Mahasiswa ITB Kembangkan Alat Deteksi Dini Penyakit Jantung
A
A
A
JAKARTA - Berawal dari tugas akhir semasa kuliah, ketiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mencoba mengembangkan alat pendeteksi dini untuk penyakit jantung. Alat ini dinamai PPGDroid.
Kreasi ketiga mahasiswa program studi Teknik Elektro ITB, Rhandy Adhitya S, Arrozaq Ave, dan Hamdan Fauzan ini rupanya menjadi salah satu hasil pengembangan riset sebelumnya. Alat ini dipercaya bisa mendeteksi penyakit jantung kardiovaskular lewat deteksi pembuluh darah.
“Intinya, alat ini mendeteksi perubahan volume darah melalui organ Jari dengan menggunakan sensor Photoplethysmogram (PPG),” ungkap Rhandy Adhitya S yang ditunjuk sebagai ketua tim tersebut ketika diwawancara, Senin 22 Juni 2015.
Diakuinya, penyakit jantung dan pembuluh darah masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Usaha pencegahan penyakit kardiovaskuler melalui pendekatan deteksi dini merupakan upaya yang jauh lebih efektif untuk mengurangi jumlah populasi penduduk penderita penyakit kardiovaskuler.
Untuk itu, dia dan timnya menggembangkan PPG yang merupakan sebuah metode pengukuran volume darah dengan prinsip optik. Perubahan volume yang disebabkan oleh tekanan nadi dapat dideteksi dengan menerangi kulit dengan cahaya LED.
“Intensitas cahaya baik yang ditransmisikan atau dipantulkan kemudian diukur dengan fotodioda. Parameter sensor PPG, seperti augmentation index, stiffness index, pulse interval, dan age index, dapat digunakan untuk menilai kualitas pembuluh darah seseorang,” paparnya.
Keistimewaan lain dari alat ini yakni, perangkat deteksi dini kardiovaskuler dengan sinyal PPG menggunakan sinyal yang diakuisisi. Kemudian sinyal tersebut diproses dan ditransmisikan secara wireless via bluetooth ke perangkat hp/tablet.
Aplikasi yang dikembangkan pada hp/tablet dengan platform android didesain dengan User Interface yang mudah dipahami dan menarik sehingga dapat dipakai oleh semua lapisan masyarakat.
“Selain itu pada aplikasi juga dilengkapi fitur-fitur, sehingga diharapkan dapat mengoptimasi pengalaman user dalam memakai perangkat ini. Interpretasi sinyal PPG secara digital dilakukan berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya,” ungkap anggota tim lainnya, Hamdan Fauzan.
Sehingga, hasil interpretasi dari tesnya ditampilkan dengan kode Merah (bahaya), Kuning (hati-hati) dan Hijau (normal) untuk pasien. Perangkat ini juga diyakini akan mudah diproduksi secara massal oleh industri dalam negeri.
“Butuh waktu satu tahun dalam pengembangan alat ini, mulai dari perancangannya, implementasi, hingga pengujiannya. Kami memilih tugas akhir yang ada kaitannya dengan kesehatan ini, karena kami berharap alat ini bisa berguna bagi mereka yang ingin mendeteksi dini soal penyakit jantung,” pungkas Hamdan.
Kreasi ketiga mahasiswa program studi Teknik Elektro ITB, Rhandy Adhitya S, Arrozaq Ave, dan Hamdan Fauzan ini rupanya menjadi salah satu hasil pengembangan riset sebelumnya. Alat ini dipercaya bisa mendeteksi penyakit jantung kardiovaskular lewat deteksi pembuluh darah.
“Intinya, alat ini mendeteksi perubahan volume darah melalui organ Jari dengan menggunakan sensor Photoplethysmogram (PPG),” ungkap Rhandy Adhitya S yang ditunjuk sebagai ketua tim tersebut ketika diwawancara, Senin 22 Juni 2015.
Diakuinya, penyakit jantung dan pembuluh darah masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Usaha pencegahan penyakit kardiovaskuler melalui pendekatan deteksi dini merupakan upaya yang jauh lebih efektif untuk mengurangi jumlah populasi penduduk penderita penyakit kardiovaskuler.
Untuk itu, dia dan timnya menggembangkan PPG yang merupakan sebuah metode pengukuran volume darah dengan prinsip optik. Perubahan volume yang disebabkan oleh tekanan nadi dapat dideteksi dengan menerangi kulit dengan cahaya LED.
“Intensitas cahaya baik yang ditransmisikan atau dipantulkan kemudian diukur dengan fotodioda. Parameter sensor PPG, seperti augmentation index, stiffness index, pulse interval, dan age index, dapat digunakan untuk menilai kualitas pembuluh darah seseorang,” paparnya.
Keistimewaan lain dari alat ini yakni, perangkat deteksi dini kardiovaskuler dengan sinyal PPG menggunakan sinyal yang diakuisisi. Kemudian sinyal tersebut diproses dan ditransmisikan secara wireless via bluetooth ke perangkat hp/tablet.
Aplikasi yang dikembangkan pada hp/tablet dengan platform android didesain dengan User Interface yang mudah dipahami dan menarik sehingga dapat dipakai oleh semua lapisan masyarakat.
“Selain itu pada aplikasi juga dilengkapi fitur-fitur, sehingga diharapkan dapat mengoptimasi pengalaman user dalam memakai perangkat ini. Interpretasi sinyal PPG secara digital dilakukan berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya,” ungkap anggota tim lainnya, Hamdan Fauzan.
Sehingga, hasil interpretasi dari tesnya ditampilkan dengan kode Merah (bahaya), Kuning (hati-hati) dan Hijau (normal) untuk pasien. Perangkat ini juga diyakini akan mudah diproduksi secara massal oleh industri dalam negeri.
“Butuh waktu satu tahun dalam pengembangan alat ini, mulai dari perancangannya, implementasi, hingga pengujiannya. Kami memilih tugas akhir yang ada kaitannya dengan kesehatan ini, karena kami berharap alat ini bisa berguna bagi mereka yang ingin mendeteksi dini soal penyakit jantung,” pungkas Hamdan.
(kri)