Rumah Semi-Hutan yang Ngangeni

Minggu, 14 Juni 2015 - 09:26 WIB
Rumah Semi-Hutan yang Ngangeni
Rumah Semi-Hutan yang Ngangeni
A A A
Bercita-cita menghabiskan masa tua di rumah ini membuat Boyke Dian Nugraha ”serius” mengonsep huniannya.

Dari material yang digunakan, desain, hingga isinya menjadi perhatian dokter yang pernah membintangi beberapa film layar lebar itu. Tak heran, Boyke selalu merasa rindu untuk pulang ke rumah.

Rumah bagi seksolog yang dikenal dengan sapaan dr Boyke merupakan ”pelabuhan” terakhir untuk beristirahat.

Maka itu, selain konsep, lokasi rumah juga penting diperhatikan demi terpenuhinya rasa nyaman dan kerasan untuk tinggal lama di sana. ”Saya mau pensiun di sini. Di kawasan sini kan ada beberapa taman yang memang dipelihara. Jadi saya bayangkan, ketika sudah tua bisa jalan-jalan pagi dan menghirup udara segar,” ujar pria kelahiran Bandung, 14 Desember 1956 ini kepada KORAN SINDOdi kediamannya, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Hunian seluas 315 meter persegi yang berada di pusat kota ini mulai dihuni Boyke beserta keluarga sejak 8 Agustus 2004. Awalnya, sambung Boyke, dia ditawari dua lokasi, yaitu Menteng dan Bintaro sektor VII. Lokasi Menteng yang strategis membuat Boyke memilih lahan seluas 270 meter persegi ini untuk dibangun sebuah rumah bagi dia dan keluarga. ”Di sini akses fasilitas umumnya banyak, semua moda transportasi ada. Sekarang-sekarang ini, segala kegiatan Jakarta dilakukan di Jalan Sudirman. Saya cukup jalan kaki lima menit sudah sampai,” tutur pria berkacamata ini.

Boyke mengatakan, ketika membeli rumah ini, bentuk bangunannya sudah ada namun dibongkar dan dibangun kembali. Butuh waktu 1,5 tahun untuk mengonsep dan membangun hunian ini. Sebelum membangun rumah, dia sempat mendatangi belasan real-estate . Dia juga mendatangi seminar dan mengambil brosur yang kemudian menggunting-gunting contoh bangunan serta desain interior sebagai bahan referensi.

Pada prinsipnya, imbuh Boyke, bagi dia rumah harus memenuhi lima kriteria yaitu memenuhi kaidah kesehatan, ada pembeda antara ruang guest, service, dan private, memperhatikan unsur fengsui, green house , serta pembagian kamar. Hal tersebut tecermin jelas dari griya berkonsep mediterania dengan sentuhan interior modern dan konvensional ini.

”Kami mengonsep dan membangun rumah ini benar-benar dari nol dan berdasarkan kesepakatan kami sehingga menjadi rumah yang betul-betul ngangeni bagi kami,” tutur Boyke. Guna memenuhi standar kesehatan, Boyke membuat jendela serta plafon yang tinggi agar cahaya matahari dan sirkulasi udara bisa masuk dengan baik. Bangunan berlantai dua ini menjadikan lantai bawah sebagai guest dan service area , sementara private area berada di bagian atas.

Sesuai kaidah fengsui, Boyke mendirikan rumah lebih tinggi dari jalan dan arah tempat tidur mengikuti jiwa penghuninya supaya betah di rumah. Ruang makan juga dibangun lebih tinggi dari ruang tamu sebagai bentuk syukur atas rezeki yang diterima. Untuk memasang sebuah lukisan, Boyke juga memperhatikan makna lukisan dengan ruangan yang akan dipasangi lukisan tersebut. Seperti di ruang makan terdapat lukisan orang memanen, memasak, dan membagi-bagikan sesuatu.

”Artinya, ruang makan adalah tempat kita menikmati hasil kerja bersama keluarga, tapi sebagian disisihkan untuk orang lain,” ucap dokter yang pernah membintangi film Drop Out (2008) itu. Green living yang diusung Boyke menjadikan rumahnya bak berada di dalam hutan. Dari luar pagar, tampak kerimbunan pepohonan besar yang menyejukkan mata. Jalan setapak berkontur menanjak menuju pintu utama diapit berbagai tanaman di sisi kiri dan kanan. Sementara, di sisi kanan jalan setapak terdapat jalan menurun ke basement sebagai tempat parkir mobil.

”Saya ingin rumah ini menjadi green house dan pohonnya sedang berbuah semua seperti pohon srikaya, sukun, mangga, sirsak, kelengkeng, dan pohon produktif lain. Pokoknya dikelilingi pohon yang menghasilkan,” ujar dia. Ruang tamu Boyke bernuansa merah, tecermin dari bantalan kursi dan sofanya. Terdapat lukisan tiga macan juga di sana. ”Anak saya ada tiga. Macan ini maksudnya manusia canggih. Jadi, mereka diharapkan dapat menjadi manusia yang canggih serta bisa bermanfaat bagi sesama, mandiri, dan selalu bersama,” kata Boyke.

Di lantai satu rumah ini terdapat ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, musala, dapur, ruang santai, dan gazebo. Dari ruang santai terdapat jembatan menuju gazebo. Gazebo tersebut dikelilingi kolam ikan koi. Taman berisi aneka pohon besar, kicauan burung beo, dan suara gemericik air di sekitar gazebo menciptakan relaksasi tersendiri bagi Boyke.

”Meski tinggal di pusat kota, saya tetap ingin mendengar suara burung dan gemericik air. Hal itu membuat saya bersemangat dan menjadikan rumah ini selalu ada kehidupan,” ujarnya. Ruang santai Boyke memiliki sentuhan tradisional dengan gebyok yang dibelinya di Kudus, Jawa Tengah. Dia mengaku, sering lupa waktu jika sudah berada di sudut favorit tersebut. Olahraga ringan di pagi hari, menikmati singkong rebus, dan memberi makan ikan merupakan kegiatan yang biasa Boyke lakukan di ruangan ini.

”Seperti berlibur terus dan saya kalau tidak perlu-perlu banget , malas keluar rumah,” kata kakek satu cucu ini. Di lantai atas selain kamar para penghuni rumah, terdapat pula ruang home theatre dan ruang keluarga. Secara keseluruhan interior hunian Boyke berlantaikan marmer dan polesan cat broken white di setiap dinding rumah. Hampir 10 tahun menempati rumah ini, Boyke mengaku belum pernah melakukan renovasi.

”Material yang kami gunakan merupakan material berkualitas seperti marmer dan kayu jati,” pungkas pria yang hobi membaca ini.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6375 seconds (0.1#10.140)