Prancis Kecam Aksi Spionase AS

Kamis, 25 Juni 2015 - 10:37 WIB
Prancis Kecam Aksi Spionase AS
Prancis Kecam Aksi Spionase AS
A A A
PARIS - Presiden Prancis Francois Hollande tidak terima dengan tindakan sekutu lamanya, Amerika Serikat (AS), yang melakukan aksi spionase terhadap dirinya dan dua presiden pendahulunya, Nicolas Sarkozy dan Jacques Chirac.

Aksi mata-mata tersebut terbongkar setelah dibocorkan situs WikiLeaks pada Selasa (23/6) waktu setempat. Dalam artikel berjudul ”Espionnage Elysee” tersebut, dijelaskan bahwa upaya memata-matai para petinggi Prancis tersebut dilakukan AS dalam kurun waktu cukup lama, mulai 2006-Mei 2012. Hollande menyatakan keberatannya saat melakukan rapat darurat bersama kabinetnya di Istana Elysee kemarin.

Dia mengingatkan pemerintahannya tidak bisa menoleransi aksi AS yang berpotensi menimbulkan ancaman keamanan. Dalam dokumen dengan label ”Top Secret” yang pertama kali diberitakan media French Daily Liberation dan situs online Mediapart, dilaporkan bahwa Lembaga Keamanan Nasional (NSA) AS melakukan aksi spionase terhadap tiga presiden Prancis yang terakhir.

Salah satu dokumen yang terungkap pada 2012 menerangkan diskusi Presiden Hollande tentang kemungkinan Yunani keluar dari anggota Uni Eropa. Dokumen lainnya pada 2011 menerangkan Presiden Sarkozy bertekad untuk melanjutkan pembicaraan damai antara Israel dan Palestina yang mungkin tanpa keterlibatan AS. Sementara dokumen 2010 menjelaskan, pejabat Prancis menyadari bahwa AS telah memata- matai mereka dan akan mengajukan keluhan terkait hal ini.

”Prancis tidak akan memberi toleransi atas aksi yang mengancam keamanan dan perlindungan atas kepentingan negara,” ujar juru bicara kepresidenan Prancis seperti dilansir Reuters. Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius langsung mengirimkan surat panggilan kepada Duta Besar AS untuk Prancis dan Monako, Jane Hartley untuk membahas persoalan ini.

”Kami tidak bisa memahami apa motivasi sekutu (AS) mematamatai sekutu lain yang sering berada dalamposisistrategisama dalam urusan internasional,” ungkapjurubicara pemerintahan Prancis Stephane Le Foll. Sementaraitu, PresidenFrancois Hollande dijadwalkan segera membahas masalah serius ini dengan Presiden AS Barrack Obama.

”Pembicaraan dengan Presiden AS direncanakan dalam beberapa jam mendatang,” ucap mantan Perdana Menteri, Jean-Pierre Raffarin. Dia juga dilibatkan dalam rapat dengan parlemen dan Hollande untuk mendiskusikan isu spionase yang bersumber dari WikiLeaks. Kantor Kepresidenan Prancis dalam pernyataannya mengatakan, pihak AS harus menghormati sebuah janji untuk tidak memata-matai pemimpin Prancis.

Pernyataan ini dikeluarkan setelah dilakukan rapat darurat para pemimpin lembaga keamanan di Paris. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS Ned Price mengatakan, penyadapan itu bukan ditujukan untuk mencuri informasi dari jalur komunikasi Hollande. NSC dalam pernyataannya tidak menyangkal bahwa telah terjadi penyadapan di masa lalu.

Claude Gueant, mantan kepala staf pemerintahan Sarkozy, juga menjadi salah satu target yang dilaporkan NSA. ”Hubungan kami sangat dekat dengan AS. Kami menjadi sekutu yang paling setia. Tapi dengan adanya insiden ini, kami merasa kepercayaan ini telah dirusak,” ucap Gueant kepada Radio RTL.

”Ini adalah pembeberan yang menakutkan yang mengharuskan adanya penjelasan dari AS dan menjamin hal seperti ini tak akan terjadi lagi,” ucap Wali Kota Paris Anne Hidalgo kepada stasiun televisi France 2 . NSA sebelumnya juga dituduh memata-matai Kanselir Jerman Angela Merkel, pemimpin Brasil dan pemimpin Meksiko.

Arvin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6792 seconds (0.1#10.140)