Esensi Mudik Perlu Dijaga

Minggu, 12 Juli 2015 - 10:52 WIB
Esensi Mudik Perlu Dijaga
Esensi Mudik Perlu Dijaga
A A A
JAKARTA - Mudik yang dilakukan umat Islam seyogianya tidak dimaknai sekadar acara rutin pulang kampung. Esensi mudik sebagai momentum memperkuat silaturahmi dan merekatkan ikatan sosial harus terus dijaga.

”Tradisi mudik jangan hanya seremonial belaka, tapi juga harus menjadi perjalanan spiritual yang bisa melahirkan nilai-nilai ibadah, baik ibadah sosial maupun ibadah ritual,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Amirsyah Tambunan kepada KORAN SINDO kemarin.

Menurut Amirsyah, nilai ibadah dalam mudik bahkan tidak hanya sebatas bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Di dalamnya juga ada kesempatan berbagi, memberi, dan bersukacita bersama. ”Lakukan perjalanan mudik yang memberi kesan dan dampak sosial kemasyarakatan. Salah satunya dampak sosial ekonomi masyarakat perdesaan yang secara simultan akan tumbuh,” lanjutnya.

Pengorbanan besar yang dilakukan saat mudik seperti harus lelah mengantre dalam kemacetan yang panjang atau harus mengeluarkan biaya yang besar seyogianya tidak siasia dengan mengabaikan nilainilai ibadah di dalamnya. Amirsyah menambahkan, makna mudik juga sebaiknya bisa dijadikan sebagai momentum untuk berhijrah, baik dalam arti fisik maupun ritual, yakni kembali ke arah yang lebih baik dengan mengamalkan amar maruf nahi munkar.

”Perlu memperkuat ukhuwah Islamiah, ukhuwah syariah, dan ukhuwah wathaniah. Karena itu tidak elok kalau ada orang mudik tapi kewajiban seperti salat ditinggalkan,” ucapnya. Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Musni Umar melihat nilai religi masih sangat kental dalam tradisi mudik yang dilakukan umat Islam setiap tahunnya.

Hal itu bisa dilihat dari kegiatan yang lazim dilakukan masyarakat ketika sampai di kampung halaman, misalnya melakukan ziarah kubur, sungkem kepada orang tua, dan bersilaturahmi dengan kerabat.

Dari aspek sosiologis, Musni mengatakan makna yang bisa dipetik dari kegiatan mudik adalah terjalinnya hubungan yang lebih intens antarmasyarakat setelah sebelumnya renggang karena dipisahkan jarak. ”Muncul kebersamaan dengan keluarga satu kampung, tumbuh rasa persatuan dan kesatuan,” tuturnya.

Dari aspekekonomi, menurut dia, mudik juga memberikan manfaat nyata. Dengan distribusi uang yang dibawa jutaan pemudik ke kampung halaman masingmasing akan memunculkan pemerataan dan orang di kampung akan merasakan manfaatnya. Selain itu ada nilai budaya yang dikembangkan dari pemudik, yakni budaya gotong royong.

Solidaritas dan semangat kebersamaan seketika terbangun saat proses mudik tengah berlangsung, baik dalam perjalanan maupun saat pemudik sudah tiba di tujuan. ”Ini sebenarnya bisa didayagunakan, direkayasa untuk mempersatukan keanekaragaman di masyarakat,” ujarnya.

Dian ramdhani
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5432 seconds (0.1#10.140)