Acara TV Ramadan Kian Baik
A
A
A
JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi program acara yang ditayangkan stasiun televisi selama Ramadan. Dari hasil pantauan hingga pertengahan puasa, program Ramadan di televisi mengalami perbaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ketua Umum MUI Din Syamsuddin mengatakan, perbaikan yang dimaksud adalah makin berkurangnya program komedi sarkastik dan berganti menjadi program positif yang disertai sejumlah pengembangan. Menurutnya, program komedi yang banyak ditayangkan pada waktu sahur memang kerap menjadi titik rawan pelanggaran terhadap standar etika penyiaran dan berbenturan dengan spirit Ramadan.
”Apalagi sahur itu primetime. Saat itu orang baru bangun tidur kemudian sahur maka fresh dan tentu lebih konsentrasi menonton televisi,” ujarnya. Din menambahkan, MUI terus mengajak penyelenggara siaran untuk mengembangkan program Ramadan yang konstruktif, terutama memberikan aspek edukasi kepada masyarakat. ”Kami mengetuk stasiun TV, bukan hanya ownertapi juga produser untuk berempati dengan umat Islam yang sedang menunaikan Ramadan,” katanya.
Program acara televisi selama Ramadan menjadi perhatian khusus MUI dalam beberapa tahun terakhir. Melalui Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom), MUI membentuk tim pemantau yang bertugas mengawasi seluruh tayangan selama bulan puasa. Tim ini beranggotakan sembilan orang, termasuk Ketua MUI Bidang Infokom Sinansari Ecip.
Sekretaris Bidang Infokom MUI Asrori S Karni menjelaskan, tahun ini tim pemantau MUI hanya menemukan sedikit tayangan Ramadan yang melanggar. Pelanggaran itu ditemukan pada tayangan sahur stasiun TransTV dan Trans7 (Trans Group). Kedua stasiun televisi itu diketahui masih menayangkan program sahur dengan konsep komedi yang dinilai tidak mendidik dan hanya berisi ledekan, saling sindir, perang kata-kata, dan saling ejek.
”Catatan MUI atas program sahur kedua stasiun TV sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya sekadar berganti judul, tapi isinya tidak jauh berbeda,” kata Asrori. Asrori mengatakan, temuan MUI ini sejalan dengan hasil temuan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat yang juga memberikan teguran kepada program tersebut. ”Ini penting digaris bawahi bahwa jangan sampai ada kesan tidak ada efek perbaikan atas sanksi KPI dan kritik masyarakat, termasuk sorotan MUI,” tegas dia.
Pada pemantauan ini, MUI tidak hanya memberi catatan pada konten siaran yang melanggar, sebaliknya juga mengapresiasi stasiun televisi yang konsisten menayangkan acara Ramadan yang berkualitas.
Salah satu program yang mendapatkan apresiasi adalah penayangan film seri Shalahuddin Al- Ayyubi yang ditayangkan MNCTVpada waktu sahur. ”Pemantau MUI mengapresiasi upaya insan televisi untuk terus menyajikan inovasi program positif dan mengembangkannya,” ujar Ketua MUI Bidang Infokom Sinansari Ecip.
Menurut mantan komisioner KPI itu, film Shalahuddin Al-Ayyubi menyuguhkan keteladanan kepemimpinan kepada masyarakat. ”Di dalamnya juga memuat pesan tentang heroisme, keseimbangan relasi perang dan damai dalam hubungan antaragama,” ujarnya.
Stasiun TV yang bernaung di bawah MNC Group yang juga mendapat apresiasi MUI adalah RCTI melalui program Hafiz Quran untuk kalangan anak, serta Global TV melalui program Kolak Candil yang menjadi contoh bagaimana tayangan komedi tidak selalu mengedepankan sarkastik, tapi dikemas dengan nilai-nilai dakwah yang mendidik.
Dian ramdhani
Ketua Umum MUI Din Syamsuddin mengatakan, perbaikan yang dimaksud adalah makin berkurangnya program komedi sarkastik dan berganti menjadi program positif yang disertai sejumlah pengembangan. Menurutnya, program komedi yang banyak ditayangkan pada waktu sahur memang kerap menjadi titik rawan pelanggaran terhadap standar etika penyiaran dan berbenturan dengan spirit Ramadan.
”Apalagi sahur itu primetime. Saat itu orang baru bangun tidur kemudian sahur maka fresh dan tentu lebih konsentrasi menonton televisi,” ujarnya. Din menambahkan, MUI terus mengajak penyelenggara siaran untuk mengembangkan program Ramadan yang konstruktif, terutama memberikan aspek edukasi kepada masyarakat. ”Kami mengetuk stasiun TV, bukan hanya ownertapi juga produser untuk berempati dengan umat Islam yang sedang menunaikan Ramadan,” katanya.
Program acara televisi selama Ramadan menjadi perhatian khusus MUI dalam beberapa tahun terakhir. Melalui Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom), MUI membentuk tim pemantau yang bertugas mengawasi seluruh tayangan selama bulan puasa. Tim ini beranggotakan sembilan orang, termasuk Ketua MUI Bidang Infokom Sinansari Ecip.
Sekretaris Bidang Infokom MUI Asrori S Karni menjelaskan, tahun ini tim pemantau MUI hanya menemukan sedikit tayangan Ramadan yang melanggar. Pelanggaran itu ditemukan pada tayangan sahur stasiun TransTV dan Trans7 (Trans Group). Kedua stasiun televisi itu diketahui masih menayangkan program sahur dengan konsep komedi yang dinilai tidak mendidik dan hanya berisi ledekan, saling sindir, perang kata-kata, dan saling ejek.
”Catatan MUI atas program sahur kedua stasiun TV sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya sekadar berganti judul, tapi isinya tidak jauh berbeda,” kata Asrori. Asrori mengatakan, temuan MUI ini sejalan dengan hasil temuan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat yang juga memberikan teguran kepada program tersebut. ”Ini penting digaris bawahi bahwa jangan sampai ada kesan tidak ada efek perbaikan atas sanksi KPI dan kritik masyarakat, termasuk sorotan MUI,” tegas dia.
Pada pemantauan ini, MUI tidak hanya memberi catatan pada konten siaran yang melanggar, sebaliknya juga mengapresiasi stasiun televisi yang konsisten menayangkan acara Ramadan yang berkualitas.
Salah satu program yang mendapatkan apresiasi adalah penayangan film seri Shalahuddin Al- Ayyubi yang ditayangkan MNCTVpada waktu sahur. ”Pemantau MUI mengapresiasi upaya insan televisi untuk terus menyajikan inovasi program positif dan mengembangkannya,” ujar Ketua MUI Bidang Infokom Sinansari Ecip.
Menurut mantan komisioner KPI itu, film Shalahuddin Al-Ayyubi menyuguhkan keteladanan kepemimpinan kepada masyarakat. ”Di dalamnya juga memuat pesan tentang heroisme, keseimbangan relasi perang dan damai dalam hubungan antaragama,” ujarnya.
Stasiun TV yang bernaung di bawah MNC Group yang juga mendapat apresiasi MUI adalah RCTI melalui program Hafiz Quran untuk kalangan anak, serta Global TV melalui program Kolak Candil yang menjadi contoh bagaimana tayangan komedi tidak selalu mengedepankan sarkastik, tapi dikemas dengan nilai-nilai dakwah yang mendidik.
Dian ramdhani
(ftr)