hanya dilanda hujan lebat, tapi juga angin siklon yang berbahaya dan mematikan.
Sebuah bukit di timur laut Manipur juga mengalami longsor setelah diguyur hujan selama beberapa jam. Tim evakuasi sempat menghentikan pencarian. Kemarin mereka kembali menggali tanah ambruk itu untuk mencari korban. Menurut tim evakuasi, empat jenazah berhasil ditarik dari tumpukan tanah tersebut.
Bagi pemerintah dan masyarakat India, kejadian seperti ini sudah menjadi langganan setahun sekali. Maklum, Juni-September, curah hujan tahunan India sangat tinggi, yakni mencapai 80%. Musibah banjir dan longsor sulit diantisipasi. Tahun ini 48 orang juga meninggal di Bengal Barat.
”Lebih dari 1,8 juta orang di 5.600 desa kena dampaknya serta hampir 1,1 juta orang harus mengungsi ke perkemahan,” ujar Menteri Manajemen Negara Javed Ahmad Khan, dikutip AFP . ”Jika hujan tidak turun dalam beberapa hari ke depan, tingkat air banjir akan surut,” tambahnya.
Penderitaan yang sama juga dipikul Pakistan. Dalam musibah banjir mematikan terkini, 116 orang meninggal. Hampir setiap tahun sejak 2010 silam, Pakistan selalu terkena banjir. ”Tahun ini lebih dari 850.000 orang terdampar akibat banjir,” kata juru bicara (jubir) Dewan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) Ahmed Kamal.
Di negara tetangga Myanmar, deretan hujan lebat yang diperkuat dengan Siklon Komen sejauh ini telah menewaskan 46 orang. Lebih dari 200.000 orang juga terdampar. Sebagian dari mereka terperangkap di tengah banjir tanpa bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Mereka bertahan hidup, terlepas siang atau malam, dia atas genteng.
Pemerintah Myanmar fokus pada misi bantuan dan penyelamatan. Mereka melakukannya di empat wilayah terdampak yang berada di pusat atau barat Myanmar. Beberapa dari mereka ada yang nekat menggunakan perahu kecil kano dan rakit buatan untuk menyelamatkan diri dari air banjir yang terus meninggi.
”Kami telah kehilangan semua yang kami miliki. Rumah kami sampai saat ini (kemarin) masih terendam air banjir,” kata pengungsi Htay Shein, 62, yang bermukim di tenda sementara di Kalay. ”Kami memang sudah biasa melihat banjir. Tapi, kali ini berbeda dan mungkin yang paling buruk. Kami belum pernah melihat banjir sebesar ini,” sambungnya.
Shein merupakan satu dari ribuan warga Myanmar yang mengungsi di tenda pengungsian. Pantauan AFP menyebutkan, beberapa orang membuat rakit dari ban bekas, botol plastik besar, dan kayu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengimbau pemerintah Myanmar untuk mengantisipasi air sungai yang akan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan. ”Logistik sangatlah sulit. Tim kami kesulitan mencapai area terdampak,” kata Pierre Peron, jubir Kantor PBB untuk Urusan Koordinasi Kemanusiaan Myanmar. Sama seperti India, di Myanmar juga terjadi longsor.
Di Hakha, 700 rumah hancur. Presiden Thein Sein berjanji akan membantu korban secepat dan sebaik mungkin. Musim penghujan merupakan momen yang sering ditunggu para petani di seluruh wilayah Myanmar. Namun, kali ini angin siklon ikut mendampingi dan berakibat pada gagalnya panen di beberapa titik.
Selain itu, banjir dan angin siklon sering menyebabkan aliran listrik dan komunikasi putus. Akses jalan juga lumpuh total. Musibah serupa juga menimpa Vietnam dan Nepal yang kehilangan puluhan orang.
Di Vietnam lebih berbahaya karena longsor itu mengandung racun yang berasal dari pertambangan batu bara di Provinsi Quang Ninh, tempat situs turis Teluk Halong. Longsor itu menimpa dua keluarga dan membuat batu bara muntah ke pusat kota.
Muh shamil
(ftr)