CEO Zappos Memilih Tinggal di Karavan
A
A
A
Siapa bilang seorang miliarder selalu hidup bermewah-mewah? Hal tersebut tidak berlaku bagi Tony Hsieh, CEO Zappos, perusahaan penjualan sepatu dan pakaian online terbesar di dunia.
Dengan kekayaan bersih lebih dari USD820 juta (Rp10 triliun), Hsieh memilih untuk hidup sederhana di karavan di tengah taman di Las Vegas, Amerika Serikat. Hsieh meninggalkan kondominiumnya di apartemen mewah tahun lalu dan memilih tinggal di karavan cantik berwarna perak yang disebut Airstreams.
”Sekarang saya melihat tetangga lebih banyak daripada saya tinggal di sebuah gedung apartemen,” ujar Hsieh kepada Las Vegas Review Journal. Hsieh tidak sendiri di dalam karavan miliknya, dia bersama seekor alpaka yang bernama Marley. Karavan milik miliarder itu dilengkapi dua televisi dan kamar mandi kecil.
Karavan Hsieh itu berada di taman miliknya seluas 1 hektare bersama dengan 30 karavan. Kompleks karavan itu dijadikan rumah bagi programmer komputer. Taman itu layaknya pusat teknologi Silicon Valley. Komunitas itu disebut ”Llamapolis”. Hsieh dan para tetangganya kerap berkumpul untuk menikmati api unggul dan menonton film bersama. Mereka bahkan kerap menerima tamu dari berbagai penjuru dunia.
”Berbagai kegiatan itu sengaja dibuat untuk menciptakan ruang komunal guna bertemu dengan banyak orang dan berbagi ide,” kata Hsieh. Ada beberapa aturan untuk tinggal di Llamapolis. Kode etik itu di mana semua orang harus memberikan kontribusi lebih kepada masyarakat daripada apa yang mereka dapatkan. Seperti memasak untuk tetangga atau bermain musik untuk membuat gembira suasana.
”Bagi saya, pengalaman yang lebih berarti dari barangbarang. Saya punya pengalaman yang lebih di sini di Airstream,” ucapnya senang. Ke depan Hsieh memiliki keinginan untuk membangun hotel Airstream terbesar di dunia. Dia ingin memberikan pengalaman yang berbeda dan unik bagi orang yang berlibur di Vegas. Pria kelahiran Illinois itu menjual Zappos kepada Amazon sebesar USD1,2 miliar pada 2009.
Kini Hsieh bekerja dengan bayaran USD36.000 (Rp482 juta) untuk mampu menjalankan perusahaan sebagaimana yang dia inginkan dengan menggunakan filosofi manajemen yang disebut Holacracy. Filosofi Holacracy mengizinkan seluruh karyawannya memiliki suara yang sama dalam menjalankan perusahaan. Melalui Holacracy, dia menginginkan demokrasi di tempat kerja dan menghapus hierarki tradisional.
Seperti kondisi kehidupan eksperimental, ciri lain dari Holacracy ada pada kerja tim dan pengambilan keputusan antarmereka. Putra imigran asal Taiwan itu juga menggelontorkan USD350 juta (Rp4,6 triliun) untuk berinvestasi di pusat Kota Las Vegas untuk membuat kota ini lebih menarik bagi investor. Dia ingin mengubah Kota Las Vegas bukan hanya tempat untuk berjudi.
Hsieh ingin menarik berbagai ide bisnis baru untuk kotanya ini. Sebelum bergabung di Zappos, lulusan Harvard ini ikut mendirikan perusahaan iklan internet di jejaring Link- Exchange. Dia menjual perusahaan ini kepada Microsoft senilai USD265 juta (Rp3,5 triliun) pada 1999. Kemudian Hsieh menginvestasikan uang yang diperolehnya tersebut di Zappos, dan itu yang membuatnya menjadi CEO pada 1999.
Hsieh disebut-sebut menjadi pionir dalam tren bisnis internet. Erik Moore, investor awal Zappos, mengatakan, uang adalah cara Tony Hsieh untuk mendapatkan hasil yang didapatnya. ”Uang tidak masalah baginya. Jika dia hanya memiliki satu juta dolar yang tersisa, ia akan menghabiskan USD999.999 untuk membangun Vegas,” ujarnya. Moore juga menggambarkan Hsieh sosok yang peduli terhadap orang-orang di sekeliling yang juga peduli kepadanya.
ANANDA NARARYA
Jakarta
Dengan kekayaan bersih lebih dari USD820 juta (Rp10 triliun), Hsieh memilih untuk hidup sederhana di karavan di tengah taman di Las Vegas, Amerika Serikat. Hsieh meninggalkan kondominiumnya di apartemen mewah tahun lalu dan memilih tinggal di karavan cantik berwarna perak yang disebut Airstreams.
”Sekarang saya melihat tetangga lebih banyak daripada saya tinggal di sebuah gedung apartemen,” ujar Hsieh kepada Las Vegas Review Journal. Hsieh tidak sendiri di dalam karavan miliknya, dia bersama seekor alpaka yang bernama Marley. Karavan milik miliarder itu dilengkapi dua televisi dan kamar mandi kecil.
Karavan Hsieh itu berada di taman miliknya seluas 1 hektare bersama dengan 30 karavan. Kompleks karavan itu dijadikan rumah bagi programmer komputer. Taman itu layaknya pusat teknologi Silicon Valley. Komunitas itu disebut ”Llamapolis”. Hsieh dan para tetangganya kerap berkumpul untuk menikmati api unggul dan menonton film bersama. Mereka bahkan kerap menerima tamu dari berbagai penjuru dunia.
”Berbagai kegiatan itu sengaja dibuat untuk menciptakan ruang komunal guna bertemu dengan banyak orang dan berbagi ide,” kata Hsieh. Ada beberapa aturan untuk tinggal di Llamapolis. Kode etik itu di mana semua orang harus memberikan kontribusi lebih kepada masyarakat daripada apa yang mereka dapatkan. Seperti memasak untuk tetangga atau bermain musik untuk membuat gembira suasana.
”Bagi saya, pengalaman yang lebih berarti dari barangbarang. Saya punya pengalaman yang lebih di sini di Airstream,” ucapnya senang. Ke depan Hsieh memiliki keinginan untuk membangun hotel Airstream terbesar di dunia. Dia ingin memberikan pengalaman yang berbeda dan unik bagi orang yang berlibur di Vegas. Pria kelahiran Illinois itu menjual Zappos kepada Amazon sebesar USD1,2 miliar pada 2009.
Kini Hsieh bekerja dengan bayaran USD36.000 (Rp482 juta) untuk mampu menjalankan perusahaan sebagaimana yang dia inginkan dengan menggunakan filosofi manajemen yang disebut Holacracy. Filosofi Holacracy mengizinkan seluruh karyawannya memiliki suara yang sama dalam menjalankan perusahaan. Melalui Holacracy, dia menginginkan demokrasi di tempat kerja dan menghapus hierarki tradisional.
Seperti kondisi kehidupan eksperimental, ciri lain dari Holacracy ada pada kerja tim dan pengambilan keputusan antarmereka. Putra imigran asal Taiwan itu juga menggelontorkan USD350 juta (Rp4,6 triliun) untuk berinvestasi di pusat Kota Las Vegas untuk membuat kota ini lebih menarik bagi investor. Dia ingin mengubah Kota Las Vegas bukan hanya tempat untuk berjudi.
Hsieh ingin menarik berbagai ide bisnis baru untuk kotanya ini. Sebelum bergabung di Zappos, lulusan Harvard ini ikut mendirikan perusahaan iklan internet di jejaring Link- Exchange. Dia menjual perusahaan ini kepada Microsoft senilai USD265 juta (Rp3,5 triliun) pada 1999. Kemudian Hsieh menginvestasikan uang yang diperolehnya tersebut di Zappos, dan itu yang membuatnya menjadi CEO pada 1999.
Hsieh disebut-sebut menjadi pionir dalam tren bisnis internet. Erik Moore, investor awal Zappos, mengatakan, uang adalah cara Tony Hsieh untuk mendapatkan hasil yang didapatnya. ”Uang tidak masalah baginya. Jika dia hanya memiliki satu juta dolar yang tersisa, ia akan menghabiskan USD999.999 untuk membangun Vegas,” ujarnya. Moore juga menggambarkan Hsieh sosok yang peduli terhadap orang-orang di sekeliling yang juga peduli kepadanya.
ANANDA NARARYA
Jakarta
(bbg)