Wabah MERS Kacaukan Korsel

Kamis, 11 Juni 2015 - 09:16 WIB
Wabah MERS Kacaukan Korsel
Wabah MERS Kacaukan Korsel
A A A
SEOUL - Wabah Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan warga Korea Selatan (Korsel). Virus ini memicu ketakutan luar biasa.

Akibatnya, aktivitas warga sangat terganggu. Hal ini bisa dilihat dari berbagai sektor kehidupan warga. Misalnya, aktivitas jual-beli dalam negeri Korsel mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data yang dikeluarkan otoritas terkait Korsel, penjualan di berbagai pusat perbelanjaan anjlok sekitar 25% dalam dua pekan terakhir pada Mei.

Sementara, penjualan di pertokoan yang menawarkan berbagai diskon juga menurun 7,2%. Masyarakat Korsel lebih memilih membentengi diri di rumah dengan melakukan transaksi lewat dunia maya. Hal ini bisa dilihat dari transaksi jualbeli dalam jaringan (online) yang meningkat sebesar 3,2%. Perubahan ini sangat besar karena terjadi dalam kurun waktu yang relatif singkat.

Tidak hanya di pusat perbelanjaan, penjualan tiket bioskop juga turun signifikan, mencapai 54,9% pada pekan pertama bulan ini. Penurunan pengunjung juga terjadi di taman hiburan sekitar 60,4% dan lapangan baseball sekitar 38,7%. Tak terkecuali museum dan pusat pameran seni yang semakin sepi. Di dua lokasi itu jumlah pengunjung turun 81,5% dan 48,3%.

”Masyarakat tidak seharusnya terlalu cemas. Kita sebaiknya melakukan aktivitas seperti biasa,” tutur Menteri Keuangan (Menku) Korsel Choi Kyung-hwan, dikutip Reuters. Tim misi gabungan antara Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Korsel merekomendasikan pemerintah untuk mengaktifkan kembali seluruh sekolah yang diliburkan.

Sebab, virus MERS diperkirakan tidak akan mewabah hingga keluar rumah sakit yang menangani pasien MERS. ”Sekolah tidak ada kaitannya dengan transmisi virus MERS di Korsel atau tempat lain,” bunyi pernyataan tim gabungan. Masukan itu muncul setelah pihak sekolah mengumumkan akan memberhentikan sementara kegiatan belajar-mengajar sampai Jumat (12) dan kemungkinan bisa lebih panjang lagi.

Sementara, Presiden Korsel Park Geun-hye menunda agenda kunjungannya ke Amerika Serikat (AS) karena harus memantau perkembangan wabah MERS di negaranya. Situasi di Korsel kian memburuk. Hari demi hari korban meninggal dan pasien baru terus berjatuhan.

Teranyar, dua pasien tewas hingga membuat total korban tewas akibat MERS mencapai sembilan orang sedangkan total korban yang terinfeksi menjadi 108 orang dari sehari sebelumnya 95 orang. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Korsel, dua korban meninggal memiliki penyakit serius lain yakni kanker.

Beberapa korban tewas sebelumnya juga mengidap penyakit yang cukup berat seperti gangguan ginjal. Namun, kondisi mereka semakin memburuk setelah terserang MERS yang memiliki peluang rasio kematian sekitar 40%. Kemenkes Korsel menambahkan, sejauh ini tidak ada pasien baru yang mengidap MERS di luar rumah sakit.

Pasien ratarata keluarga yang menjenguk, staf rumah sakit, atau orang yang melakukan kontak jarak dekat dengan pasien. Bertambahnya pasien MERS di rumah sakit menjadi pertanyaan soal standar keamanan dan pencegahan MERS. Sejauh ini, vaksin MERS juga belum ditemukan.

Virus MERS pertama kali menular di Korsel ketika seorang warga Korsel yang diduga terjangkit MERS pulang dari Arab Saudi pada awal Mei. Istri pasien yang sering menjenguk akhirnya menjadi pasien kedua. Jumlah pasien MERS terus meningkat setiap hari dan angkanya berkali lipat.

Para ahli kesehatan mengemukakan, penularan bisa terjadi jika ada kontak dengan pasien MERS. Sistem transmisi MERS lebih lambat ketimbang ebola. Meski demikian, masyarakat Korsel terus waspada. Mereka memakai masker dan memenuhi imbauan para ahli. Begitupun dengan warga asing yang berada di Korsel.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korsel bahkan melakukan briefing dengan para diplomat untuk membahas perkara ini menyusul anjloknya reputasi pariwisata Korsel. Cathay Pacific Airways Ltd mengalami penurunan jumlah pelanggan dari Hong Kong menuju Korsel.

Ketua Eksekutif Cathay Ivan Chu mengatakan, penurunan penumpang dari Hong Kong ke Korsel cukup signifikan sejak awal bulan ini. Namun, Ivan yakin kondisi ini segera pulih. ”Jika MERS dilokalisasi secara baik dan pemerintah dapat mengatasinya dengan efektif, saya yakin dampak dari MERS akan terbatas dan ada dalam ruang lingkup yang sempit,” kata Chu dalam surat elektronik kepada Reuters.

Sebelumnya Hong Kong menyalakan alarm siaga kepada masyarakat yang tidak memiliki kepentingan mendesak di Korsel. Mereka meminta masyarakat lebih baik tinggal di Hong Kong. Menurut Chu, sejak saat itu banyak warga Hong Kong yang mengalihkan destinasi wisata ke Jepang atau Thailand. WHO menyatakan, jumlah kasus MERS di dunia saat ini mencapai 1.257 kasus, termasuk kasus-kasus baru di Korsel.

Sedikitnya 448 pasien tewas dari total pasien tersebut. Berdasarkan Pusat Eropa untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Korsel menjadi negara kedua tertinggi yang mengalami wabah MERS setelah Arab Saudi.

Muh shamil
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5340 seconds (0.1#10.140)