Polisi Bekuk 6 Mucikari Prostitusi Online
A
A
A
JAKARTA - Polisi menangkap enam mucikari yang menjajakan pekerja seks komersial (PSK) melalui laman, media sosial, dan forum online. Para mucikari ini menjual PSK dengan tarif Rp500.000 hingga puluhan juta.
Pengungkapan kasus prostitusi online ini merupakan hasil penyelidikan selama beberapa pekan lalu. ”Ada enam tersangka. Mereka ini beda kelompok,” kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Pol Mujiono kemarin. Menurut dia, para PSK yang ditawarkan berdasarkan grade yang dibuat oleh si mucikari, mulai di bawah umur sampai dewasa. ”Ada juga model,” ucapnya.
Enam tersangka itu antara lain dua laki-laki berinisial WWR dan EA; mucikari perempuan FDPS; ZUL, AK, serta SN. WWR dan EA menawarkan PSK melalui akun Twitter @jkt7xxxxxx dan forum www.backxxxx.com. Para pelanggan yang serius akan diberikan transaksi dengan PIN Black- Berry Messenger (BBM) dan WhatsApp. ”Untuk tersangka ini, tarif PSK-nya ada yang sampai Rp17 juta,” ujar Mujiono.
Mucikari FDPS memperdagangkan PSK melalui akun Facebook. Dalam akun tersebut, tersangka mencantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi via WhatsApp. Sementara ZUL menjual PSK yang masih duduk di bangku SMA dengan usia 15-17 tahun melalui forum semxxxx.com dengan akun objek mesum. Kasubdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Suharyanto menyebutkan para tersangka diciduk di lima lokasi berbeda, seperti Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur.
Menurut dia, banyaknya pemanfaatan internet untuk menjajakan PSK disebabkan akses yang cukup luas. Selain itu, sejumlah pelaku juga tidak harus bertatap muka dengan para pelanggannya. ”Mereka merasa aman bertransaksi secara online,” ucapnya. Dia melanjutkan, beberapa wanita yang mengaku model, berparas cantik, dan memiliki tubuh seksi mulai mengirim direct message (DM) ke akun Twitter @jkt7xxxxxx yang dikelola EA.
Para wanitainimemintabantuan EA untuk menawarkan jasa mereka ke pria hidung belang. Sejak banyak wanita model yang minta bantuan, EA mulai menggolongkan jasa seksnya. Golongan itu mulai dari Grade B, Grade A, Premium Grade S+ (model), Reguler Grade B, Medium Grade A, Premium Grade A, Premium Grade A+ (model), Reguler Grade B, dan Medium Grade A+ (model). EA mematok seluruh harga dalam tarif short time rate, yakni satu kali ejakulasi atau maksimal dua jam permainan seks.
Untuk wanita golongan Grade B dihargai Rp2,5-3,5 juta. Di kelas ini wanitanya tak terlalu cantik, tapi memiliki tubuh bagus. Lokasi harus sesuai keinginan pekerja seks. Grade A Rp4-7,5 juta. Di kelas ini, wanitanya punya kualitas sama dengan Grade B, namun lokasi ditentukan oleh pemesan. Kemudian, kelas Reguler Grade B ada dua jenis. Jenis pertama harganya mulai Rp5- 8,5 juta, sedangkan jenis kedua Rp8,5-12,5 juta.
Di kelas ini, wanitanya kebanyakan mahasiswi yang rata-rata berparas cantik. Untuk kelas Medium Grade A+ (model) mulai Rp25 juta dan bisa lebih. Modelnya sebagian besar sudah pernah muncul di televisi atau masuk majalah. Suharyanto menuturkan, EA ini hanya butuh dua tahun sampai akhirnya bisa mengklasifikasikan para pekerja seksnya. Pekerja seks milik EA tak hanya beredar di Jakarta, tetapi juga di Bali, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. ”Dari setiap transaksi, EA mengambil jatah 40% dari harga PSK,” katanya.
Pengamat sosial budaya Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan, sulitnya prostitusi online diberantas disebabkan sifat dari anonimitas pelaku di dunia virtual.
Helmi syarif/ r ratna purnama
Pengungkapan kasus prostitusi online ini merupakan hasil penyelidikan selama beberapa pekan lalu. ”Ada enam tersangka. Mereka ini beda kelompok,” kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Pol Mujiono kemarin. Menurut dia, para PSK yang ditawarkan berdasarkan grade yang dibuat oleh si mucikari, mulai di bawah umur sampai dewasa. ”Ada juga model,” ucapnya.
Enam tersangka itu antara lain dua laki-laki berinisial WWR dan EA; mucikari perempuan FDPS; ZUL, AK, serta SN. WWR dan EA menawarkan PSK melalui akun Twitter @jkt7xxxxxx dan forum www.backxxxx.com. Para pelanggan yang serius akan diberikan transaksi dengan PIN Black- Berry Messenger (BBM) dan WhatsApp. ”Untuk tersangka ini, tarif PSK-nya ada yang sampai Rp17 juta,” ujar Mujiono.
Mucikari FDPS memperdagangkan PSK melalui akun Facebook. Dalam akun tersebut, tersangka mencantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi via WhatsApp. Sementara ZUL menjual PSK yang masih duduk di bangku SMA dengan usia 15-17 tahun melalui forum semxxxx.com dengan akun objek mesum. Kasubdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Suharyanto menyebutkan para tersangka diciduk di lima lokasi berbeda, seperti Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur.
Menurut dia, banyaknya pemanfaatan internet untuk menjajakan PSK disebabkan akses yang cukup luas. Selain itu, sejumlah pelaku juga tidak harus bertatap muka dengan para pelanggannya. ”Mereka merasa aman bertransaksi secara online,” ucapnya. Dia melanjutkan, beberapa wanita yang mengaku model, berparas cantik, dan memiliki tubuh seksi mulai mengirim direct message (DM) ke akun Twitter @jkt7xxxxxx yang dikelola EA.
Para wanitainimemintabantuan EA untuk menawarkan jasa mereka ke pria hidung belang. Sejak banyak wanita model yang minta bantuan, EA mulai menggolongkan jasa seksnya. Golongan itu mulai dari Grade B, Grade A, Premium Grade S+ (model), Reguler Grade B, Medium Grade A, Premium Grade A, Premium Grade A+ (model), Reguler Grade B, dan Medium Grade A+ (model). EA mematok seluruh harga dalam tarif short time rate, yakni satu kali ejakulasi atau maksimal dua jam permainan seks.
Untuk wanita golongan Grade B dihargai Rp2,5-3,5 juta. Di kelas ini wanitanya tak terlalu cantik, tapi memiliki tubuh bagus. Lokasi harus sesuai keinginan pekerja seks. Grade A Rp4-7,5 juta. Di kelas ini, wanitanya punya kualitas sama dengan Grade B, namun lokasi ditentukan oleh pemesan. Kemudian, kelas Reguler Grade B ada dua jenis. Jenis pertama harganya mulai Rp5- 8,5 juta, sedangkan jenis kedua Rp8,5-12,5 juta.
Di kelas ini, wanitanya kebanyakan mahasiswi yang rata-rata berparas cantik. Untuk kelas Medium Grade A+ (model) mulai Rp25 juta dan bisa lebih. Modelnya sebagian besar sudah pernah muncul di televisi atau masuk majalah. Suharyanto menuturkan, EA ini hanya butuh dua tahun sampai akhirnya bisa mengklasifikasikan para pekerja seksnya. Pekerja seks milik EA tak hanya beredar di Jakarta, tetapi juga di Bali, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. ”Dari setiap transaksi, EA mengambil jatah 40% dari harga PSK,” katanya.
Pengamat sosial budaya Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan, sulitnya prostitusi online diberantas disebabkan sifat dari anonimitas pelaku di dunia virtual.
Helmi syarif/ r ratna purnama
(ars)