The Promised Heaven
A
A
A
Kata ”dahr” disebut dalam Alquran Surah Aljatziyah ayat 24. Dalam kamus Al-Mawridsusunan Dr Rohi Baalbaki (terbitan Dar el-Ilmi Lilmalayin, Beirut, 1991, hlm. 553), kata dahrdisinonimkan dengan ashr, zamanun thawilunyang berarti zaman, era, masa, kurun waktu.
Dr Rohi menjelaskan, orangnya disebut dahriyyun (mulhidun) yang berarti atheist atau unbeliever(ateis, tidak percaya pada Tuhan). Secara eksplisit, Alquran menyebut kaum ateis tidak percaya kepada adanya akhirat (hidup sesudah mati). Mereka berkata: ”Tidak ada kehidupan lain selain kehidupan di dunia sekarang ini. Kita mati dan hidup tidak ada yang memusnahkan melainkan waktu.
Sesungguhnya mereka tidak tahu tentang hal itu, mereka hanya menduga-duga saja.” (QS Aljatziyah: 24). Demikian reputasi tegas dan keras Alquran terhadap kaum ateis yang tidak percaya kepada adanya akhirat. Bagi kaum dahriyyun (ateis), sesuatu dipercayai eksis kalau dapat dibuktikan dengan rasio dan bukti empiris.
Kaum ateis tidak mengetahui bahwa akhirat itu adalah masalah gaib, bukan bidang akal pikiran dan sains untuk membuktikannya. Masalah akhirat (dan masalah-masalah gaib lainnya seperti adanya Allah, surga, dan neraka) hanya bisa dihayati dan dirasakan dengan iman yang intens, bukan dengan akal, rasio, dan sains.
Rasio dan sains merupakan instrumen pelengkap yang dapat membantu dan memperkuat iman kepada adanya Allah. Karena masalah akhirat ini dipandang sangat mendasar dalam struktur ajaran Islam, Nabi Muhammad mengajarkan iman kepada adanya akhirat ini sebagai rukun iman yang kelima.
Kepercayaan kepada adanya akhirat berkorelasi langsung dan merupakan salah satu bukti nyata keimanan seorang muslim kepada eksistensi Allah. Di akhirat kelak akan ada ”hari pembalasan” (ghasyiyah) saat Allah menghitung dan membalas segala amal manusia selama hidup di dunia.
Di alam akhirat terdapat surga (jannah) dan neraka (nar). Surga disediakan untuk orang ”sukses” yang amal kebaikannya lebih banyak daripada amal keburukannya. Sementara neraka disediakan untuk orang ”gagal” yang amal keburukannya lebih banyak daripada amal kebajikannya.
Dalam Alquran digambarkan bahwa luas kawasan taman surga itu seluas langit dan bumi serta disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Taman surga dengan segala fasilitasnya yang menyenangkan sangat mampu menampung triliunan manusia (sejak umat Nabi Adam sampai dengan umat Nabi Muhammad).
Di akhirat, Allah melakukan kalkulasi amal setiap manusia secara benar, adil, dan jujur. Bagi orang yang amal kebaikannya lebih banyak daripada keburukannya, dia dijamin masuk surga. Atmosfer kehidupan di taman surga sangat indah, asri, permai, dan senantiasa menyenangkan para penghuninya.
Suasananya sangat nyaman di hati dan menenteramkan jiwa dan segenap perasaan. Di bawahnya mengalir sungaisungai dan mata air yang gemercik menyejukkan. Di taman surga tidak ada perkataan dan ucapan yang sia-sia dan tidak berguna. Tidak ada gosip, rumor, desas-desus, saling cemburu, caci maki, fitnah, ucapan ceroboh, dan kata-kata kotor.
Semua aroma perkataan dan ucapan identik dengan nilai-nilai keramahan, keakraban, kejujuran, kebaikan, dan ketulusan. Mereka hidup rileks dalam atmosfer yang sejuk dan aura yang menyenangkan. Para penghuni surga dijamu dengan minuman khas yang bercampur jahe yang diambil dari mata air surga yang bernama Salsabila.
Surga mempunyai tingkatan atau kelas yang dalam Alquran antara lain disebut jannatul firdaus, jannatu adn, jannatul ma’wa, dan jannatun na’im. Para penghuni surga tidak akan mengalami ketuaan. Tidak ada penyakit yang menggerogoti mereka. Mereka akan tetap selalu muda belia. Tidak ada kematian di surga. Kematian cukup sekali di dunia.
Tiket masuk surga sangat murah, tidak pakai duit, tapi bukan murahan. Tiket masuk surga adalah iman, amal saleh, dan takwa yang sangat berbobot dan sangat berkualitas tinggi. Malaikat Ridwan dengan sangat ramah dan simpatik sudah menunggu dan menyambut para penghuni surga: Selamat datang di surga.
FAISAL ISMAIL
Guru Besar Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Dr Rohi menjelaskan, orangnya disebut dahriyyun (mulhidun) yang berarti atheist atau unbeliever(ateis, tidak percaya pada Tuhan). Secara eksplisit, Alquran menyebut kaum ateis tidak percaya kepada adanya akhirat (hidup sesudah mati). Mereka berkata: ”Tidak ada kehidupan lain selain kehidupan di dunia sekarang ini. Kita mati dan hidup tidak ada yang memusnahkan melainkan waktu.
Sesungguhnya mereka tidak tahu tentang hal itu, mereka hanya menduga-duga saja.” (QS Aljatziyah: 24). Demikian reputasi tegas dan keras Alquran terhadap kaum ateis yang tidak percaya kepada adanya akhirat. Bagi kaum dahriyyun (ateis), sesuatu dipercayai eksis kalau dapat dibuktikan dengan rasio dan bukti empiris.
Kaum ateis tidak mengetahui bahwa akhirat itu adalah masalah gaib, bukan bidang akal pikiran dan sains untuk membuktikannya. Masalah akhirat (dan masalah-masalah gaib lainnya seperti adanya Allah, surga, dan neraka) hanya bisa dihayati dan dirasakan dengan iman yang intens, bukan dengan akal, rasio, dan sains.
Rasio dan sains merupakan instrumen pelengkap yang dapat membantu dan memperkuat iman kepada adanya Allah. Karena masalah akhirat ini dipandang sangat mendasar dalam struktur ajaran Islam, Nabi Muhammad mengajarkan iman kepada adanya akhirat ini sebagai rukun iman yang kelima.
Kepercayaan kepada adanya akhirat berkorelasi langsung dan merupakan salah satu bukti nyata keimanan seorang muslim kepada eksistensi Allah. Di akhirat kelak akan ada ”hari pembalasan” (ghasyiyah) saat Allah menghitung dan membalas segala amal manusia selama hidup di dunia.
Di alam akhirat terdapat surga (jannah) dan neraka (nar). Surga disediakan untuk orang ”sukses” yang amal kebaikannya lebih banyak daripada amal keburukannya. Sementara neraka disediakan untuk orang ”gagal” yang amal keburukannya lebih banyak daripada amal kebajikannya.
Dalam Alquran digambarkan bahwa luas kawasan taman surga itu seluas langit dan bumi serta disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Taman surga dengan segala fasilitasnya yang menyenangkan sangat mampu menampung triliunan manusia (sejak umat Nabi Adam sampai dengan umat Nabi Muhammad).
Di akhirat, Allah melakukan kalkulasi amal setiap manusia secara benar, adil, dan jujur. Bagi orang yang amal kebaikannya lebih banyak daripada keburukannya, dia dijamin masuk surga. Atmosfer kehidupan di taman surga sangat indah, asri, permai, dan senantiasa menyenangkan para penghuninya.
Suasananya sangat nyaman di hati dan menenteramkan jiwa dan segenap perasaan. Di bawahnya mengalir sungaisungai dan mata air yang gemercik menyejukkan. Di taman surga tidak ada perkataan dan ucapan yang sia-sia dan tidak berguna. Tidak ada gosip, rumor, desas-desus, saling cemburu, caci maki, fitnah, ucapan ceroboh, dan kata-kata kotor.
Semua aroma perkataan dan ucapan identik dengan nilai-nilai keramahan, keakraban, kejujuran, kebaikan, dan ketulusan. Mereka hidup rileks dalam atmosfer yang sejuk dan aura yang menyenangkan. Para penghuni surga dijamu dengan minuman khas yang bercampur jahe yang diambil dari mata air surga yang bernama Salsabila.
Surga mempunyai tingkatan atau kelas yang dalam Alquran antara lain disebut jannatul firdaus, jannatu adn, jannatul ma’wa, dan jannatun na’im. Para penghuni surga tidak akan mengalami ketuaan. Tidak ada penyakit yang menggerogoti mereka. Mereka akan tetap selalu muda belia. Tidak ada kematian di surga. Kematian cukup sekali di dunia.
Tiket masuk surga sangat murah, tidak pakai duit, tapi bukan murahan. Tiket masuk surga adalah iman, amal saleh, dan takwa yang sangat berbobot dan sangat berkualitas tinggi. Malaikat Ridwan dengan sangat ramah dan simpatik sudah menunggu dan menyambut para penghuni surga: Selamat datang di surga.
FAISAL ISMAIL
Guru Besar Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta
(bbg)