Refleksi Jalanan Ibukota

Sabtu, 11 Juli 2015 - 08:58 WIB
Refleksi Jalanan Ibukota
Refleksi Jalanan Ibukota
A A A
Dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-empat ratus delapan puluh delapan, saya masih hadir di sana, dalam suatu acara di sebuah lembaga negara.

Sekalian dengan itu juga, tampak, jalanan Ibu Kota masih tak luput dari kegundahannya. Kondisi transportasinya berantakan dengan kemacetan menjadi puncaknya. Berbicara masalah kemacetan, dalam hal ini kemacetan transportasi jalan raya, sama halnya kita bicara masalah kehidupan sehari-hari, karena kemacetan selalu ada ketika manusia melakukan berbagai aktivitas yang harus didukung kendaraan dan jalan raya.

Kemacetan sering terjadi manakala berbarengan jam kerja kantor, hari libur, hari raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, kemacetan yang spektakuler sering terjadi ketika hari raya Idul Fitri yang tidak lama lagi akan kita sambut terutama arus lalu lintas di Pulau Jawa (Suwaryo, 2015).

Dalam pendekatan teori sosial, pelbagai kompleksitas permasalahan transportasi ini memiliki tendensi dengan asumsi-asumsi yang menyangkut mental bangsa. Walaupun kendaraannya bagus, harganya mahal tetapi mental pengendaranya masih semaunya tidaktaat aturan lalu lintas, petugas lalu lintas dianggap sepele, tidak mempunyai etika dalam berlalu lintas, tidak memperhatikan pemakai jalan lain, kesemrawutan lalu lintas akan menjadi pemandangan yang selalu terjadi pada setiap harinya.

Jadi, asumsi pada teori sosial adalah pemakai jalan raya sadar akan peraturan dan rambu lalu lintas, merasa malu kalau melanggar rambu lalu lintas, hilangkan kebiasaan yang melanggar lalu lintas secara berjamaah. Sebab kalau ikut-ikutan melanggar, petugas kewalahan mengaturnya dan tidak sempat untuk menilang pelanggaran tersebut karena saking banyaknya. Ikutikutan dalam hal melakukan pelanggaran inilah mental yang harus dirombak.

Perlu kita insafi dan resapi bersama, sebagaimana semangat dalam UU No 22 Tahun 2009, yang menyebutkan bahwa lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah. Semoga perkembangan Jakarta dapat mengalahkan usianya.

Alek Karci Kurniawan
Mahasiswa Fakultas Hukum, Aktivis UKM Pengenalan Hukum dan Politik Universitas Andalas
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5878 seconds (0.1#10.140)