MPR Modernkan Sosialisasi Empat Pilar

Senin, 01 Juni 2015 - 11:24 WIB
MPR Modernkan Sosialisasi Empat Pilar
MPR Modernkan Sosialisasi Empat Pilar
A A A
JAMBI - MPR bertugas melakukan sosialisasi nilai-nilai empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lantaran zaman telah berkembang, MPR juga akan memodernisasi cara sosialisasi empat pilar kepada kaum muda. Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan, perlu adanya perubahan metode dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan. Menurutnya, pola yang dilakukan selama ini dalam menyampaikan dasar-dasar negara tersebut terkesan konvensional dan membosankan sehingga selalu menjadi objek yang tidak menarik dipelajari terutama di kalangan anak muda.

”Jadi kita harus membuat sesuatu yang sesuai dengan zamannya. Sosialisasi sistem belajar mengajar teta pada. Tapiituke depan akan ditingkatkan menjadi TOT atau training of trainer ,” kata Zulkifli seusai sosialisasi empat pilar bersama dengan pelajar Muhammadiyah di Jambi kemarin.

Oleh karena itu, lanjut Zulkifli, pihaknya akanbekerjasama dengan Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) untuk membantu MPR mendidik tenaga- tenaga yang kompeten untuk sosialisasi empat pilar kebangsaan. Selain itu juga melakukan pelatihan kepada tokoh-tokoh bangsa dari berbagai unsur seperti TNI, Polri, dosen, bupati.

Dia menambahkan, MPR juga meminta kepada pemerintah agar MPR diberikan suatu lembaga khusus yang akan melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan ini seperti halnya Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (BP7). Sebuah lembaga negara yang tugasnya menjaga Ideologi Pancasila.

Namun pada tahun 1998 BP7 dibubarkan dengan TAP MPR No XVIII/MPR/1998 sehingga hal itu membuat metode sosialisasi secara persuasif dilarang. ”Saya lagi usul dengan Presiden untuk ada lembaga sendiri,” ujar Ketua Umum DPP PAN itu. Namun Zulkifli menegaskan, penyampaian pesan dan nilai dari empat pilar pun harus dengan cara yang mudah dan ringan. Kesannya tidak seperti menggurui, namun dapat dimengerti.

Metode tersebut dinamakan ”Ini Baru Indonesia” yang akan pada 1 Juni, bersamaan dengan peringatan hari kelahiran Pancasila di Blitar. ”Misalnya gotong-royong ‘Ini Baru Indonesia’. Tapi yang berkelahi, lempar-lempar kursi itu bukan Indonesia,” tegasnya. Sementara itu Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni mengatakan, tantangan Muhammadiyah ke depannya akan berat.

Loyalitas peran dan darma bakti akan diukur sejauh mana anggota berkontribusi dalam perserikatan Muhammadiyah ini. Muhammadiyah merupakan organisasi, maka penting adanya tata kelola yang baik. ”Yang terpenting bagaimana memandang empat pilar dengan baik. Maka semua akan mudah,” kata Syafiq dalam kesempatan sama.

Kiswondari
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5924 seconds (0.1#10.140)