Menguji Kesiapan Transportasi
A
A
A
Pemerintah Indonesia kembali menyiapkan diri untuk menyambut mudik yang akan dilaksanakan menjelang Idul Fitri tiba.
Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah penumpang angkutan umum saat Lebaran tahun 2015 nanti akan bertambah 1,96%, dari 19,6 juta penumpang pada 2014 menjadi sekitar 20 juta penumpang. Peningkatan ini sayangnya tidak diimbangi dengan perbaikan infrastruktur sarana transportasi yang ada baik lewat darat, laut, udara.
Maka adalah hal yang wajar ketika tiap tahun pula banyak masyarakat yang melakukan mudik mengalami antrean dan kemacetan parah di sana-sini bahkan terkhusus jalur darat, potensi kehilangan nyawa sangat besar. Menurut data hasil dari World Economic Forum (WEF), infrastruktur sektor transportasi di Indonesia menempati peringkat 91 dari 131 negara di seluruh dunia.
Dibanding negara lain di Asia Tenggara, infrastruktur Indonesia adalah yang paling lemah. Hasil ini menunjukkan Indonesia secara menyeluruh belum menunjukkan perkembangan positif terkait dengan perencanaan masalah pembangunan transportasi.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang dibuat dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur transportasi yang digadang-gadangkan pemerintah pun seperti mengalami kendala, terutama dalam segi pendanaan. Akibat dari stagnannya pembangunan transportasi ini, masyarakat menderita kerugian secara materiil dan moral.
Moda transportasi dan infrastrukturnya adalah dua hal yang harus menjadi perhatian serius pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan. Dalam hal ini, diharapkan mampu menyediakan moda transportasi yang nyaman dan memadai yang di barengi dengan perbaikan dari infrastruktur untuk menunjang transportasi tersebut.
Pemerintah juga di rasa perlu untuk melakukan koordinasi terkait kelancaran transportasi Lebaran bersama dengan instansi terkait selama periode H-7dan H+7. Pemerintah juga di harapkan memberdayakan jalur alternatif khususnya penyebaran jalur mudik agar tidak semua kendaraan mudik melewati titik- titik utama jalan sehingga mengurangi potensi kemacetan parah dan membenahi manajemen transportasi laut dan udara.
Jangan sampai niat baik pemudik yang ingin bersilaturahmi dengan keluarga, terhambat di akibatkan transportasi massal dan infrastrukturnya yang sejatinya adalah milik mereka tidak siap, meskipun telah berulang kali mudik dilakukan.
Richard Rajasa
Mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Ekstensi Universitas Indonesia
Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah penumpang angkutan umum saat Lebaran tahun 2015 nanti akan bertambah 1,96%, dari 19,6 juta penumpang pada 2014 menjadi sekitar 20 juta penumpang. Peningkatan ini sayangnya tidak diimbangi dengan perbaikan infrastruktur sarana transportasi yang ada baik lewat darat, laut, udara.
Maka adalah hal yang wajar ketika tiap tahun pula banyak masyarakat yang melakukan mudik mengalami antrean dan kemacetan parah di sana-sini bahkan terkhusus jalur darat, potensi kehilangan nyawa sangat besar. Menurut data hasil dari World Economic Forum (WEF), infrastruktur sektor transportasi di Indonesia menempati peringkat 91 dari 131 negara di seluruh dunia.
Dibanding negara lain di Asia Tenggara, infrastruktur Indonesia adalah yang paling lemah. Hasil ini menunjukkan Indonesia secara menyeluruh belum menunjukkan perkembangan positif terkait dengan perencanaan masalah pembangunan transportasi.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang dibuat dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur transportasi yang digadang-gadangkan pemerintah pun seperti mengalami kendala, terutama dalam segi pendanaan. Akibat dari stagnannya pembangunan transportasi ini, masyarakat menderita kerugian secara materiil dan moral.
Moda transportasi dan infrastrukturnya adalah dua hal yang harus menjadi perhatian serius pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan. Dalam hal ini, diharapkan mampu menyediakan moda transportasi yang nyaman dan memadai yang di barengi dengan perbaikan dari infrastruktur untuk menunjang transportasi tersebut.
Pemerintah juga di rasa perlu untuk melakukan koordinasi terkait kelancaran transportasi Lebaran bersama dengan instansi terkait selama periode H-7dan H+7. Pemerintah juga di harapkan memberdayakan jalur alternatif khususnya penyebaran jalur mudik agar tidak semua kendaraan mudik melewati titik- titik utama jalan sehingga mengurangi potensi kemacetan parah dan membenahi manajemen transportasi laut dan udara.
Jangan sampai niat baik pemudik yang ingin bersilaturahmi dengan keluarga, terhambat di akibatkan transportasi massal dan infrastrukturnya yang sejatinya adalah milik mereka tidak siap, meskipun telah berulang kali mudik dilakukan.
Richard Rajasa
Mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Ekstensi Universitas Indonesia
(ftr)