Melintasi 80% Jalanan Kota Solo

Minggu, 28 Juni 2015 - 10:45 WIB
Melintasi 80% Jalanan Kota Solo
Melintasi 80% Jalanan Kota Solo
A A A
Lima tahun lebih beroperasi, bus tingkat wisata Werkudara telah menjadi ikon baru pariwisata di Kota Solo. Bagi wisatawan asing maupun domestik, belum lengkap rasanya berkunjung ke Kota Solo kalau belum naik bus berwarna merah menyala tersebut.

Bagi masyarakat Solo, Bus Werkudara seakan mengajak mereka bernostalgia dengan bus tingkat yang pernah menjadi salah satu moda transportasi umum di sana sebelum dihapus pada 1995.

Sementara bagi wisatawan, naik Werkudara seolah menggenapkan penjelajahan mereka di salah satu kota wisata di Indonesia. Sesuai namanya, penampilan Bus Werkudara tampak begitu gagah. Gambar Werkudara sebagai tokoh pewayangan satria nomor dua Pandawa Lima terpampang besar di sisi kanan dan kiri badan bus. Di dekatnya tertera slogan ”Solo-The Spirit of Java”.

Pada bagian lain badan bus-memanjang ke belakang-terdapat gambar beberapa tempat wisata menarik di Kota Solo seperti Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Pura Mangkunegaran, dan batik tulis. Terdapat pula tulisan Werkudara yang didesain apik layaknya gaya huruf Jawa. Bus ini hanya memiliki dua pintu di samping kiri sebagai akses masuk.

Satu pintu berada di depan sebagai tempat naik pengemudi dan para kru sementara pintu lain berada di tengah sebagai akses masuk penumpang. Pintu masuk penumpang juga dilengkapi fasilitas pendukung agar kaum difabel mudah untuk masuk. Pintu ini bisa dibuka tutup secara elektrik melalui panel yang ada didekat kemudi.

Panjang bodi Bus Werkudara 12 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 4,7 meter. Bus double decker buatan Mercedez Benz tipe OH 1521 intercooler dengan berat kosong 12,2 ton ini adalah produksi 2010. Sementara, interior bus didesain sedemikian rupa untuk memanjakan penumpang wisata. Bus ini full AC dengan pewangi ruangan. Ada pula TV di lantai bawah dan lantai atas. Sebanyak 22 kursi di bagian bawah dilapisi bahan spon sehingga cukup empuk diduduki. S

elain kursi yang menghadap ke depan, terdapat pula dua deret kursi panjang saling berhadapan. Di lantai atas jumlah kursinya lebih banyak yakni 30. Konsep awalnya, bagian atap bus di desain terbuka. Namun karena di Indonesia ada musim penghujan dan kemarau, maka atap pun dibuat agar bisa dibuka maupun ditutup secara otomatis. Bahan yang dipakai sebagai atap adalah terpal khusus yang cukup tebal dan bisa dikencangkan.

Saat hujan, air tidak menumpuk di tengah karena bisa mengalir ke kanan dan ke kiri. Setiap tahun terpal yang berfungsi sebagai atap diganti karena robek terkena gesekan ranting dan dahan pohon. Bagian atas bus di samping kanan maupun kiri separuhnya juga dibuat terbuka tanpa kaca. Hanya ada kerangka-kerangka besi yang tidak rapat sebagai pagar.

Sedangkan, sebagian lagi di sisi depan dilengkapi kaca. Karena posisinya terbuka, lantai atas Bus Werkudara tidak dilengkapi AC. Nama Werkudara pada bus tingkat ini diberikan oleh dalang kondang Ki Anom Suroto. Dalang wayang kulit asal Solo ini menilai sosok Werkudara cocok dengan bentuk bus yang tinggi besar dan gagah.

Bus ini resmi beroperasi 9 April 2011 meski diluncurkan pada 20 Pebruari 2011 oleh Wakil Menteri Perhubungan saat itu, Bambang Sutantono. Sebelum resmi beroperasi, terlebih dahulu dilakukan survei dan uji coba jalur. Agar bus ini bisa melalui banyak ruas jalan, maka kabel listrik dan telepon ditinggikan. Dahan, daun, dan ranting pohon pun semakin sering dipangkas.

Saat ini sekitar 80% jalan di Kota Solo sudah bisa dilalui Bus Werkudara. Yeti Pipit,40, warga Jakarta Barat, mengaku mengetahui Bus Werkudara dari internet. ”Ketika akan berwisata kuliner nasi liwet dan soto ke Solo, saya menemukan informasi soal bus Werkudara di internet. Kami penasaran ingin naik. Ternyata, sangat mengasyikan,” ucapnya. Idham Imarshan, 20, warga Semarang, mengaku baru pertama kali naik bus Werkudara atas rekomendasi teman.

”Sangat menyenangkan bisa keliling menikmati suasana Kota Solo melihat bangunan-bangunan cagar budaya,” ungkapnya. Sementara Sarjiman, warga Kelurahan Banyunyar, Solo, menuturkan bahwa dirinya sudah dua kali naik bus Werkudara bersama cucu dan keponakan dari luar daerah. ”Saran saya, video yang ditampilkan selama perjalanan menampilkan beragam kekayaan wisata Solo seperti kirab batik carnival dan acara-acara budaya. Jangan malah video dangdutan,” katanya.

Selain rute regular, bus ini pun bisa dicarter sehingga jalur yang dilalui sesuai permintaan dengan catatan bisa dilintasi. Saking banyaknya peminat, pada akhir pekan atau musim liburan banyak wisatawan yang tidak kebagian tempat duduk meski telah diberlakukan perjalanan tambahan. Kondisi ini berbeda dengan hari-hari biasa.

Penumpang bus tingkat wisata satu-satunya milik Solo tersebut rata-rata hanya 10-20 orang. Biaya operasional bisa ditutupi dengan adanya carteran seperti prewedding, syuting, acara keluarga, atauacara sekolah. Bus tidak bisa dicarter untuk kegiatan berbau politik. Rombongan wisatawan mancanegara atau dari luar kota biasanya lebih memilih jadwal reguler.

Tiket diberlakukan untuk penumpang yang usianya tiga tahun ke atas. Ada dua loket bagi calon penumpang bus Werkudara. Pada Sabtu dan Minggu, loket ditempatkan di bagian depan kantor Dishubkominfo Kota Solo. Pelayanan masih menjadi satu dengan meja petugas keamanan kantor. Pada bagian depan Kantor Dishubkominfo, ditempatkan sejumlah kursi untuk tempat menunggu.

Kursi ini sebenarnya untuk duduk para tamu yang memiliki kepentingan di Kantor Dishubkominfo. Meski demikian, kondisinya cukup bersih dan nyaman karena dilengkapi AC. Sementara, pada hari biasa, pelayanan dilakukan di loket khusus yang ada di bagian belakang kantor, sekitar 20 meter dari depan. Ruangan pelayanan di bagian belakang cukup nyaman meski tidak seluas di bagian depan.

Pembelian tiket juga dapat dilakukan melalui SMS atau telepon di nomor yang ada di brosur online. Pembayaran dilakukan dengan cara transfer. Calon penumpang cukup melakukan konfirmasi ulang. Bukti transfer ditukar dengan tiket saat tiba di lokasi. Sebagai bus city tour, Werkudara tidak melayani penumpang naik di tengah perjalanan.

Hanya di titik-titik tertentu bus berhenti dan penumpang bisa turun untuk melihat sejenak tempat wisata atau berfoto ria. Setelah setengah perjalanan, dilakukan pertukaran tempat duduk. Penumpang yang semula di atas diminta untuk turun dan duduk di kursi lantai bawah, begitu pula sebaliknya. Selama perjalanan, bus biasanya dipacu antara 30-40 kilometer per jam.

Bus sengaja berjalan lambat karena penumpang ingin menikmati suasana selama perjalanan. Bus ini pernah dipacu hingga 90 kilometer per jam dengan mobil pengawalan ketika akan menjemput rombongan menteri. Untuk perawatan mesin seperti servis rutin, ganti oli dan lainnya, Dishubkominfo mempercayakannya kepada bengkel langganan Pemkot Surakarta.

”Pengecekan berkala dilakukan dua minggu sekali,” kata Sandi Mulyanto, staf pelaksana operasional Bus Werkudara. Selain pengemudi, terdapat pula staf pengemudi dan pemandu yang bertugas memberikan informasi kepada penumpang selama perjalanan. Kru terbagi dalam tiga shift.

Mereka semuanya berstatus tenaga kontrak. Target pendapatan Bus Werkudara dipatok sekitar Rp215 juta per tahun. Pendapatan tertinggi dicapai saat musim liburan karena bisa mencapai Rp30 juta sebulan. Sedangkan, pendapatan terendah saat bulan puasa sekitar Rp10 juta.

Ary wahyu wibowo
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6238 seconds (0.1#10.140)