Tim Pilkada Jadi Tantangan Islah Golkar
A
A
A
JAKARTA - Pembentukan tim penjaringan pilkada menjadi tantangan bagi dua kubu Partai Golkar setelah mencapai kesepakatan damai. Jika salah satu kubu ada yang merasa tidak diakomodasi, islah bisa terancam gagal.
”Tim ini lebih berat bos. Tim ini perlu orang yang punya ketegasan, kearifan, punya integritas sehingga bisa memberikan suatu suasana bahwa tim ini objektif bahwa tim ini untuk kepentingan Golkar. Karena, ini merujuk ke kepentingan siapa yang tanda tangan surat,” kata Wakil Ketua Umum DPP Golkar kubu Ancol Yoris Raweyai saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin malam.
Yoris menjelaskan, kesepakatan islah memang sudah selesai, tapi memilih lima orang dari sekian elite Partai Golkar juga tidak mudah. Lantas, setelah tim itu terbentuk, perlu juga dibuat struktur dan struktur apa yang akan dibentuk dalam tempo satu bulan lebih bekerja.
”Petunjuk pelaksana (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) bagaimana? Ini yang nanti mau dibahas. Tinggal bagaimana kemauan kita dari kita untuk mencapai tujuan kolektif,” jelas Yoris. Bahkan Yoris mengaku dirinya enggan menjadi satu dari lima orang perwakilan tim itu.
Menurutnya tugas tim ini terlalu berat sehingga diperlukan orang yang punya visi dan jiwa kenegarawanan bahwa ini untuk kepentingan partai, bangsa, dan negara. Karena tugas tim ini melawan batin, ini melawan diri sendiri karena Golkar ibarat keluarga. ”Jujur saya tak mau, tapi kalau ini amanah untuk partai, maka harus kita lakukan, lebih bagus kita akui ini tugas tidak ringan,” ujarnya.
Menurut Yoris, langkah pertama perlu dibangun kesamaan persepsi. Sepuluh orang dalam tim ini belum membangun persepsi, sementara belum diketahui sepuluh orang ini siapa-siapa saja. Karena itu tim ini harus duduk bersama-sama membangun persepsi. Ketua DPP Partai Golkar Munas Bali Tantowi Yahya mengakui bahwa pembentukan Tim Penjaringan Pilkada menjadi tantangan islah.
Menurut dia, untuk memilih lima orang bukan merupakan tugas yang mudah. Tim ini akan bekerja untuk memastikan bahwa calon yang akan diajukan adalah calon bersama yang dipilih berdasarkan kriteria yang disepakati dan juga merujuk kepada hasil lembaga survei terkait elektabilitas.
”Tapi bisa saja nanti beberapa di antaranya orang yang sama,” jelas Wakil Ketua Komisi I itu. Menurut Tantowi, kriteria yang diperlukan untuk tim ini adalah orang-orang yang menyayangi Partai Golkar dan tidak ingin Partai Golkar ini hancur. Karena, kalau hanya mencari orang yang pintar, di Partai Golkar banyak orang pintar.
Adapun kemungkinan masuknya orang yang pernah jadi juru runding beberapa waktu lalu, dia enggan menjawabnya. Partai Golkar hasil Munas Bali sendiri belum menentukan siapa yang akan diajukan sebagai tim perwakilan. Tim itu masih sedang disusun Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Idrus Marham.
”Dalam minggu depan seharusnya sudah terbentuk karena sudah harus bekerja,” ujar Tantowi. Sebelumnya Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menjelaskan, bila sampai waktu yang ditentukan belum ada keputusan inkracht terkait Golkar, akan ada perundingan kembali siapa yang akan menandatangani dan memberikan pengesahan. ”Apakah pengurus gabungan bagaimanapun bentuknya kita usahakan.
Karena Golkar tidak pernah kosong pengurusnya yang diakui pemerintah. Ada dua pandangan di sini, pertama yang diakui pemerintah, kedua yang diakui pengadilan. Pengadilan mengatakan Riau. Saya yakin ada kesesuaianyangakandatang,” ujarJK di kediamannya. JK menilai penandatanganan islah khusus ini merupakan tahap awal dari proses selanjutnya dalam mencapai islah umum.
Dengan demikian, kedua pihak tetap dapat mengangkat pemimpin daerah dari Partai Golkar melalui pilkada yangdigelarpada akhirtahunini. ”Ini baru langkah pertama dibutuhkan lagi langkah berikutnya. Pada waktunya kita selesaikan masalah berikutnya. Kita ingin melihat masa depan, bagaimana Partai Golkar tetap eksis dan tetap berjalan,” katanya.
Mantan Aktivis HMI itu menyebutkan, ada beberapa poin kesepakatan bersama yang ditandatangani mengenai keikutsertaan Partai Golkar dalam pilkada serentak pada 2015.
Kiswondari/ rahmat sahid
”Tim ini lebih berat bos. Tim ini perlu orang yang punya ketegasan, kearifan, punya integritas sehingga bisa memberikan suatu suasana bahwa tim ini objektif bahwa tim ini untuk kepentingan Golkar. Karena, ini merujuk ke kepentingan siapa yang tanda tangan surat,” kata Wakil Ketua Umum DPP Golkar kubu Ancol Yoris Raweyai saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin malam.
Yoris menjelaskan, kesepakatan islah memang sudah selesai, tapi memilih lima orang dari sekian elite Partai Golkar juga tidak mudah. Lantas, setelah tim itu terbentuk, perlu juga dibuat struktur dan struktur apa yang akan dibentuk dalam tempo satu bulan lebih bekerja.
”Petunjuk pelaksana (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) bagaimana? Ini yang nanti mau dibahas. Tinggal bagaimana kemauan kita dari kita untuk mencapai tujuan kolektif,” jelas Yoris. Bahkan Yoris mengaku dirinya enggan menjadi satu dari lima orang perwakilan tim itu.
Menurutnya tugas tim ini terlalu berat sehingga diperlukan orang yang punya visi dan jiwa kenegarawanan bahwa ini untuk kepentingan partai, bangsa, dan negara. Karena tugas tim ini melawan batin, ini melawan diri sendiri karena Golkar ibarat keluarga. ”Jujur saya tak mau, tapi kalau ini amanah untuk partai, maka harus kita lakukan, lebih bagus kita akui ini tugas tidak ringan,” ujarnya.
Menurut Yoris, langkah pertama perlu dibangun kesamaan persepsi. Sepuluh orang dalam tim ini belum membangun persepsi, sementara belum diketahui sepuluh orang ini siapa-siapa saja. Karena itu tim ini harus duduk bersama-sama membangun persepsi. Ketua DPP Partai Golkar Munas Bali Tantowi Yahya mengakui bahwa pembentukan Tim Penjaringan Pilkada menjadi tantangan islah.
Menurut dia, untuk memilih lima orang bukan merupakan tugas yang mudah. Tim ini akan bekerja untuk memastikan bahwa calon yang akan diajukan adalah calon bersama yang dipilih berdasarkan kriteria yang disepakati dan juga merujuk kepada hasil lembaga survei terkait elektabilitas.
”Tapi bisa saja nanti beberapa di antaranya orang yang sama,” jelas Wakil Ketua Komisi I itu. Menurut Tantowi, kriteria yang diperlukan untuk tim ini adalah orang-orang yang menyayangi Partai Golkar dan tidak ingin Partai Golkar ini hancur. Karena, kalau hanya mencari orang yang pintar, di Partai Golkar banyak orang pintar.
Adapun kemungkinan masuknya orang yang pernah jadi juru runding beberapa waktu lalu, dia enggan menjawabnya. Partai Golkar hasil Munas Bali sendiri belum menentukan siapa yang akan diajukan sebagai tim perwakilan. Tim itu masih sedang disusun Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Idrus Marham.
”Dalam minggu depan seharusnya sudah terbentuk karena sudah harus bekerja,” ujar Tantowi. Sebelumnya Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menjelaskan, bila sampai waktu yang ditentukan belum ada keputusan inkracht terkait Golkar, akan ada perundingan kembali siapa yang akan menandatangani dan memberikan pengesahan. ”Apakah pengurus gabungan bagaimanapun bentuknya kita usahakan.
Karena Golkar tidak pernah kosong pengurusnya yang diakui pemerintah. Ada dua pandangan di sini, pertama yang diakui pemerintah, kedua yang diakui pengadilan. Pengadilan mengatakan Riau. Saya yakin ada kesesuaianyangakandatang,” ujarJK di kediamannya. JK menilai penandatanganan islah khusus ini merupakan tahap awal dari proses selanjutnya dalam mencapai islah umum.
Dengan demikian, kedua pihak tetap dapat mengangkat pemimpin daerah dari Partai Golkar melalui pilkada yangdigelarpada akhirtahunini. ”Ini baru langkah pertama dibutuhkan lagi langkah berikutnya. Pada waktunya kita selesaikan masalah berikutnya. Kita ingin melihat masa depan, bagaimana Partai Golkar tetap eksis dan tetap berjalan,” katanya.
Mantan Aktivis HMI itu menyebutkan, ada beberapa poin kesepakatan bersama yang ditandatangani mengenai keikutsertaan Partai Golkar dalam pilkada serentak pada 2015.
Kiswondari/ rahmat sahid
(bbg)