PM Irak Keluhkan Koalisi AS
A
A
A
BAGHDAD - Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menuding pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) tidak melakukan upaya yang cukup untuk mengalahkan gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dia juga menyaksikan sedikit bukti adanya dukungan dunia terhadap Irak di lapangan. Abadi mengatakan bahwa koalisi gagal menghentikan gerak maju ISIS di Irak dan Suriah, meskipun telah dilakukan sejumlah serangan udara dan penempatan pelatih militer Barat. Gelombang gerilyawan asing yang bergabung dalam ISIS terus meningkat.
”Masuknya gerilyawan asing juga menjadi permasalahan internasional,” ungkap Abadi dikutip AFP. Dia menambahkan, enam dari 10 gerilyawan ISIS di Irak adalah orang asing. Abadi mengungkapkan, komunitas internasional harus menjelaskan kenapa banyak teroris dari Arab Saudi, Teluk, Mesir, Suriah, Turki dan negara Eropa lainnya. ”Banyak perundingan dan konferensi untuk Irak, tetapi minim bantuan di lapangan,” ungkapnya.
Irak semakin bergantung pada para sukarelawan Syiah untuk menghadapi ISIS, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap memburuknya ketegangan sektarian. Peran baru milisi Syiah, yang sebagian besar didukung Iran, di wilayah Sunni dipandang menimbulkan keadaan yang ”sangat rapuh”.
Abadi mengklaim pasukannya berhasil mendapatkan kemajuan dalam pertempuran melawan ISIS. Namun, dia masih membutuhkan dukungan komunitas internasional. ”Permasalahan bukan berada di Irak. ISIS tidak didirikan di Irak,” katanya. Irak ke depannya, kata Abadi, membutuhkan laporan intelijen dan senjata, termasuk senjata antitank. Dia mengklaim Baghdad hanya mendapatkan bantuan amunisi dalam jumlah yang sedikit.
”Pemerintah Irak sangat membutuhkan lebih banyak senjata,” katanya. Dia menambahkan, serangan udara memang dibutuhkan Irak, tetapi itu saja tidak cukup. Kritik Abadi itu mencuat setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bunuh diri terhadap pangkalan polisi Irak di Baghdad utara pada Senin (1/6) yang menewaskan sedikitnya 37 orang.
Kemarahan tersebut juga diungkapkan sebelum koalisi pimpinan AS perang melawan ISIS dijadwalkan bertemu di Paris, Prancis untuk mengkaji strategi mereka pekan ini. AS dan koalisi ingin menekan Abadi agar memperbaiki hubungan dengan minoritas Sunni di Irak. Namun, Abadi yakin dia mampu membujuk beberapa suku Sunni untuk berjuang melawan ISIS.
Andika hendra m
Dia juga menyaksikan sedikit bukti adanya dukungan dunia terhadap Irak di lapangan. Abadi mengatakan bahwa koalisi gagal menghentikan gerak maju ISIS di Irak dan Suriah, meskipun telah dilakukan sejumlah serangan udara dan penempatan pelatih militer Barat. Gelombang gerilyawan asing yang bergabung dalam ISIS terus meningkat.
”Masuknya gerilyawan asing juga menjadi permasalahan internasional,” ungkap Abadi dikutip AFP. Dia menambahkan, enam dari 10 gerilyawan ISIS di Irak adalah orang asing. Abadi mengungkapkan, komunitas internasional harus menjelaskan kenapa banyak teroris dari Arab Saudi, Teluk, Mesir, Suriah, Turki dan negara Eropa lainnya. ”Banyak perundingan dan konferensi untuk Irak, tetapi minim bantuan di lapangan,” ungkapnya.
Irak semakin bergantung pada para sukarelawan Syiah untuk menghadapi ISIS, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap memburuknya ketegangan sektarian. Peran baru milisi Syiah, yang sebagian besar didukung Iran, di wilayah Sunni dipandang menimbulkan keadaan yang ”sangat rapuh”.
Abadi mengklaim pasukannya berhasil mendapatkan kemajuan dalam pertempuran melawan ISIS. Namun, dia masih membutuhkan dukungan komunitas internasional. ”Permasalahan bukan berada di Irak. ISIS tidak didirikan di Irak,” katanya. Irak ke depannya, kata Abadi, membutuhkan laporan intelijen dan senjata, termasuk senjata antitank. Dia mengklaim Baghdad hanya mendapatkan bantuan amunisi dalam jumlah yang sedikit.
”Pemerintah Irak sangat membutuhkan lebih banyak senjata,” katanya. Dia menambahkan, serangan udara memang dibutuhkan Irak, tetapi itu saja tidak cukup. Kritik Abadi itu mencuat setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bunuh diri terhadap pangkalan polisi Irak di Baghdad utara pada Senin (1/6) yang menewaskan sedikitnya 37 orang.
Kemarahan tersebut juga diungkapkan sebelum koalisi pimpinan AS perang melawan ISIS dijadwalkan bertemu di Paris, Prancis untuk mengkaji strategi mereka pekan ini. AS dan koalisi ingin menekan Abadi agar memperbaiki hubungan dengan minoritas Sunni di Irak. Namun, Abadi yakin dia mampu membujuk beberapa suku Sunni untuk berjuang melawan ISIS.
Andika hendra m
(bbg)