Mudik Perkuat Ekonomi Daerah

Selasa, 21 Juli 2015 - 10:06 WIB
Mudik Perkuat Ekonomi Daerah
Mudik Perkuat Ekonomi Daerah
A A A
BANDUNG - Tradisi mudik Lebaran turut memperkuat ekonomi daerah melalui penjualan produk-produk lokal. Mudik juga meningkatkan jumlah perputaran uang di berbagai daerah.

Penjualan berbagai produk makanan khas daerah, batik dan kerajinan lainnya meningkat pesat selama Lebaran. Banyak pemudik yang membeli oleholeh di daerah untuk dibawa pulang. ”Tradisi mudik ikut meningkatkan perguliran uang di pedesaan, salah satunya untuk penyerapan produk warga desa tujuan mudik,” tutur Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jabar Anton Gustoni di Bandung kemarin.

Menurut dia, penduduk perdesaan seharusnya bisa menangkap peluang dari para pemudik dengan berjualan produk khas di daerahnya. Seperti warga yang berdagang di kawasan wisata yang memanfaatkan tradisi mudik dan kunjungan wisata Lebaran sebagai saat menikmati peningkatan omzet. Anton mengungkapkan, di beberapa daerah kebiasaan mudik berhasil dimanfaatkan warga setempat sebagai peluang menambah pendapatan.

Namun, ada pula daerah yang belum bisa menangkap peluang tersebut dengan memaksimalkan pendayagunaan potensi yang mereka miliki supaya para pemudik loyal membuka dompetnya. ”Padahal di desa-desa itu ada produk unggulan masing- masing. Seharusnya, itu menjadi oleh-oleh dari kampung untuk selanjutnya dibawa ke kota,” ungkapnya. Menurut dia, para pemudik biasanya membawa oleh-oleh berbentuk kerajinan maupun hasil pertanian seperti beras, ubiubian, sayuran, perabotan rumah tangga dan lainnya.

Anton pun berharap para pemudik memberdayakan warga di perdesaan dengan membeli produk dan komoditas hasil pertanian. ”Pemudik juga harus punya cita rasa untuk pemberdayaan desa, minimal produk dari kerabat dekatnya,” kata Anton. Hal sama juga diungkapkan Pemimpin Kantor Bank Indonesia Jawa Barat Rosmaya Hadi yang menyebut bahwa prosesi mudik idealnya tidak hanya menguntungkan para pelaku usaha di perkotaan tapi juga harus memberdayakan potensi perdesaan.

”Penyerapan uang di perdesaan melalui penjualan produk perdesaan, mendorong tingkat pendapatan di desa dan pada gilirannya meningkatkan daya beli masyarakat perdesaan,” ujar Rosmaya Hadi. Meski demikian, sejauh ini belum ada survei terhadap dampak perguliran dana saat mudik Lebaran bagi masyarakat di pedesaan.

”Bagi inflasi dampaknya jelas ada, terutama untuk sektor bahan makanan dan sandang, sedangkan dampak langsung di perdesaan mungkin juga ada,” katanya. Sebagai contoh, di Yogyakarta omzet perajin batik jumput di Batikan, Kelurahan Tahunan, meningkat tajam beberapa hari menjelang dan sesudah Lebaran. Seorang pengusaha batik jumputan di Batikan, Rani, kemarin menuturkan bahwa sejak Ramadan omzet penjualan batiknya naik 400%.

”Dari sehari biasanya terjual 5-10 potong, saat ini ratarata minimal terjual 25 potong per hari,” ungkapnya. Kendati penjualan meningkat, kata dia, para perajin batik jumputan rata-rata masih membanderol produknya dengan harga normal. Batik jumputan saat ini dijual mulai Rp175.000 hingga Rp250.000 per helai. Ia mengatakan, pembuatan per lembar batik jumputan dengan ukuran 2 meter membutuhkan waktu sehari hingga sepekan, tergantung tingkat kerumitan motif.

Demi memenuhi target produksi, Rani menambah jumlah tenaga kerja. Pada hari biasa Rani hanya membutuhkan sebanyak 14 tenaga kerja, tapi saat mendekati Ramadan hingga Idul Fitri bisa mencapai 18 tenaga kerja. ”Memang jika hanya mengandalkan tenaga kerja inti harian, kami sering kewalahan sehingga ada tambahan tiga tenaga kerja baru yang kami rekrut dari masyarakat sekitar,” katanya.

Adapun, di Padang banyaknya pengunjung yang bermain layang-layang saat liburan Lebaran di Pantai Padang, Sumatera Barat (Sumbar), membuat penjualan layang-layang laris. Salah satu penjual layang-layang di Pantai Padang, Yati, 50, mengatakan bahwa ia bisa menjual 40 hingga 50 layang-layang setiap harinya saat liburan Lebaran.

”Pembelinya cukup banyak, tetapi agak berkurang kalau dibandingkan dengan penjualan pada Lebaran tahun lalu,” katanya. Ia mengaku, selalu menjual layang-layang di Pantai Padang setiap Lebaran, karena banyak wisatawan yang membeli. Pada hari biasa hanya sedikit layanglayang terjual, sekitar 10 layang- layang saja.

Syarifudin/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0349 seconds (0.1#10.140)