Menag Harap 1 Syawal Sama

Selasa, 07 Juli 2015 - 08:47 WIB
Menag Harap 1 Syawal...
Menag Harap 1 Syawal Sama
A A A
SUKOHARJO - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin berharap penentuan 1 Syawal 1436 H yang menandai pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini bisa sama.

Hanya, penentuan tersebut masih akan diputuskan dalam sidang isbat pada 16 Juli atau 29 Ramadan mendatang. Sidang isbat akan mengundang ormas Islam besar dan pakar astronomi. ”Harapan saya dan refleksi seluruh umat Islam di Indonesia, 1 Syawal bisa sama. Tapi, sebagai Menag, kalaupun harus berbeda, kita harus berbesar hati menerima perbedaan itu,” ujar Menag sebelum acara ceramah nasional dalam rangka halaqah falakiyah dan peresmian Observatorium Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam Sukoharjo tadi malam.

Ada indikasi penetapan 1 Syawal akan berbeda dari dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Syawal pada 17 Juli, sedangkan NU masih menunggu tibanya 29 Ramadan untuk melakukan rukyat.

Sebelumnya, pada Kamis (2/7) Lajnah Falakiyah Pengurus Besar NU (PBNU) sudah menyampaikan sinyal bakal ada perbedaan dalam penetapan 1 Syawal ini. Menurut Menag, dalam sidang isbat nanti, petugas Kementerian Agama (Kemenag) akan melakukan rukyat untuk melihat hilal. Kalau ada yang melihat hilal, lanjutnya, besoknya atau pada 17 Juli bisa digelar salat Idul Fitri.

Hanya, jika petugas yang dikerahkan belum melihat hilal tersebut, selaku Menag dia akan menyerahkan kepada peserta sidang mengenai penentuan 1 Syawal. Menang juga mengakui ada kemungkinan terjadi perbedaan dalam penentuan 1 Syawal nanti. ”Untuk pastinya tunggu saja sidang isbatnya pada 16 Juli nanti,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri mengatakan, berdasarkan perhitungan secara matematis dan astronomis oleh Lajnah Falakiyah PBNU, posisi hilal pada 16 Juli atau 29 Ramadan berada pada ketinggian 3 derajat 1 menit 58,9 detik dengan jarak busur 5 derajat 43 menit 58 detik. Adapun umur hilal saat itu 9 jam 26 menit 47,5 detik. ”NU berpendapat bahwa hitungan hisab bersifat prediktif. Kesahihannya harus diuji dengan observasi hilal di lapangan,” kata Ghazalie di Jakarta, Kamis (2/7).

Sementara itu, Pembina Club Astronomi Santri Assalaam (CASA) PPMI Assalaam AR Sugeng Riyadi mengatakan, observatorium yang diresmikan Menag di Sukoharjo kemarin merupakan observatorium pertama yang dimiliki oleh pesantren. Observatorium tersebut dijadikan pusat kegiatan CASA yang mulai dibentuk tahun 2005.

Observatorium PPMI Assalaam tersebut diklaim Sugeng sudah memiliki fasilitas lengkap. Misalnya sudah memiliki 11 teleskop yang 3 di antaranya sudah digital, sedangkan 8 teleskop sisanya masih dioperasikan secara manual.

Sumarno
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4395 seconds (0.1#10.140)