Ini Sebab Radikalisme di Kalangan Menegah
A
A
A
JAKARTA - Gerakan radikalisme yang saat ini disinyalir menyerang kalangan menengah dipicu banyak sebab. Salah satunya, karena carut-marut sosial yang sifatnya multidimensi.
Misalnya saja yang bersifat ekonomi dan menjurus pada tingkat kesejahteraan.
"Di kalangan menengah, gerakan radikalisme ini menyerang karena kemiskinan jiwa. Hal itu disebabkan karena pembangunan hanya disasar pada material, sedangkan aspek kejiwaannya kurang," kata Ketua Pelaksana Harian Pusat Studi Pancasila Universitas Pancasila (PSP UP) Yudi Latif usai acara Simposium & Workshop Keteladanan Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa di Dalam Perubahan Masyarakat di Aula Fakultas Hukum UP, Jakarta, Kamis (4/6/2015).
Diakui dia, adanya kantung kemiskinan menjadi basis rekruitmen bagi teroris. Namun, kata dia, bukan berarti kalangan ini seluruhnya menjadi teroris.
"Kalangan ini hanya menjadi basis (rekrutmen) yang bagus bagi produksi terorisme," tegasnya.
Namun, dalam kasus gerakan radikal di kelas menengah bertaut dengan ketidakpastian hidup yang sifatnya ekonomi. Menyempitnya ketersediaan lapangan kerja serta tidak ada kepastian masa depan membuat mereka mencari jalan untuk mendapat kepastian hidup selain di dunia.
"Karena tidak melihat harapan di dunia maka mereka mencari jalan," ujarnya.
Rektor UP, Wahono Sumaryono memastikan di kampusnya tidak ada gerakan radikalisme di kalangan mahasiswa. Karena para mahasiswa selalu diajak berpikiran terbuka.
Bahkan dalam tiap unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada di kampus selalu diberi ruang untuk beraktifitas. Pihak kampus juga melakukan pemantauan terhadap UKM yang ada.
"Sehingga timbul solidaritas sosial dalam kampus sehingga benih radikalisme bisa ditangkal," katanya.
Misalnya saja yang bersifat ekonomi dan menjurus pada tingkat kesejahteraan.
"Di kalangan menengah, gerakan radikalisme ini menyerang karena kemiskinan jiwa. Hal itu disebabkan karena pembangunan hanya disasar pada material, sedangkan aspek kejiwaannya kurang," kata Ketua Pelaksana Harian Pusat Studi Pancasila Universitas Pancasila (PSP UP) Yudi Latif usai acara Simposium & Workshop Keteladanan Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa di Dalam Perubahan Masyarakat di Aula Fakultas Hukum UP, Jakarta, Kamis (4/6/2015).
Diakui dia, adanya kantung kemiskinan menjadi basis rekruitmen bagi teroris. Namun, kata dia, bukan berarti kalangan ini seluruhnya menjadi teroris.
"Kalangan ini hanya menjadi basis (rekrutmen) yang bagus bagi produksi terorisme," tegasnya.
Namun, dalam kasus gerakan radikal di kelas menengah bertaut dengan ketidakpastian hidup yang sifatnya ekonomi. Menyempitnya ketersediaan lapangan kerja serta tidak ada kepastian masa depan membuat mereka mencari jalan untuk mendapat kepastian hidup selain di dunia.
"Karena tidak melihat harapan di dunia maka mereka mencari jalan," ujarnya.
Rektor UP, Wahono Sumaryono memastikan di kampusnya tidak ada gerakan radikalisme di kalangan mahasiswa. Karena para mahasiswa selalu diajak berpikiran terbuka.
Bahkan dalam tiap unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada di kampus selalu diberi ruang untuk beraktifitas. Pihak kampus juga melakukan pemantauan terhadap UKM yang ada.
"Sehingga timbul solidaritas sosial dalam kampus sehingga benih radikalisme bisa ditangkal," katanya.
(mhd)