Yuk, Kenali Moda Transportasi di Jakarta!

Sabtu, 20 Juni 2015 - 12:40 WIB
Yuk, Kenali Moda Transportasi di Jakarta!
Yuk, Kenali Moda Transportasi di Jakarta!
A A A
*DALAM RENCANA

WATERWAYS

Sistem transportasi alternatif melalui sungai di Jakarta ini sudah diresmikan penggunaan nya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Waterways adalah bagian dari Pola Transportasi Makro (PTM) yang nantinya terintegrasi dengan Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT). Dioperasikannya oleh Kapal Motor Kerapu III dan IV. Awalnya, dijajal rute Halimun – Karet yang akan menuju Manggarai sepanjang 3,6 km.

Ditambah, saat ini tengah dikaji rute baru sepanjang 5 km, yaitu Teluk Gong – Pesing / Muara Angke. Namun, karena terkendala oleh sampah yang mengalir bersama keruhnya air sungai yang berpotensi menyangkut di baling-baling kapal motor, juga kedangkalan sungai, akhirnya masalah utama itulah yang membayangi pengoperasian sistem Waterways.

MASS RAPID TRANSIT (MRT)

Proyek sistem transportasi transit cepat ini tengah dalam proses pembangunan sejak 10 Oktober 2013 dan diperkirakan selesai pada 2018. Rencananya dibuat dua jalur, selatan-utara dan barat-timur yang masih tahap pengkajian. Pembebasan lahan pun menjadi faktor utama yang menghambat proyek ini. Kalau kelar dibangun, MRT bisa jadi ikon atau landmark penambah bagi Kota Jakarta yang lebih modern loh.

LIGHT RAIL TRANSIT (LRT)

Sistem transportasi massal berbasis kereta api ringan ini lebih dikenal dengan sebutan trem. Proyek LRT Jakarta dipastikan mengganti proyek monorel yang mandek karena segelintir syarat yang belum bisa terpenuhi pengelola. Pembangunannya akan melalui pinggiran jalan tol dalam kota. Untuk rute tahap pertama (Cibubur – Grogol) via Cawang yang ditargetkan selesai pada 2018. Bila sukses, nantinya dibangun hingga 7 koridor. Kebayang kan kalo LRT bisa kebangun, Jakarta bisa sekelas kayak Kota Chicago di AS!

MONORAIL

Sekelumit permasalahan terkait modal dana oleh pihak pengelola swasta menjadi alasan utama ketidakjelasan dari proyek ini. Dipastikan, Pemprov DKI Jakarta tidak akan meneruskan transportasi publik berbasis satu (mono) rel ini. Sempat direncanakan untuk dibangun Green Line (Kampung Melayu – Roxy) dan Blue Line (Kuningan – Dukuh Atas) pada tahap pertama. Sekarang, yang tersisa hanyalah tiang-tiang pancang yang jelas mengganggu estetika kota.

Meski tampaknya benar-benar batal dibangun, kita masih bisa kok nikmatin perjalanan pakai kendaraan yang mirip monorel. Di mana? Betul, Aeromovel yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sudah ada sejak 1989. Bedanya, Aeromovel menggunakan tenaga dorongan angin (pneumtic) sebagai daya gerak yang terletak di sepanjang lintasan. Kendaraan monorel buatan Brasil itu begitu ramah lingkungan karena tanpa mesin dan perawatannya yang terbilang mudah.

*MASIH BEROPERASI

COMMUTER LINE

Moda transportasi massal berbasis rel listrik ini sudah beroperasi sejak 1976. Anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini melayani rute komuter dalam area Jabodetabek sehingga peran Commuter Line begitu vital karena difungsikan sebagai penyambung kota Jakarta dengan daerah penyangga di sekitarnya.

Sejarah Commuter Line tidak lepas dari Staats Spoorwegen sebagai operator kereta api milik pemerintah kolonial Belanda kala itu. Proyek elektrifikasi jalur kereta awalnya dimulai pada jalur Tanjung Priok – Meester Cornelis (Jatinegara) pada 1925 lalu berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Namun karena sudah dianggap tidak lagi layak jalan, akhirnya sejak 1976, lokomotif listrik yang tua resmi digantikan oleh rangkaian kereta listrik buatan Jepang.

Terdapat enam rute utama saat ini yang dilayani Commuter Line dengan warna jalur merah, biru, kuning, hijau, cokelat dan pink. Seperti halnya Transjakarta yang menerapkan program e-ticketing, tiket perjalanan Commuter Line disediakan dalam bentuk kartu sekali pakai (Single-Trip) dan prabayar (Multi-Trip). Bila pakai yang kedua, tinggal tap-in di gerbang masuk dan tap-out di gerbang keluar. Mudah kan?

BAJAJ, BEMO & KANCIL

Ada bajaj, yaitu kendaraan roda tiga asal India dengan jumlah penumpang sekitar tiga orang. Karena menimbulkan polusi udara dan suara, bajaj oranye yang berbahan bakar solar pun banyak yang sudah diganti dengan bajaj biru yang berbahan bakar BBG. Kemudian ada bemo (becak motor), yang sudah beroperasi sejak 1962 berkaitan dengan kehadiran Games of the New Emerging Forces (Ganefo).

Mulanya beroperasi layaknya taksi, namun akhirnya disingkirkan ke rute yang tidak tersentuh bus kota. Rute yang tersisa adalah Manggarai- Salemba. Lalu Kancil (singkatan dari Kendaraan Niaga Cilik Irit Lincah) yang pernah diharapkan sebagai pengganti bajaj dan bemo. Kendaraan lucu buatan nasional ini tidak bisa berkembang pasarnya. Itu karena kancil hanya bisa menggantikan bajaj yang ada, bukan dengan langsung membelinya.

OJEK

Meski tidak diakui pemerintah, keberadaannya justru menjadi penyelamat orang yang ”kejar waktu”. Kendaraan beroda dua dengan jenis sepeda motor yang sanggup menampung satu penumpang ini mudah untuk menerobos kemacetan di Jakarta. Biasanya ditemukan di sebuah pangkalan buatan dengan plang papan nama.

Namun kini, dengan kecanggihan teknologi, masyarakat Jakarta bisa lebih mudah, nyaman dan aman mencari ojek yang bisa dipesan hanya lewat aplikasi di smartphone. Dua nama besar yang sudah ada seperti Go-Jek dan Grab Bike bisa menjadi pilihan berkendara. Selain bisa menjemput dan mengantar penumpang secara lebih teratur, ”ojek modern” ini bisa juga digunakan untuk mengantar barang seperti dokumen penting.

TAKSI

Jenis transportasi ini lebih bersifat privat karena hanya muat sekelompok kecil penumpang. Di balik kapasitas penumpangnya yang kecil, taksi menawarkan sejumlah keunggulan seperti AC dan bebas menentukan ke mana akan pergi. Tentunya, segala kenyamanan itu harus dibayar dengan biaya argo cukup mahal yang ditempuh selama perjalanan berlangsung.

Di pengujung tahun kemarin, ada layanan taksi Uber yang sempat menimbulkan kontroversi karena tidak berplat kuning. Cara memakainya melalui layanan aplikasi. Selain itu, calon pengguna bebas memilih kendaraan, area penjemputan, tujuan perjalanan, hingga pembayaran.

BUS KOTA

Ongkos murah, akses mudah dan mampu menjangkau pelosok perkotaan menjadi alasan utama bagi banyak warga Jakarta untuk menggunakan moda transportasi ini . Secara pembagian kapasitasnya, jenis bus kota di Jakarta terbagi ke dalam bus kecil, bus sedang, bus besar, bus tempel dan bus tingkat.

Bus kota diikat oleh trayek tetap yang dikelola oleh pihak swasta maupun pemerintah. Sejarah berkembangnya bus kota di Jakarta memang tidak terlepas dari Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) yang dikelola BUMN dan masih bertahan hingga kini. Cikal bakal Perum PPD yang berdiri sejak 1920 itu merupakan penggabungan alat transportasi milik Nederlansch Indische Tram Maatschappij dengan Bataviach Elektrische Tram Maatschappij. Jadinya, bukan warga Jakarta kalau belum menjajal bus kota!

TRANSJAKARTA

Mulai dioperasikan pertama kali pada 15 Januari 2004 pada era Gubernur Sutiyoso yang ditandai dengan peresmian koridor 1 (Blok M – Kota). Dengan berlajur khusus di sebelah kanan jalan (disebut Busway), Transjakarta didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia. Jenis transportasi publik berbasis Bus Rapid Transit (BRT) ini memiliki lintasan terpanjang di dunia (208 km), plus 228 halte yang tersebar dalam 12 koridor (jalur) dan kini beroperasi 24 jam.

Moda transportasi andalan warga Jakarta ini merupakan pionir reformasi angkutan umum yang memprioritaskan kenyamanan, keamanan, keselamatan dan keterjangkauan bagi masyarakat. Untuk menjamin itu, beberapa pengembangan terus dilakukan seperti membuat jalur bus pengumpan (feeder busway) sebagai penunjang transportasi Transjakarta. Antara lain Kopaja AC dan Kopami AC yang beroperasi di dalam kota serta Angkutan Penumpang Terintegrasi Busway (APTB) yang melayani wilayah Jabodetabek.

RAHMAT MUSTAKIM
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4695 seconds (0.1#10.140)