Iran Tetap Jadi Oposisi AS

Senin, 20 Juli 2015 - 09:49 WIB
Iran Tetap Jadi Oposisi AS
Iran Tetap Jadi Oposisi AS
A A A
TEHERAN - Iran berjanji akan tetap menjadi oposisi terhadap arogansi Amerika Serikat (AS) setelah kesepakatan nuklir menemui titik temu.

Penegasan tersebut disampaikan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Itu menunjukkan, Iran tidak akan mengubah kebijakan luar negeri dengan Washington setelah kesuksesan kesepakatan nuklir Teheran. Iran ingin membuktikan kepada dunia kalau mereka tidak mudah didikte kekuatan Barat. ”Kebijakan kita terhadap arogansi Pemerintah AS tidak akan berubah,” kata Khamenei di Teheran pada Sabtu (18/7) waktu setempat.

Dia menegaskan, Iran tidak pernah bernegosiasi dengan AS dalam kerja sama internasional dan regional, termasuk juga isu bilateral. ”Kebijakan AS di kawasan (Timur Tengah) 180 derajat bertentangan dengan Iran,” imbuhnya, dikutip AFP. Pernyataan Khamenei itu disambut meriah para pengikutnya. Mereka berteriak ”Matilah Amerika!” dan ”Kehancuran Israel!”.

Keputusan Khamenei merupakan perintah tertinggi yang wajib dipatuhi presiden dan kabinet Iran. Dia memegang kekuasaan tertinggi dalam struktur pemerintahan Iran. Kebijakan Khamenei itu berbeda dengan prediksi dan spekulasi yang selama ini beredar di mana hubungan Teheran dan Washington akan semakin lengket selepas kebijakan kesepakatan nuklir.

Apalagi, AS dan Iran juga memiliki pandangan yang sama dalam memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mengenai kemungkinan kerja sama melawan ISIS, Khamenei menegaskan tidak ada pengecualian.

”Saya menegaskan tidak ada kerja sama lebih luas dengan AS dalam perang melawan ISIS,” katanya. Kesepakatan nuklir Iran, kata Khamenei, juga tidak akan menghentikan dukungan bagi rakyat Palestina, Yaman, Suriah, Irak, Bahrain dan Lebanon. ”Kita akan tetap mendukung rakyat yang tertindas di Yaman dan Bahrain,” tegasnya.

Dia mengkritik AS justru mendukung kekejaman Israel di Gaza pada tahun lalu. Iran pun mengirimkan bantuan finansial dan penasihat militer kepada rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Hal yang sama dilakukan negara Arab lainnya yang mempersenjatai pemberontak Suriah. Teheran juga menentang intervensi militer Arab Saudi di Yaman. Riyadh, kekuatan utama Arab di Timur Tengah, kerap kali menuding Iran membuat kekacauan.

Hal berbeda ditunjukkan Presiden Iran Hassan Rouhani. Dia lebih menunjukkan sikap rekonsiliasi dibandingkan Khamenei. ”Kesepakatan nuklir Iran akan meningkatkan diplomasi Iran dengan negara tetangga, khususnya Qatar,” kata Rouhani, dikutip Reuters.

Rouhani dikenal sebagai pemimpin Iran yang pragmatis dalam pendekatan diplomasinya. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dijadwalkan akan berkunjung ke beberapa negara Arab selepas liburan Idul Fitri. ”Penyelesaian program nuklir Iran menjadi kesempatan baru bagi peningkatan kerja sama regional dan internasional,” katanya.

Sementara, beberapa hari setelah kesuksesan kesepakatan nuklir Iran, AS dan Inggris masih meyakinkan negara Arab dan musuh Iran seperti Israel tentang jaminan keamanan mereka.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu melobi anggota parlemen AS untuk memblokade kebijakan tersebut. Presiden AS Barack Obama juga masih meyakinkan aliansinya bahwa keputusan nuklir Iran tidak memberikan risiko buruk di Timur Tengah.

Obama yakin Iran dan P5+1 (AS, Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan China) tidak akan membiarkan perang berkecamuk karena kesepakatan nuklir. ”Kesepakatan itu justru menekan Iran agar tidak mampu membuat bom,” terang Obama.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8305 seconds (0.1#10.140)