Menperin: Livi Zheng Tarik Industri Film AS Produksi di RI
A
A
A
JAKARTA - Kiprah Livi Zheng, sutradara film muda asal Blitar yang telah menelurkan karyanya di Amerika Serikat (AS), mendapat dukungan Pemerintah Indonesia.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menyokong kerja keras dara 26 tahun ini yang telah menyutradarai film berjudul Brush with Danger. ”Livi adalah sosok langka. Masih muda dan menjadi sutradara, menembus belantara perfilman Hollywood, pemerintah mendukung apa yang dilakukannya karena membawa nama Indonesia,” kata Menperin Saleh Husin seusai menerima Livi Zheng di Kementerian Perindustrian, Jakarta, kemarin.
Saleh Husin berkomitmen membantu kebutuhan para sineas seperti Livi. Sebab film merupakan magnet bagi sektor lain seperti menjadi ajang promosi daerah, budaya hingga sumber daya manusia pegiat perfilman nasional yang mumpuni di tataran global. ”Livi misalnya sudah bikin dua film dan sedang observasi lokasi bersama timnya untuk film berikutnya di Indonesia. Artinya, industri film AS ditarik ke Indonesia. Produksi di sini dan para sineas, para talent kita dilibatkan. Jadi kita tidak hanya menjadi pasar,” ujarnya.
Pada pertemuan itu pula Menperin mengaku langsung mengontak Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf untuk memperkenalkan Livi. ”Saya sangat senang sekali, Pak Menteri Perindustrian dan pemerintah mendukung saya. Begitu juga KBRI di AS, support seperti ini sangat berarti,” tutur Livi yang bersama adiknya juga bermain dalam film ini. Selesai diproduksi akhir tahun lalu, film Brush with Danger sudah wara-wiri di bioskopbioskop kota besar AS seperti New York, Ohio, Dallas hingga San Fransisco.
Film ini juga sudah beredar di bioskop-bioskop di Meksiko, kemudian Thailand dan Jepang. Dia berharap karyanya yang bercerita tentang perjuangan imigran gelap masuk ke AS ini dapat beredar di Indonesia. Targetnya, akhir tahun 2015 sudah dapat tayang di bioskop Tanah Air. Film pertama Livi ini juga termasuk dalam daftar layak pilih untuk Academy Award Ke-87 (Oscar 2015) bersama film lain seperti The Hobbit: The Battle of Five Armies, Interstellar, dan Transformers: Age of Extinction.
Kepada Menperin yang didampingi Dirjen IKM Euis Saedah, Livi mengungkapkan industri film di Indonesia sangat prospektif untuk digeluti sineas nasional maupun para produser film luar negeri. ”Kualitas kita nggak kalah, talent-nya banyak. Beda daerah, beda pula budayanya yang bisa di-explore. Kita very lucky, sangat beruntung sebagai orang Indonesia,” papar Livi yang menegaskan tidak bakal berganti kewarganegaraan meski bermukim dan bekerja di AS. Dirjen IKM Euis Saedah mengatakan industri film dapat menjadi lokomotif industri lain seperti mode (fashion).
”Ada dua ekonomi kreatif yang didongkrak oleh film, yaitu production design dan costume design. Industri film nasional sudah banyak memajukan dua hal ini, apalagi jika makin banyak produser dari luar negeri memproduksi film di sini,” paparnya.
Inung gunarba
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menyokong kerja keras dara 26 tahun ini yang telah menyutradarai film berjudul Brush with Danger. ”Livi adalah sosok langka. Masih muda dan menjadi sutradara, menembus belantara perfilman Hollywood, pemerintah mendukung apa yang dilakukannya karena membawa nama Indonesia,” kata Menperin Saleh Husin seusai menerima Livi Zheng di Kementerian Perindustrian, Jakarta, kemarin.
Saleh Husin berkomitmen membantu kebutuhan para sineas seperti Livi. Sebab film merupakan magnet bagi sektor lain seperti menjadi ajang promosi daerah, budaya hingga sumber daya manusia pegiat perfilman nasional yang mumpuni di tataran global. ”Livi misalnya sudah bikin dua film dan sedang observasi lokasi bersama timnya untuk film berikutnya di Indonesia. Artinya, industri film AS ditarik ke Indonesia. Produksi di sini dan para sineas, para talent kita dilibatkan. Jadi kita tidak hanya menjadi pasar,” ujarnya.
Pada pertemuan itu pula Menperin mengaku langsung mengontak Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf untuk memperkenalkan Livi. ”Saya sangat senang sekali, Pak Menteri Perindustrian dan pemerintah mendukung saya. Begitu juga KBRI di AS, support seperti ini sangat berarti,” tutur Livi yang bersama adiknya juga bermain dalam film ini. Selesai diproduksi akhir tahun lalu, film Brush with Danger sudah wara-wiri di bioskopbioskop kota besar AS seperti New York, Ohio, Dallas hingga San Fransisco.
Film ini juga sudah beredar di bioskop-bioskop di Meksiko, kemudian Thailand dan Jepang. Dia berharap karyanya yang bercerita tentang perjuangan imigran gelap masuk ke AS ini dapat beredar di Indonesia. Targetnya, akhir tahun 2015 sudah dapat tayang di bioskop Tanah Air. Film pertama Livi ini juga termasuk dalam daftar layak pilih untuk Academy Award Ke-87 (Oscar 2015) bersama film lain seperti The Hobbit: The Battle of Five Armies, Interstellar, dan Transformers: Age of Extinction.
Kepada Menperin yang didampingi Dirjen IKM Euis Saedah, Livi mengungkapkan industri film di Indonesia sangat prospektif untuk digeluti sineas nasional maupun para produser film luar negeri. ”Kualitas kita nggak kalah, talent-nya banyak. Beda daerah, beda pula budayanya yang bisa di-explore. Kita very lucky, sangat beruntung sebagai orang Indonesia,” papar Livi yang menegaskan tidak bakal berganti kewarganegaraan meski bermukim dan bekerja di AS. Dirjen IKM Euis Saedah mengatakan industri film dapat menjadi lokomotif industri lain seperti mode (fashion).
”Ada dua ekonomi kreatif yang didongkrak oleh film, yaitu production design dan costume design. Industri film nasional sudah banyak memajukan dua hal ini, apalagi jika makin banyak produser dari luar negeri memproduksi film di sini,” paparnya.
Inung gunarba
(ars)