Daya Tahan Nasionalisme

Senin, 01 Juni 2015 - 11:47 WIB
Daya Tahan Nasionalisme
Daya Tahan Nasionalisme
A A A
DIAN MARDIAH
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi,
Universitas Multimedia Nusantara

Semangat nasionalisme harus terpelihara sepanjang hayat. Bukan semata-mata muncul saat prosesi seremonial peringatan momentum sejarah kebangkitan nasional.

Realitasnya, rasa persatuan dan kesatuan di masyarakat semakin lama semakin memudar. Seharusnya, semangat nasionalisme memiliki daya tahan dalam menghadapi beragam tantangan zaman. Kemunculan semangat nasionalisme menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan. Motor penggeraknya, tentu saja kaum muda Indonesia yang ingin melakukan perubahan.

Gerakan para pemuda saat itu, membantu Indonesia berjuang mendapatkan kemerdekaan yang hilang karena praktik penjajahan selama 350 tahun oleh kolonial Belanda. Perubahan yang dilakukan para pemuda Indonesia inilah, yang mendorong banyak komponen bangsa yang lain bangkit melawan dan berjuang demi eksistensi bangsa dan negara berdaulat. Momentum inilah yang selalu kita kenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Kebangkitan yang ditandai dua peristiwa penting yakni berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, dan peristiwa sumpah pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Kebangkitan nasional terlahir bukan karena adanya para pemuda yang cerdas saja, tetapi karena mereka peduli dengan nasib bangsa. Mereka sangat paham bahwa kekuatan tercipta saat kita bersatu.

Indonesia tak akan pernah merdeka jika perlawanan yang dilakukan bersifat individual dan menonjolkan ego kedaerahan. Cara berpikir dan bertindak mendahulukan hanya diri, kelompok, dan semangat kedaerahan membawa pengaruh buruk di masyarakat. Pemuda hari ini jangan lupakan sejarah! Simpul kekuatan bangsa hanya ada dalam kebersamaan.

Sayangnya, beragam dinamika kehidupan kontemporer telah me-ninabobokan semangat nasionalisme kaum muda. Sebagian kaum muda kita abai dengan kebersamaan. Hal ini terlihat dari tingkat tawuran pelajar Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya. Menurut data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tercatat ada 255 kasus tawuran pelajar selama tahun 2013.

Jumlah ini meningkat sekitar 44% dibanding tahun lalu yang hanya 147 kasus. Salah satu alasan terjadinya tawuran yaitu adanya proses internalisasi diri yang salah sehingga memunculkan sebuah konflik. Seharusnya ada proses internalisasi semangat nasionalisme dalam diri generasi muda hari ini.

Berjuang bukan dengan mengangkat senjata, melainkan menjaga kebersamaan dan tumbuh kembang menjadi warga negara yang peduli satu sama lainnya. Munculnya konflik di banyak daerah yang diakibatkan unsur suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) menjadi contoh lain yang menciderai semangat nasionalisme kita.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional seharusnya dapat membantu kita terutama generasi muda untuk mengenang kembali perjuangan bangsa di zaman dulu. Tak mungkin ada Indonesia tanpa semangat persatuan dan kesatuan. Saatnya kaum muda memelihara daya tahan semangat nasionalisme. Peran kaum muda harus senantiasa mewarnai perjalanan bangsa ini.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9775 seconds (0.1#10.140)