Jenazah ABK Perbudakan Dipulangkan

Senin, 08 Juni 2015 - 10:46 WIB
Jenazah ABK Perbudakan Dipulangkan
Jenazah ABK Perbudakan Dipulangkan
A A A
SLAWI - Lima jenazah anak buah kapal (ABK) yang diduga korban perbudakan di kapal Taiwan akhirnya dipulangkan dari Senegal ke Indonesia. Salah satunya, Rasjo Lamtoro, 33, tiba di rumahnya di Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, kemarin sekitar pukul 06.15 WIB.

Jenazah diantar staf Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan perusahaan penyalur. Jasad Rasjo dibungkus peti kayu dan dibawa dengan mobil ambulans. Setiba dirumah duka, jenazah pria lajang itu disambut isak tangis ibu serta sejumlah saudara dan kerabat yang sudah menunggu sejak malam hari.

Setelah diserah terimakan, keluarga sempat meminta peti mati dibuka untuk melihat Rasjo terakhir kali. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal Algunto mengatakan, jenazah Rasjo bersama empat ABK lainnya dipulangkan ke Indonesia menggunakan pesawat dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (6/6) malam pukul 23.00 WIB.

”Setelah proses serah terima, jenazah selanjutnya dibawa pulang ke Tegal sekitar pukul 00.30 WIB,” katanya kemarin. Menurut Algunto, setelah jenazah dipulangkan, perusahaan penyalur dan pemilik kapal akan segera memenuhi hakhak Rasjo sebagai ABK seperti asuransi kematian dan lainnya. ”Kalau gaji sudah dibayarkan seluruhnya,” ujar dia.

Staf Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia Kemenlu Sukarna mengatakan, jenazah para ABK awalnya akan dipulangkan pada Minggu (31/5). Karena sejumlah dokumen yang diperlukan belum lengkap, pemulangan jenazah pun akhirnya tertunda-tunda. ”Setelah dilengkapi, baru bisa dipulangkan untuk dimakamkan di tempat tinggalnya hari ini (kemarin),” ujar Sukarna.

Sukarna memastikan hak para ABK akan segera diserahkan ke keluarganya masing-masing. Kemenlu bersama BNP2TKI juga akan memfasilitasi pengurusan hak-hak tersebut. ”Dari perusahaan penyalur dan pemilik kapal kooperatif jadi pasti dibayarkan,” ungkapnya.

Disinggung kronologis dan penyebab pasti kematian para ABK, Sukarna mengaku tidak berwenang menjelaskan lebih lanjut. Dia hanya menyebut para ABK meninggal karena sakit. Sementara itu, salah satu kakak Rasjo, Darham, menyatakan keluarga sudah mengikhlaskan kematian Rasjo dan tidak memiliki tuntutan apa-apa. ”Penyebab kematian yang diberitahukan kepada kami karena sakit,” ujarnya kemarin.

Lima ABK tewas itu diduga menjadi korban perbudakan di kapal kargo asal Taiwan. Dua di antaranya berasal dari Kabupaten Tegal dan Brebes yakni Rasjo, 33, dan Sardi, 25, warga Desa Jatirokeh, KecamatanSonggom, Brebes. Tiga lainnya adalah Roko Bayu Anggoro, 22, asal Yogyakarta, Ruhijatna Noviansyah asal Subang, dan Heri Edmon Lusikooy asal Surabaya.

Lima ABK itu didapati meninggal di kapal saat berlayar di perairan wilayah Afrika. Jenazahnya selanjutnya dibawa ke rumah sakit di Dakar, Senegal, untuk diautopsi. Hasilnya, korban meninggal karena malnutrisi atau kekurangan gizi. Kabar meninggalnya lima ABK itu sendiri baru sampai ke keluarga pada 17 Mei lalu. Artinya, jenazah sudah 20 hari terkatung- katung di Senegal.

Adik Rasjo, Daryuni, 32, mengatakan, terakhir kali keluarga berkomunikasi dengan Rasjo pada Maret 2014, melalui sambungan telepon. Setelah itu, keluarga tak pernah lagi bisa berkomunikasi dengan anak kelima dari enam bersaudara itu. ”Katanya makannya kurang karena tidak pernah makan nasi. Makannya ikan terus setiap hari,” kata Daryuni.

Selain tidak mendapat makanan layak, Rasjo bersama ABK lain juga dipaksa bekerja terus-menerus dan hanya diberi waktu istirahat selama dua jam setiap hari. ”Tenaga diperas, dipukuli juga oleh bosnya,” ungkap Daryuni.

Sementara dari Gunungkidul, Yogyakarta, isak tangis keluarga korban tak dibendung saat jenazah Roko tiba kemarin pagi. Pihak keluarga juga mempertanyakan pertanggungjawaban PJTKI yang menyalurkan anak pertama pasangan Gunawan Edy Mulyono- Tatik itu.

Menurut sang ibu, kematian Roko memang takdir. Namun, dia butuh kejelasan, termasuk kronologis kematiannya. ”Kami harap kejadian ini tidak terulang lagi, pemerintah juga memverifikasi PJTKI sehingga ada jaminan jelas,” imbuhnya.

Jenazah Roko sempat disalatkan warga sekitar sebelum dimakamkan pada pukul 11.00 WIB. Bupati Gunungkidul Badingah juga hadir menyambut kedatangan jenazah yang dikawal Kepala BP3TKI DIY Suparjo.

Farid firdaus/ Suharjono
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5645 seconds (0.1#10.140)