Industri Ritel Diprediksi Terus Tumbuh
A
A
A
Industri ritel diyakini akan terus tumbuh seiring bertambahnya jumlah kelas menengah di Tanah Air. Peluang para pelaku bisnis ritel untuk membidik pasar pun sangat terbuka lebar.
Menurut Senior Marketing Manager PT Lotte Shopping Indonesia (Lotte Mart) Yudi NG, pertumbuhan jumlah kelas menengah akan memberikan efek yang baik kepada industri ritel. Dia juga yakin peluang bisnis ritel tidak akan pernah redup. Untuk itu, setiap tahunnya Lotte Mart akan terus membuka gerai baru.
Targetnya pada 2018 mendatang perusahaan asal Korea Selatan itu berambisi menggenjot pertumbuhan termasuk dari sisi penjualan. ”Jadi kita akan perbanyak gerai. Untuk 2015 akan ada yang dibuka, tapi tidak bisa saya sebutkan di mana. Hipermarket dengan wholesale akan kita buka,” ujarnya ketika dihubungi KORAN SINDO baru-baru ini.
Pengamat pemasaran Yuswohady mengatakan, prospek ritel di Indonesia secara umum memang masih besar, terutama kalangan kelas menengahnya. Dia mencontohkan, munculnya minimarket-minimarket di sudut-sudut kota selalu ramai pengunjung. ”Menurut saya sektor ritel itu berkaitan dengan pertumbuhan kelas menengah yang 70% masih kelas menengah bawah, artinya yang tengah ini akan bergerak ke tengah dan yang tengah akan bergerak ke atas,” ungkapnya.
Yuswohady melanjutkan, proses naiknya kelas menengah kalangan bawah membutuhkan proses yang lama dengan catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten naik terus. ”Kalau menurun bisa lebih lama lagi,” tuturnya. Terkait kiprah jaringan perusahaan ritel Lotte Mart di Indonesia, Yuswohady berpendapat, jaringan toko ritel asal Negeri Gingseng itu membidik konsumen Tanah Air karena potensi pertumbuhan di negeri ini masih terus naik, sementara di beberapa negara lain sudah mentok.
”Jadi, kalau dari sisi pasar saya kira masih prospektif. Seperti yang saya bilang, kita ini masih di tahapan awal. Tinggal dijaga saja. Kalau pertumbuhannya naik terus otomatis sektor kelas menengah akan tumbuh, sektor ritel akan tumbuh,” katanya. Yuswohady menambahkan, saat ini toko ritel jenis apa pun akan diterima konsumen karena dari sisi produk dan harga sama, tidak terlalu ada perbedaan signifikan.
”Misalnya saja di 7-Eleven itu bukan ke produknya, tapi lebih ke nongkrongnya. Intinya orang belanja dapat barang,” ungkapnya. Satu hal lagi yang akan membuat sebuah gerai ritel diburu konsumen adalah soal lokasi. Misalnya saja jika harga kualitas sama, tempatnya juga tidak banyak beda, lalu lingkungannya juga sama, maka yang membedakan adalah lokasi.
Yuswohady mengungkapkan, ekspansifnya perusahaan ritel seperti Lotte Mart karena kemampuan perusahaan untuk bertumbuh dibarengi investasi. Namun, yang jadi kunci penetrasi peritel yang merupakan bagian dari Lotte Group itu adalah bagaimana Lotte Mart cepat menguasai pasar dan masuk ke area-area yang pertumbuhan kelas menengahnya bagus.
Oktiani endarwati
Menurut Senior Marketing Manager PT Lotte Shopping Indonesia (Lotte Mart) Yudi NG, pertumbuhan jumlah kelas menengah akan memberikan efek yang baik kepada industri ritel. Dia juga yakin peluang bisnis ritel tidak akan pernah redup. Untuk itu, setiap tahunnya Lotte Mart akan terus membuka gerai baru.
Targetnya pada 2018 mendatang perusahaan asal Korea Selatan itu berambisi menggenjot pertumbuhan termasuk dari sisi penjualan. ”Jadi kita akan perbanyak gerai. Untuk 2015 akan ada yang dibuka, tapi tidak bisa saya sebutkan di mana. Hipermarket dengan wholesale akan kita buka,” ujarnya ketika dihubungi KORAN SINDO baru-baru ini.
Pengamat pemasaran Yuswohady mengatakan, prospek ritel di Indonesia secara umum memang masih besar, terutama kalangan kelas menengahnya. Dia mencontohkan, munculnya minimarket-minimarket di sudut-sudut kota selalu ramai pengunjung. ”Menurut saya sektor ritel itu berkaitan dengan pertumbuhan kelas menengah yang 70% masih kelas menengah bawah, artinya yang tengah ini akan bergerak ke tengah dan yang tengah akan bergerak ke atas,” ungkapnya.
Yuswohady melanjutkan, proses naiknya kelas menengah kalangan bawah membutuhkan proses yang lama dengan catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten naik terus. ”Kalau menurun bisa lebih lama lagi,” tuturnya. Terkait kiprah jaringan perusahaan ritel Lotte Mart di Indonesia, Yuswohady berpendapat, jaringan toko ritel asal Negeri Gingseng itu membidik konsumen Tanah Air karena potensi pertumbuhan di negeri ini masih terus naik, sementara di beberapa negara lain sudah mentok.
”Jadi, kalau dari sisi pasar saya kira masih prospektif. Seperti yang saya bilang, kita ini masih di tahapan awal. Tinggal dijaga saja. Kalau pertumbuhannya naik terus otomatis sektor kelas menengah akan tumbuh, sektor ritel akan tumbuh,” katanya. Yuswohady menambahkan, saat ini toko ritel jenis apa pun akan diterima konsumen karena dari sisi produk dan harga sama, tidak terlalu ada perbedaan signifikan.
”Misalnya saja di 7-Eleven itu bukan ke produknya, tapi lebih ke nongkrongnya. Intinya orang belanja dapat barang,” ungkapnya. Satu hal lagi yang akan membuat sebuah gerai ritel diburu konsumen adalah soal lokasi. Misalnya saja jika harga kualitas sama, tempatnya juga tidak banyak beda, lalu lingkungannya juga sama, maka yang membedakan adalah lokasi.
Yuswohady mengungkapkan, ekspansifnya perusahaan ritel seperti Lotte Mart karena kemampuan perusahaan untuk bertumbuh dibarengi investasi. Namun, yang jadi kunci penetrasi peritel yang merupakan bagian dari Lotte Group itu adalah bagaimana Lotte Mart cepat menguasai pasar dan masuk ke area-area yang pertumbuhan kelas menengahnya bagus.
Oktiani endarwati
(ars)