Inspirasi Bagi Pembiayaan Rumah Rakyat
A
A
A
Sejak pertama kali meluncurkan kredit pemilikan rumah (KPR) pada 1976, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) telah berhasil menyediakan pembiayaan rumah lebih dari 3,5 juta unit hingga 2014.
Peran Bank BTN sebagai inspirasi pembiayaan rumah rakyat makin dikukuhkan dengan program sejuta rumah yang dicanangkan pemerintah.
Rumah sebagai salah satu kebutuhan primer keluarga merupakan bisnis yang sangat potensial untuk digarap. Tak heran saat ini sudah banyak bank yang terjun ke bisnis pembiayaan rumah, mulai rumah sederhana sampai rumah mewah.
Bisnis yang masuk kredit konsumer ini menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit. Meski sudah banyak bank yang menggarap, posisi Bank BTN tidak tergoyahkan dalam mengusai pangsa pasar pembiayaan rumah di Indonesia. Berdasarkan data per 31 Desember 2014, pangsa pasar Bank BTN tercatat 27,53% masih berada di atas BCA (10,67%), BNI (10,50%), Mandiri (8,35%), BRI (4,55%), Niaga (7,09%), sedangkan sisanya sekitar 25% dikuasai bank lain.
Bahkan, di segmen rumah subsidi, Bank BTN menguasai pasar lebih dari 95%. ”Kami masih menguasai pasar perumahan di Indonesia dan posisi ini akan kami pertahankan dan terus diupayakan peningkatannya,” ujar Direktur Utama Bank BTN Maryono baru-baru ini. Peran Bank BTN yang sangat signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan rumah rakyat harus didukung semua pihak termasuk pemerintah.
Apalagi, Bank BTN dipercaya sebagai motor penggerak dalam menyukseskan program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Jokowi di Ungaran, Semarang, 29 April 2015. Sebagai penggerak program sejuta rumah, berbagai langkah konkret telah dilakukan Bank BTN, antara lain bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, BPJS Ketenagakerjaan, pemerintah daerah, pengembang, berbagai instansi lain untuk menyukseskan program tersebut.
Bahkan, Maryono tidak segan-segan mengajak pengembang yang dinilainya masih lamban dalam menjalankan program sejuta rumah. ”Dana sudah ada, tetapi suplai rumahnya belum ada, bagaimana kami mau memberikan KPR kalau belum ada rumah yang dibiayai. Kami mengajak pengembang serius dalam menjalankan program pro rakyat ini,” ucapnya. Keseriusan Bank BTN dalam menjalankan program sejuta rumah dipastikan bisa memperkecil backlog perumahan yang saat ini mencapai 15 juta unit.
Untuk menyukseskan program tersebut, Bank BTN telah menyiapkan program 5 SIAP, baik itu kesiapan dari sisi SDM, teknologi, proses bisnis, pendanaan, dan suplai rumah telah kami siapkan untuk mendukung percepatan realisasi program tersebut. Bank BTN telah menyiapkan pemenuhan kapasitas dan kompetensi SDM pemroses kredit, baik itu subsidi maupun nonsubsidi meliputi tenaga analis, loan marketing, loan service,dan loan administration.
BTN juga telah meningkatkan kapasitas teknologi informasi melalui sistem aplikasi kredit yang terintegrasi. Perseroan juga sudah melakukan percepatan pelayanan dan proses kredit secara fokus, baik untuk KPR subsidi maupun KPR nonsubsidi. Termasuk dalam hal ini menambah jaringan pelayanan dan proses kredit melalui Griya KPR BTN yang menjadi kepanjangan tangan kantor layanan Bank BTN di daerah-daerah.
Keberpihakan Bank BTN terhadap pembiayaan rumah rakyat diharapkan menjadi inspirasi bagi bank-bank lain untuk terjun secara serius mengurusi program pro rakyat tersebut. Seyogianya perbankan tidaklah perlu khawatir untuk ikut aktif dalam menyukseskan program sejuta rumah. Pasalnya, agunan berupa rumah nilainya akan terus meningkat.
Dicontohkan rumah subsidi ketika realisasi KPR nilai agunannya sebesar 111%, maka saat ini agunannya sudah senilai lebih 203%. Untuk KPR non subsidi ketika realisasi nilai agunan minimal 125%, saat ini nilainya mencapai lebih 191%. Termasuk kredit konstruksi ketika realisasi nilai agunan minimal 125% dan saat ini nilainya mencapai lebih dari 215%. ”Ketika realisasi saja bank sudah untung karena nilai agunannya lebih tinggi dari nilai kreditnya.
Berjalan selama sekian tahun pasti nilai agunannya akan lebih tinggi dibanding outstanding kreditnya karena setiap bulan diangsur. Ini hanya gambaran mengapa industri pembiayaan perumahan menjadi incaran para investor. Ini sekaligus menjawab kekhawatiran tentang NPL terhadap bisnis pembiayaan perumahan yang menjadi core businessBank BTN,” tutur Maryono.
Dengan kondisi tersebut, tak heran jika CIMB Securities dalam risetnya memprediksi kinerja Bank BTN dalam beberapa tahun ke depan akan semakin membaik. Pada 2015 diperkirakan aset Bank BTN akan mencapai Rp168,5 triliun, pada 2016 sebesar Rp197,14 triliun, dan pada 2017 melonjak menjadi Rp227,23 triliun.
Sementara pada 2018 dan 2019 aset Bank BTN masing-masing diprediksi menjadi Rp252,9 triliun dan Rp281,94 triliun.
Rakhmat baihaqi
Peran Bank BTN sebagai inspirasi pembiayaan rumah rakyat makin dikukuhkan dengan program sejuta rumah yang dicanangkan pemerintah.
Rumah sebagai salah satu kebutuhan primer keluarga merupakan bisnis yang sangat potensial untuk digarap. Tak heran saat ini sudah banyak bank yang terjun ke bisnis pembiayaan rumah, mulai rumah sederhana sampai rumah mewah.
Bisnis yang masuk kredit konsumer ini menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit. Meski sudah banyak bank yang menggarap, posisi Bank BTN tidak tergoyahkan dalam mengusai pangsa pasar pembiayaan rumah di Indonesia. Berdasarkan data per 31 Desember 2014, pangsa pasar Bank BTN tercatat 27,53% masih berada di atas BCA (10,67%), BNI (10,50%), Mandiri (8,35%), BRI (4,55%), Niaga (7,09%), sedangkan sisanya sekitar 25% dikuasai bank lain.
Bahkan, di segmen rumah subsidi, Bank BTN menguasai pasar lebih dari 95%. ”Kami masih menguasai pasar perumahan di Indonesia dan posisi ini akan kami pertahankan dan terus diupayakan peningkatannya,” ujar Direktur Utama Bank BTN Maryono baru-baru ini. Peran Bank BTN yang sangat signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan rumah rakyat harus didukung semua pihak termasuk pemerintah.
Apalagi, Bank BTN dipercaya sebagai motor penggerak dalam menyukseskan program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Jokowi di Ungaran, Semarang, 29 April 2015. Sebagai penggerak program sejuta rumah, berbagai langkah konkret telah dilakukan Bank BTN, antara lain bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, BPJS Ketenagakerjaan, pemerintah daerah, pengembang, berbagai instansi lain untuk menyukseskan program tersebut.
Bahkan, Maryono tidak segan-segan mengajak pengembang yang dinilainya masih lamban dalam menjalankan program sejuta rumah. ”Dana sudah ada, tetapi suplai rumahnya belum ada, bagaimana kami mau memberikan KPR kalau belum ada rumah yang dibiayai. Kami mengajak pengembang serius dalam menjalankan program pro rakyat ini,” ucapnya. Keseriusan Bank BTN dalam menjalankan program sejuta rumah dipastikan bisa memperkecil backlog perumahan yang saat ini mencapai 15 juta unit.
Untuk menyukseskan program tersebut, Bank BTN telah menyiapkan program 5 SIAP, baik itu kesiapan dari sisi SDM, teknologi, proses bisnis, pendanaan, dan suplai rumah telah kami siapkan untuk mendukung percepatan realisasi program tersebut. Bank BTN telah menyiapkan pemenuhan kapasitas dan kompetensi SDM pemroses kredit, baik itu subsidi maupun nonsubsidi meliputi tenaga analis, loan marketing, loan service,dan loan administration.
BTN juga telah meningkatkan kapasitas teknologi informasi melalui sistem aplikasi kredit yang terintegrasi. Perseroan juga sudah melakukan percepatan pelayanan dan proses kredit secara fokus, baik untuk KPR subsidi maupun KPR nonsubsidi. Termasuk dalam hal ini menambah jaringan pelayanan dan proses kredit melalui Griya KPR BTN yang menjadi kepanjangan tangan kantor layanan Bank BTN di daerah-daerah.
Keberpihakan Bank BTN terhadap pembiayaan rumah rakyat diharapkan menjadi inspirasi bagi bank-bank lain untuk terjun secara serius mengurusi program pro rakyat tersebut. Seyogianya perbankan tidaklah perlu khawatir untuk ikut aktif dalam menyukseskan program sejuta rumah. Pasalnya, agunan berupa rumah nilainya akan terus meningkat.
Dicontohkan rumah subsidi ketika realisasi KPR nilai agunannya sebesar 111%, maka saat ini agunannya sudah senilai lebih 203%. Untuk KPR non subsidi ketika realisasi nilai agunan minimal 125%, saat ini nilainya mencapai lebih 191%. Termasuk kredit konstruksi ketika realisasi nilai agunan minimal 125% dan saat ini nilainya mencapai lebih dari 215%. ”Ketika realisasi saja bank sudah untung karena nilai agunannya lebih tinggi dari nilai kreditnya.
Berjalan selama sekian tahun pasti nilai agunannya akan lebih tinggi dibanding outstanding kreditnya karena setiap bulan diangsur. Ini hanya gambaran mengapa industri pembiayaan perumahan menjadi incaran para investor. Ini sekaligus menjawab kekhawatiran tentang NPL terhadap bisnis pembiayaan perumahan yang menjadi core businessBank BTN,” tutur Maryono.
Dengan kondisi tersebut, tak heran jika CIMB Securities dalam risetnya memprediksi kinerja Bank BTN dalam beberapa tahun ke depan akan semakin membaik. Pada 2015 diperkirakan aset Bank BTN akan mencapai Rp168,5 triliun, pada 2016 sebesar Rp197,14 triliun, dan pada 2017 melonjak menjadi Rp227,23 triliun.
Sementara pada 2018 dan 2019 aset Bank BTN masing-masing diprediksi menjadi Rp252,9 triliun dan Rp281,94 triliun.
Rakhmat baihaqi
(ars)