Siswa SMA Ciptakan Bahan Bakar dari Plastik
A
A
A
YOGYAKARTA - Sampah plastik dan krisis bahan bakar minyak adalah dua masalah besar yang dihadapi masyarakat dunia. Tapi di tangan dua siswa SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta, dua masalah besar tersebut berhasil dituntaskan hanya dengan satu alat sederhana.
Meski sederhana, alat yang dirancang Adhitya Rizal Firdaus dan Rama Nugraha Alvareza mampu mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar siap pakai. Prototipe alat yang memanfaatkan proses pyrolisis dan distilasi itu sukses mengubah sampah plastik dan karet ban bekas menjadi tiga jenis bahan bakar, yakni solar, premium, dan gas metana.
”Prinsip kerja alat ini sederhana saja. Kami memanaskan sampah plastik dan ban bekas dengan panas kisaran 450-600 derajat Celsius dalam wadah tanpa adanya oksigen. Dengan bantuan isolator sebagai alat agar panas yang dihasilkan tetap stabil, sampah plastik dan ban bekas berubah menjadi bahan bakar,” papar Adhitya, kemarin.
Diungkapkan Adhitya, ide awal pembuatan alat tersebut adalah diskusi tentang ikatan polimer di kelas. Merasa tertarik, keduanya mencari informasi bahan apa yang memiliki ikatan polimer yang sama dengan bahan bakar seperti premium dan solar. ”Ternyata plastik dan ban bekas memiliki ikatan polimer yang sama dengan premium sebagai residu dari pengolahan minyak bumi.
Kami tertarik mengembangkan alat yang mampu mengubah plastik menjadi bahan bakar,” ungkapnya. Diakui Adhitya, saat mencari info tentang ikatan polimer, mereka juga menemukan jika sebelumnya pernah ada alat semacam itu. Namun alat yang dihasilkan lebih rumit dan hanya mampu menghasilkan premium dari proses olahan. Hasilnya pun belum maksimal.
Berbeda dengan alat mereka, di mana hasil proses bisa mencapai 80% dari sampah yang diproses. Bahan bakar yang dihasilkan juga lebih beragam dan alatnya juga sangat sederhana. ”Kami sengaja membuat alat sederhana karena tujuannya bisa menjadi alat rumah tangga.
Jadi, setiap rumah bisa mengolah plastic dari sampah dan menggunakan hasilnya untuk keperluan harian,” katanya. Desain alat ciptaannya sangat sederhana. Bahkan bisa dengan menggunakan tabungtabung besi bekas, seperti tabung gas bekas. Bahan bakar hasil pemanasan merupakan bahan bakar siap pakai tanpa perlu dilakukan proses pemurnian.
Mereka sendiri telah membuktikannya dengan melakukan uji coba pada mesin mobil dan motor. Meski memiliki warna yang sedikit lebih keruh dibanding bahan bakar yang dijual di SPBU, mereka menjamin bahan bakar tersebut aman bagi mesin kendaraan layaknya bahan bakar pada umumnya.
Ratih keswara
Meski sederhana, alat yang dirancang Adhitya Rizal Firdaus dan Rama Nugraha Alvareza mampu mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar siap pakai. Prototipe alat yang memanfaatkan proses pyrolisis dan distilasi itu sukses mengubah sampah plastik dan karet ban bekas menjadi tiga jenis bahan bakar, yakni solar, premium, dan gas metana.
”Prinsip kerja alat ini sederhana saja. Kami memanaskan sampah plastik dan ban bekas dengan panas kisaran 450-600 derajat Celsius dalam wadah tanpa adanya oksigen. Dengan bantuan isolator sebagai alat agar panas yang dihasilkan tetap stabil, sampah plastik dan ban bekas berubah menjadi bahan bakar,” papar Adhitya, kemarin.
Diungkapkan Adhitya, ide awal pembuatan alat tersebut adalah diskusi tentang ikatan polimer di kelas. Merasa tertarik, keduanya mencari informasi bahan apa yang memiliki ikatan polimer yang sama dengan bahan bakar seperti premium dan solar. ”Ternyata plastik dan ban bekas memiliki ikatan polimer yang sama dengan premium sebagai residu dari pengolahan minyak bumi.
Kami tertarik mengembangkan alat yang mampu mengubah plastik menjadi bahan bakar,” ungkapnya. Diakui Adhitya, saat mencari info tentang ikatan polimer, mereka juga menemukan jika sebelumnya pernah ada alat semacam itu. Namun alat yang dihasilkan lebih rumit dan hanya mampu menghasilkan premium dari proses olahan. Hasilnya pun belum maksimal.
Berbeda dengan alat mereka, di mana hasil proses bisa mencapai 80% dari sampah yang diproses. Bahan bakar yang dihasilkan juga lebih beragam dan alatnya juga sangat sederhana. ”Kami sengaja membuat alat sederhana karena tujuannya bisa menjadi alat rumah tangga.
Jadi, setiap rumah bisa mengolah plastic dari sampah dan menggunakan hasilnya untuk keperluan harian,” katanya. Desain alat ciptaannya sangat sederhana. Bahkan bisa dengan menggunakan tabungtabung besi bekas, seperti tabung gas bekas. Bahan bakar hasil pemanasan merupakan bahan bakar siap pakai tanpa perlu dilakukan proses pemurnian.
Mereka sendiri telah membuktikannya dengan melakukan uji coba pada mesin mobil dan motor. Meski memiliki warna yang sedikit lebih keruh dibanding bahan bakar yang dijual di SPBU, mereka menjamin bahan bakar tersebut aman bagi mesin kendaraan layaknya bahan bakar pada umumnya.
Ratih keswara
(bbg)