Poligami Jadi Ajang Memperkuat Kekuasaan

Kamis, 18 Juni 2015 - 09:12 WIB
Poligami Jadi Ajang Memperkuat Kekuasaan
Poligami Jadi Ajang Memperkuat Kekuasaan
A A A
Fon Abumbi II, raja ke-11 Bafut di Kamerun, memiliki 100 istri. Tak semua istrinya tersebut dinikahinya karena keinginan sendiri.

Dalam tradisi lokal, ketika fonatau raja sebelumnya meninggal maka raja baru menikahi seluruh janda peninggalan ayahnya. Itu yang mengakibatkan setiap raja Bafut pasti memiliki banyak istri. Istri bukan hanya pengurus rumah tangga. Istri memiliki pengaruh yang besar karena mereka juga memiliki kekuasaan di wilayah tertentu. Pengaruh tersebut menambah karisma dan kekuatan bagi seorang raja. ”Raturatu memiliki peranan besar dalam memimpin kerajaan,” kata Pangeran Nickson dari Bafut.

Dia mengungkapkan, para ratu tersebut yang menjadi kekuatan utama di belakang raja. Menurut istri ketiga Fon Abumbi II, Ratu Constance, di balik kesuksesan seorang pria terdapat seorang perempuan yang sukses. ”Dalam tradisi kita, ketika kamu menjadi raja, istri tertua tetap memegang tradisi untuk mengajarkan tradisi kepada raja baru,” kata Ratu Constance.

Poligami merupakan hal yang legal di Kamerun. Namun demikian, berdasarkan data, tren poligami menunjukkan penurunan. Pengaruh masuknya ideologi Barat menyebabkan warga Kamerun enggan berpoligami. Selain itu, biaya yang cukup besar untuk berpoligami menjadi banyak pria berpikir berulang kali. ”Selama kolonialisasi, banyak nilai luar yang masuk. Perbedaan nilai tersebut mengalami benturan dengan norma tradisional,” kata Raja Abumbi II selama 47 tahun.

Dia mengklaim berperan dalam mencampurkan nilai modern dan tradisional untuk menghasilkan sesuatu yang baik. ”Buah modernitas dan pembangunan tidak boleh menghancurkan budaya lokal,” imbuhnya. Lembaga kesukuan, kata Raja Abumbi II, merupakan penjamin keberlangsungan budaya, termasuk poligami. ”Tanpa budaya, Anda bukan manusia, melainkan binatang,” tuturnya.

Seperti dilaporkan Soni Methu, pembaca acara Inside Africa, poligami merupakan tradisi yang luhur. Berbeda dengan Kerajaan Inggris, kerajaan di Afrika terikat dengan budaya dan sejarah. ”Praktik untuk menikah seluruh janda ayahnya merupakan kewajiban moral,” tutur Methu. Ratu juga memiliki peran dalam memajukan kerajaan. Para ratu dari Fon Ndofua Zofia dari Babungo, Kamerun, justru mengajak istri muda lain untuk belajar bahasa Inggris dan Prancis. Tidak ada iri atau dengki serta persaingan antara para istri raja.

Mereka justru saling mendukung. Padahal, Fon Zofia III harus mewarisi 72 istri dari ayahnya dan 500 anak. Namun, dia menganggap sebagai raja modern. ”Untuk memimpin kerajaan, Anda harus berpendidikan karena segala sesuatu bergerak sangat cepat. Pendidikan adalah peneran. Kebodohan adalah kegelapan,” kata Fon Zofia. Para istri raja tersebut tinggal istri di istana yang terbuat dari kayu. Raja tradisional Kamerun memiliki kekuasaan yang luar biasa.

Dia dapat menjalin hubungan eksternal dan internal kerajaan. Dia juga dapat membuat undangundang. Semua hukum di kerajaannya dilaksanakan atas namanya. Dia juga menjadi hakim akhir ketika ada rakyatnya mengajukan banding. Hidup dan mati rakyatnya juga ditentukan raja. Selain sebagai raja, Fon Abumbi II juga sebagai pemimpin agama.

Dia kerap melaksanakan upacara untuk memberikan sesajen bagi arwah leluhur seperti Abin e Mfor atau dikenal sebagai tarian fon. Selain itu, ada juga upacara batu dan pemotongan rumput. Dulu upacara tersebut teramat sakral, kini upacara tersebut kerap dijadikan ajang tontonan bagi wisatawan asing.

Arvin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3764 seconds (0.1#10.140)