Kekeringan Makin Mengkhawatirkan

Senin, 03 Agustus 2015 - 11:19 WIB
Kekeringan Makin Mengkhawatirkan
Kekeringan Makin Mengkhawatirkan
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kekeringan yang melanda Indonesia saat ini diduga sebagai dampak fenomena El Nino yang telah mencapai level moderat. Fenomena itu diprediksi akan menguat mulai Agustus sampai Desember 2015.

”Pada 2015 ini fenomena kekeringan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Daerahdaerah seperti Jawa, Sulawesi Selatan, Lampung, Bali, NTB, dan NTT telah mengalami hari tanpa hujan berturut-turut sangat panjang. Jika dipantau dari Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan, wilayah-wilayah itu sudah kering sejak Mei,” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya dalam siaran persnya.

TrenpenguatanEl Nino2015 ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan indeks ENSO dari 1,6 pada Juni menjadi 2,2 pada Desember 2015. Daerah-daerah berpotensi terkena dampak El Nino 2015 itu meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Untuk wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), BMKG menyebut telah memasuki musim kemarau sejak Maret dan diprediksi akan berlangsung sampai November.

Sementara untuk wilayah Jawa memasuki musim kemarau sejak April dan diprediksi berlangsung hingga Oktober. Menurut Andi, kondisi itu berdampak cukup besar terhadap beberapasektordiIndonesia. Pada sektor pertanian misalnya, hal ini dapat menyebabkan panjangnya masa paceklik atau gagal panen. Sementara pada sektor kehutanan, El Nino dapat berdampak pada kebakaran hutan dan lahan.

Begitu juga disektor kesehatan, ketersediaan air bersih akan semakin berkurang. Faktanya sudah terlihat jelas saat ini. Badan Penanggulangan BencanaDaerah(BPBD) Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mencatat bencana kekeringan kini melanda 3.527 hektare sawah di 20 kecamatan. Bahkan, seluas 7.448 hektare sawah lainnya terancam sulit mendapatkan air.

Menurut Kepala BPBD Kabupaten Karawang Asip Suhendar, bencana kekeringan terparah terjadi di lima kecamatan, yakni Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru, Pakisjaya, Batujaya, dan Kecamatan Jatisari. ”Khusus di Kecamatan Tegalwaru, kekeringan tidak hanya melanda areal sawah, tetapi juga mengakibatkan warga sulit mendapatkan air bersih,” tutur Asip.

Diwilayahlain, bencanakekeringan sebagai dampak badai El Nino di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, juga meluas. Hal itu ditandai semakin banyaknya sungai yang mengering, lahan pertanian kesulitan pasokan air tanah, hingga keterbatasan pasokan air bersih untuk warga. Salah satu daerah yang paling parah mengalami krisis air bersih adalah Desa Ngrencak, Kecamatan Panggul.

Krisis air bersih juga melanda puluhan desa di lima kecamatan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Sebanyak 9 desa ada di Kecamatan Balerejo, 6 desa di Kecamatan Pilangkenceng, 6 desa di Kecamatan Gemarang, 6 desa di Kecamatan Wonoasri, dan 3 desa di Kecamatan Saradan. ”Jumlah desa rawan kekeringan tersebut berdasarkan data masing-masing desa dan kecamatan yang dilaporkan ke BPBD Kabupaten Madiun,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Edi Hariyanto kemarin.

Menurut Edi, dari puluhan desa rawan kekeringan itu, 6 desa di tiga kecamatan paling parah mengalami bencana kekeringan. Keenam desa itu adalah Desa Bulu dan Desa Kenongorejo di Kecamatan Pilangkenceng; Desa Tawangrejo, Batok, dan Desa NampudiKecamatanGemarang; serta Desa Plumpungrejo di Kecamatan Wonoasri. Edi menjelaskan, guna menghadapi musim kemarau panjang, BPBD Kabupaten Madiun akan mengajukan bantuan air bersih dan pembangunan tandon air.

Bantuan itu dilakukan dengan menggandeng PDAM Kabupaten Madiun. ”Nantinya, sebanyak 157 rit truk tangki akan disiapkan untuk didistribusikankedesa-desayang membutuhkan air bersih,” tambahnya. Kabag Humas dan Protokoler Kabupaten Madiun Herry Supramono menambahkan, untuk tanggap bencana kekeringan, Pemerintah Kabupaten Madiun juga sudah menerbitkan Surat Keputusan (SK) Bupati Madiun yang mengatur tentang pembentukan tim yang akan bertanggung jawab menanggulangi kekeringan di wilayah setempat.

”Selain menggandeng PDAM, kami juga melibatkan TNI, Polri, dan lembaga terkait lain dalam mengatasi kekeringan. Sesuai data BMKG, kekeringan panjang tahun ini merupakan dampak dari El Nino,” katanya.

Petani Tembakau Resah

Sementara di Bojonegoro, Jawa Timur, para petani tembakau mulai resah. Kemarau panjang di daerah itu yang diperkirakan hingga Oktober 2015 dikhawatirkan berdampak pada tanaman tembakau. Sebab petani kini telah menanam tembakau yang ratarata umur satu bulan dan perlu suplai air.

Menurut Abdul Sidiq, petani tembakau di Desa Panjang, Kecamatan Kedungadem, suplai air untuk pertanian sudah kritis. Padahal, warga membutuhkan suplai air karena sudah lebih dahulu menanam tembakau. Lahan tembakau berasal dari lahan bawang merah yang baru saja panen, Juni lalu. Tapi, memasuki Agustus ini, tanaman tembakau yang ratarata umur satu bulan butuh air.

”Makanya warga jadi waswas. Embung dan debit air di sungai sudah sulit diharapkan,” ujarnya. Kepala Bidang Usaha Perkebunan Dinas Perhutanan dan Perkebunan Bojongoro Khoirul Insan membenarkan bahwa petani telah menanam tembakau sekitar satu bulan. Persoalan suplai air juga menjadi masalah bagi petani mengingat umur tembakau satu bulan sedang butuh air.

”Data di Dishutbun Bojonegoro menyebutkan, musim tanam tembakau dimulai Juni 2015. Luas areal tanaman tembakau sekitar 6.400 hektare. Sekarang ini rata-rata umur tembakau yang sudah ditanam petani sekitar satu bulan sebanyak 4.000 hektare dan sisanya sebanyak 2.400 hektare umur dua pekan,” ujar Khoirul.

Dili eyato/ muhammad roqib/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9302 seconds (0.1#10.140)