Sakit Hati, Kekasih Bunuh Mahasiswi

Kamis, 04 Juni 2015 - 10:04 WIB
Sakit Hati, Kekasih Bunuh Mahasiswi
Sakit Hati, Kekasih Bunuh Mahasiswi
A A A
BEKASI - Sakit hati memang dapat membuat orang gelap mata. Orang terdekat pun bisa dihabisi. Seperti yang terjadi di Bekasi, seorang mahasiswi dibunuh oleh kekasihnya.

Monica, 19, mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, ditemukan tewas mengenaskan di kamar kosnya yang berada di Jalan Agus Salim RT 2/4, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, kemarin. ”Korban dibekap pakai boneka panda besar warna pink selama 20 menit, lalu korban sulit bernafas hingga akhirnya meninggal,” kata Kapolresta Bekasi Kota Kombes Pol Daniel Bolly Hyronimus Tifaona.

Usai membunuh perempuan asal Demak, Jawa Tengah, itu sekitar pukul 06.00 WIB, kekasihnya yang bernama Arifin bin Erwan, 23, meninggalkan jasad korban. Pembunuhan itu dipicu korban yang sering menyuruh dan marah-marah serta suka berfoya-foya dengan menghabiskan uang pelaku tanpa kepentingan yang jelas. Kemudian, karyawan swasta ini berangkat kerja sekitar pukul 07.00 WIB.

Lalu, pelaku pulang pada pukul 20.00 WIB dan mendapati jasad masih seperti semula yaitu tengkurap. Pelaku membalikkan jasad korban menjadi telentang. Setelah itu dia keluar lagi. ”Tindakan tersebut untuk menghilangkan jejak seolah-olah tersangka yang menemukan jasad pacarnya,” ujarnya. Pelaku bahkan pura-pura mengetuk pintu, mendobrak, kemudian meminta seorang warga menyaksikan.

Tak cukup di situ, pelaku juga yang melaporkan temuan mayat pacarnya ke petugas kepolisian. Namun, setelah diselidiki, polisi mencurigai alibi pelaku karena kesaksian pelaku dan warga berbeda. ”Pelaku mengakui perbuatannya dan sering datang menginap di kosan itu. Motifnya sakit hati karena sikap korban kepada pelaku,” kata Daniel. Pelaku sudah menjalin hubungan asmara dengan korban sejak 2014.

Tersangka Arifin enggan memberikan keterangan kepada wartawan. Dia terlihat menyesali perbuatannya. Tersangka terus merangkul penyidik karena ketakutan seusai membunuh kekasihnya sendiri. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, tersangka dijerat Pasal 338 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara.

Barang bukti yang diamankan antara lain boneka panda besar warna merah muda, telepon seluler, baju tidur, kasus berikut seprei. Psikolog Universitas Indonesia (UI) Enoch Markum menilai di antara pasangan yang diduga kumpul kebo itu terdapat ikatan emosional yang cukup dalam sehingga ketika salah satunya merasa sudah berkorban banyak, namun tidak mendapat perlakuan setimpal maka bisa memicu tindakan agresif.

”Bisa saja pelakunya telah memberikan segalanya untuk pasangannya itu, tapi dia tidak mendapat perlakuan yang setimpal dengan pengorbanan yang diberikan,” ungkap dia. Kuatnya ikatan emosional keduanya membuat pasangan itu rela berbuat apa saja demi pasangannya. Dengan memutuskan sebagai pasangan yang tinggal satu atap tanpa ikatan pernikahan sudah menandakan ada pengorbanan besar.

Keduanya rela mengabaikan norma dan lingkungan hanya karena ingin tinggal satu atap. Menurut Enoch, tidak semua orang yang sakit hati bisa berbuat nekat dengan menghabisi nyawa orang lain. Ada juga orang-orang yang mampu mengontrol emosinya sehingga tidak berbuat nekat. Dia menduga ada rasa cemburu dari salah satu pihak sehingga terjadi pembunuhan. ”Pelaku merasa sudah berkorban banyak, namun mungkin korban ada hubungan lain,” ucapnya.

Abdullah m surjaya/ r ratna purnama
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5979 seconds (0.1#10.140)